🌻Bagaimana caranya membuatmu mengerti? aku hanya ingin membuatmu bahagia, walau itu tanpaku🌻Nama wanita itu Joy, salah satu teman lama Vedrick. Dia ceria dan pandai bergaul.
Joy mengajakku memanggang ayam.
Jeon dan Vedrick tengah berbicara penting di dalam sebuah ruangan.
“Kakak suka ayam kan?” tanya Joy
Umur kami sebenarnya sama, tapi dia bersikukuh memanggilku kakak. Aku hanya bisa pasrah.
“Ya, aku suka”
“Kalau begitu kita masak banyak saja”
Aku mengangguk.
Angin menyeret awan jingga untuk menampakkan diri di atas sana. Joy menepuk tangannya karena telah selesai menghidangkan ayam panggang dan beberapa soju di atas meja.
Joy membuka laci lalu mengambil kentang goreng yang tersimpan di sana.
Tepat setelah itu Jeon dan Vedrick keluar dari ruangan pribadi mereka.
Mata Vedrick berbinar saat melihat makanan yang tersaji di atas meja. Dia berlari kecil kemudian menarik bangku untuk duduk.
Aku tersenyum pada Jeon yang mengusap lembut kepalaku. Dia kemudian menarik bangku duduk di sampingku.
“Silahkan dinikmati” ucap Joy
Ternyata ayam yang kami panggang tak kalah enak dari ayam panggang yang dijual di pasaran.
Aku membuka botol soju lantas menuangkannya ke gelasku, namun tangan Jeon menahanku.
"Apa?"
“Jangan, kau belum pernah minum minuman keras kan?”
“Aku akan mencobanya sekarang”
“Tidak bagus untukmu”
Joy dan Vedrick memandang kami berdua.
“Aku ingin mencobanya” kataku
“Ayolah Jeon, kadar alkohol soju tidak terlalu tinggi, biarkan dia mencobanya” kata Vedrick.
Jeon menatapku, aku kembali menuang gelasku sampai penuh lalu meneguknya.
Aku tidak bisa menjelaskan rasanya. Pahit tapi manis. Jeon terkekeh ringan melihat reaksiku.
Biarkan aku mencobanya lagi.
“Jangan banyak-banyak” aku tidak mengubris ucapan Jeon, aku meneguk soju yang kutuang.
Minuman ini membuatku candu.
“Nanti mabuk sayang” ucap Jeon saat aku ingin mengisi gelasku lagi.
Aku mendongak menatap wajah Jeon.
Jeon menjadi dua. Tiga. Empat.
Sebentar. Ruangan ini berputar.
“Mabuk ya?” aku masih bisa mendengar Vedrick bicara.
“Jeon, gempa ya?” tanyaku memegangi baju Jeon.
Dapat kudengar Jeon berdecak. Joy tersenyum geli.
Detik berikutnya kepalaku dihantam meja.
Aku meringis, kepalaku terasa sakit. Aku menengadah dan mengedarkan pandanganku ke sekeliling. Vedrick tertidur dengan bungkusan makanan ringan di atas perutnya, sedangkan Joy dan Jeon tidak ada.
Aku memijit kepalaku kemudian berdiri hendak mencari Jeon. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Aku juga harus kembali ke apartement bersama Jeon.
Aku membuka pintu kamar. Kosong.
Kamar lainnya juga kosong.
Aku melihat pintu ruangan pribadi yang dimasuki Vedrick dan Jeon tadi terbuka setengah.
Apa boleh masuk ke sana?
Dengan hati-hati aku menarik pintu.
Gerakan tanganku berhenti. Rasanya aku ingin mati saja.
Mataku dengan jelas melihat Joy dan Jeon berciuman. Tanganku memegang pintu dengan kuat.
Apa ini? Bagaimana bisa?
Aku mundur tiga langkah kemudian bergegas mengambil tasku kemudian membuka pintu untuk pergi dari sana.
Aku tidak salah melihat.
Beberapa kalipun mataku berkedip, adegan yang kulihat tetap sama.
Jadi itu alasannya?
Itukah alasannya mengakhiri hubungan kami?