🌻 Ingatlah, kau yang memulai semuanya, kau juga yang mengakhiri semuanya. Maka jangan menyesal dikemudian hari🌻Aku berakhir duduk di ruangan gelap bersama Vedrick dan Jeon. Beberapa saat yang lalu keributan terjadi. Salah satu yang berjaga untuk memeriksa rekaman cctv mengatakan bahwa aku juga terlibat.
Jeon murka, itu pertama kalinya aku melihatnya begitu marah. Dia menerjang pria itu.
Jeon memukulinya hingga pria itu terkapar. Jeon mengatakan sekali lagi kalau dia dan Vedrick tidak ada hubungannya denganku. Pria yang terkapar itu bersikukuh harus mengikutkanku dalam masalah ini, dia juga sudah memberitahu polisi apa yang dia lihat di cctv.
Aku rasa ini akan lama. Dan aku takut Jeon akan diproses lebih lama karena keributan itu.
Salah seorang polisi yang bertugas mengintrogasi memanggil Jeon masuk ke dalam sebuah ruangan. Aku melihatnya berjalan tertatih menuju ruangan itu. Ya . Itu pasti sakit sekali. Dia dan pria toko itu sangat beringas, sama-sama tidak ada yang mau mengalah sehingga polisi harus turun tangan melerai pertengkaran hebat mereka.
Aku menatapnya dari sebuah kaca tembus pandang. Suara mereka tidak dapat kudengar. Ruangan itu kedap suara.
Polisi berbadan tinggi itu berdiri dengan mendekatkan badannya pada Jeon kemudian mengatakan sebuah kalimat yang tidak bisa kutebak. Namun Jeon terlihat berdecih.
Polisi itu akhirnya duduk kembali di tempatnya, tangannya terlipat di atas meja. Aku membelalak saat Jeon berdiri dan menggebrak meja. Beberapa polisi masuk ke dalam untuk menghentikannya.
Aku tidak tau mengapa Jeon terlihat begitu marah.
“Harusnya kau tidak datang” aku menoleh saat Vedrick berbicara.
“Jadi maksudmu aku akan membiarkan kalian begitu saja?”
“Itu lebih baik, Jeon tidak suka kau ikut campur”
Aku terhenyak. Ya, aku harus mengetahui siapa diriku, kami sudah tidak mempunyai hubungan apa-apa lagi.
“Aku sudah tau semuanya, Jeon mengatakan mengapa dia mengakhiri hubungan kalian”
Aku menatap Vedrick dalam diam.
“Jadi kau sudah tau?”
Vedrick mengangguk. Berarti Vedrick sudah mengetahui seberapa bejatnya pria itu bermain di belakangku.
“Harusnya kau tidak pernah muncul lagi” katanya lagi.
Wah, aku benar-benar ingin mengumpat. Dadaku sesak.
“Kenapa kalian seolah sangat membenci keberadaanku. Aku tidak punya niat sedikitpun untuk bertemu dengannya lagi, aku mengerti kemauannya, aku sedang berusaha untuk melupakannya”
Walau itu tidak mungkin.
“Jika sudah begini bagaimana caranya melindungimu lagi?” tanya Vedrick.
What does it mean?
“Jika dia menyuruhmu pergi maka kau harus pergi, jika dia menyuruhmu menjauh maka kau harus menjauh, apa sesulit itu Lisa? Kumohon dewasalah dalam berpikir, dia hanya ingin melindungimu”
Huh?
Vedrick menjauh dariku lantas memasang wajah datarnya seolah tidak pernah berbicara denganku. Beberapa polisi datang menemui kami dan saat itu jeon sudah keluar.
Aku pun akhirnya dipanggil untuk diintrogasi.
“Jangan menjawab, kumohon” lirih Jeon, namun masih dapat kudengar dengan jelas.
Aku ditarik masuk ke dalam ruangan itu, posisi tanganku di belakang karena sudah diikat dengan borgol.
“Santai saja nona” ucap polisi itu.
“Jadi apa yang anda lakukan di sana saat itu?”
“Aku-”
Kepalaku berputar untuk melihat Jeon yang duduk di samping Vedrick. Matanya menatapku lekat.
Aku diam menuruti kemauan Jeon yang melarangku menjawab.
“Anda memiliki mulut untuk berbicara nona”
“Aku sedang makan tteokboki dengan temanku” jawabku kemudian.
“Lalu kenapa anda menemui kedua pencuri itu? ingin makan tteokboki bersama?” tanya polisi itu dengan nada menjengkelkan.
Aku diam. Jangan menjawab. Jangan Lisa. Tahan.
Polisi itu mendekatkan wajahnya padaku, sama persis saat sedang bersama Jeon tadi.
“Ingin melihat adegannya bersamaku? Aku punya rekamannya” bisiknya.
Seorang polisi yang berjaga di luar mengetuk pintu. Saat pintu terbuka Sehun sudah berdiri di sampingnya. Aku disuruh tetap diam di dalam ruangan, sedangkan polisi yang mengintrogasiku keluar untuk berbicara dengan Sehun.
Dari sini aku memandang Jeon yang menatapku dengan wajah datar. Wajahnya benar-benar hancur. Terkutuklah penjaga toko itu.
Beberapa menit kemudian Sehun masuk ke dalam. Dia memelukku sejenak.
“Aku benar-benar khawatir” katanya mengusap wajahku.
“Aku sudah membebaskan kalian”
Membebaskan? Kalian?
“Apa?” tanyaku. Mungkin aku salah mendengar.
“Kau sudah bebas sekarang” jawabnya.
“Bagaimana dengan-”
Kalimatku terpotong saat mataku menangkap sosok Jeon sedang di bantu berjalan keluar dari kantor polisi.
“Mereka juga”
“Bagaimana bisa?”
“Aku punya uang” jawabnya sedikit angkuh.
Ya. Tidak ada yang mustahil saat uang yang bekerja.
Aku ingin menemui Jeon saat ini, tapi kuurungkan saat mengingat perkataan Vedrick beberapa saat yang lalu.
“Jika dia menyuruhmu pergi maka kau harus pergi, jika dia menyuruhmu menjauh maka kau harus menjauh.”
Aku tersenyum di atas kesedihanku.
“Terimakasih” ucapku pada Sehun.
Sehun tersenyum manis lalu selanjutnya mengecup keningku.
Jeon menghilang di ambang pintu. Aku harus mengerti, walaupun dia enggan menjelaskan semuanya.
Aku harus tangguh.
follow ig : purple_trm
Kalau gak di follow gak mau update ah😂😂