🌻 I can't move on, And I don't want to 🌻
Aku merindukan wajah itu. Aku menatap bola matanya lekat. Akhirnya aku bertemu dengannya lagi. Setelah beberapa bulan yang hampir berhasil membunuhku.
“Kau jahat”
Dari sekian banyak kata yang telah aku karang sejak tadi, bibirku lebih memilih mengucapkan dua kata itu.
“Kenapa kau melakukan itu padaku, kenapa kau membuatku membencimu, kenapa? Caramu salah! Aku hampir membunuh diriku sendiri! Katakan Jeon, kenapa kau melakukannya?!”
Jeon membungkam bibirnya, tapi bola matanya tetap bekerja untuk menatap wajahku.
“Tell me!!”
“Kau tidak harus mengatakan kalimat yang membuat hatiku mati berkali-kali!”
“Aku benci mengingat caramu membuatku menjauh”
“Aku benci harus merindukanmu setiap saat, kau tidak mengerti bagaimana rasanya, I cant handle it!”
“You broke me, you broke my heart, and I hate you because I still love you!”
Tangan Jeon menarikku ke dalam dekapannya, tapi aku menghindar.
Aku tahu banyak orang yang melihat kami sekarang, itu karena kami tetap di luar.“Aku membencimu!! Kau jahat! Kau jahat! Jahat! Jahat!”
Aku memukuli dadanya sekuat tenagaku. Dia tetap diam. Tanganku sakit karena memukulinya dengan penuh emosi. Aku mengeluarkan semua tenagaku. Tujuanku hanya satu, aku ingin dia merasa sakit di dadanya walaupun tidak akan pernah menandingi sakit di dadaku selama ini.
Jeon menarik tanganku hingga jatuh ke dalam pelukannya. Aku meronta, namun tangannya berhasil mengikat tubuhku.
“Sorry” lirihnya. Dan air mataku sudah tak bisa kubendung.
“Maaf karena aku memperbodoh diriku sendiri, maaf karena aku hanya bisa membuatmu menangis, maaf karena aku adalah pembohong yang buruk”
“Kau jahat” Aku hanya bisa mengatakan itu, suaraku terhalang tangisanku.
“Maaf karena aku masih tetap tidak pantas untukmu”
“I don’t need anything, I just need you, I only want you in my life”
“Why you still love me even after I broke your heart?” tanyanya.
“My heart has chosen you”
Jeon mengurai pelukannya, tangannya lantas menyeka air mataku.
Jeon perlahan mendekatkan wajahnya, aku tahu apa yang akan terjadi, aku memejamkan mataku saat bibir kami bertemu. Jeon menyesap bibirku dengan lembut namun menuntut. Aku terbuai dan melayang.
Dia tersenyum melihatku lalu mengecup bibirku singkat. Aku ditarik masuk ke dalam, kemudian mendudukkanku di pangkuannya. Ini posisi yang lumayan intim, aku gugup saat duduk di atasnya.
Mataku tidak sengaja melihat bekas luka di tangannya, seperti luka bakar.
“Apa yang terjadi pada tanganmu?”
“Aku melukainya”
Aku bergeser dan membalikkan badan.
“You hurt yourself?”
“Kembang api itu membakar tanganku”
“Kau bermain kembang api?”
Jeon mengangguk.
“Festival kembang api sungai Han, aku kesana saat itu”
Aku tertegun. Jeon mengingatnya. Jeon datang bahkan saat hubungan kami sudah berakhir.
Mataku kembali basah. Harusnya aku datang saat itu.
“You stupid” gumamku.
“Huh?”
“Kenapa kau datang kesana?”
“Kita pernah berjanji akan kesana”
Aku menyeka air mataku sendiri. Dadaku bergemuruh.
“Dan kau tidak datang” imbuhnya.
“Ya, aku pikir aku tidak harus mengingat apapun lagi tentangmu, I try to forget you”
“And you failed?” ucapnya dengan tersenyum menjengkelkan.
“Aku memang tidak akan bisa melupakanmu, itu mustahil, kau menghantuiku”
“Kau tidak harus melupakanku. Tidak boleh”
Aku mengernyit. Dia sendiri yang menyuruhku untuk melupakannya kala itu.
“Cause I love you. Always. And forever”
I felt butterflies flying in my stomach