PART 11 - TENTANG ARTHUR

503 47 2
                                    

Happy reading
Jangan lupa vote dan comen ya...

________

Motor yang Arthur kendarai baru saja berhenti di parkiran sebuah gedung kos-kosan berlantai dua. Setelah melepas helm Arthur dan Elea berjalan beriringan memasuki gedung kos-kosan itu.

"Siapa tuh, Thur ? Pacar ?" tanya seorang teman Arthur ketika mereka berdua baru saja memasuki gedung tersebut.

Arthur tidak membalas pertanyaan cowok itu, dia hanya tersenyum singkat lalu melanjutkan jalannya. Mereka berdua berhenti di kamar nomor 12 yang berarti itu adalah kamar Arthur. Arthur mengambil kunci di saku celananya dan membuka pintu kamarnya, kamar bernuansa krem tersebut cukup rapi untuk ukuran kamar seorang cowok, hanya beberpa baju yang berserakan diatas tempat tidur.

"Maaf ya kamar aku berantakan." ucapnya seraya merapikan baju-baju diatas tempat tidur.

"Nggak papa kok kak, santai aja."
Elea duduk diatas ranjang Arthur sedangkan Arthur duduk di sebuah kursi.

"Kamu mau minum apa ? Teh mau ?" tawar Arthur.

"Nggak usah repot-repot kak, aku masih kenyang."

"Beneran ? Duh maaf ya disini gak ada cemilan apa-apa soalnya nggak ada yang pernah main kesini."

Elea tersenyum malu-malu. "Jadi aku yang pertama main kesini ?"

"Hehehe iya, kamu yang pertama."

Elea mengedarkan pandangannya keseluruh kamar ini, kamar ini hanya berukuran 3x3m dengan kamar mandi di dalam. Seperti apartemennya kamar Arthur tidak terlalu dipenuhi barang, hanya terdapat tempat tidur yang hanya muat untuk satu orang, meja nakas di samping tempat tidur, almari plastik dan satu buah meja belajar minimalis beserta satu buah kursi.

"Oh iya disini kok gak ada magic jar sih ? Terus kakak kalau makan gimana ?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh iya disini kok gak ada magic jar sih ? Terus kakak kalau makan gimana ?"

"Ya kadang-kadang beli, kadang-kadang masak mie instan." Elea menganggukan kepalanya.

Elea meraih sebuah figura foto, terdapat foto seorang wanita yang kira-kira berusia awal tiga puluhan.

"Ini ibunya kakak ?" Arthur mengangguk, membenarkan pertanyaan Elea.

Elea mengusap figura tersebut. "Ibunya kakak cantik ya."

Arthur bangkit dari duduknya lalu duduk di samping Elea. Dia mengambil foto tersebut dari tangan Elea, dia memandangi foto ibunya yang sangat cantik itu.

"Iya dia emang cantik, bahkan dia adalah wanita paling cantik di rumah bordilnya waktu itu."

Elea terdiam, memandang sendu Arthur.

"Oh iya kak, aku boleh tanya sesuatu ?"

"Boleh, mau tanya apa ?"

"Kenapa ibu kakak dulu jadi... pelacur ?"

Sebetulnya Arthur enggan menjawab pertanyaan Elea karena itu adalah pertanyaan paling sensitive baginya tapi karena yang bertanya adalah Elea maka Arthur akan menjawabnya.

"Dulu ibu datang ke Jakarta bersama seseorang karena orang itu menawari pekerjaan dengan gaji yang lumayan banyak. Ibuku yang hanya gadis desa dan hanya lulusan SMP pun tertarik dengan pekerjaan itu, ibu minta izin sama nenek untuk merantau ke Jakarta. Awalnya nenek ngelarang tapi karena ibu bersikeras ingin pergi ke Jakarta, akhirnya nenek mengizinkan ibu merantau ke Jakarta."

"Orang itu membawa ibu yang masih polos ke kota yang kejam ini. Awalnya ibu nggak tau kalau dia akan di jadikan pelacur dan saat mengetahuinya ibuku lari dari rumah bordil itu tapi salah satu anak buah yang bekerja di rumah bordil itu menangkap ibu dan menyerahkannya pada atasannya. Akhirnya dengan berat hati ibu menjadi salah satu pelacur di rumah bordil itu."

"Terus Papa kakak salah satu pelangannya ?" Lagi-lagi Arthur mengangguk.

"Kalau boleh tahu ibu kakak meninggal karena apa ?"

"Ibu meninggal karena terkena penyakit seks menular dari salah satu pelanggannya."

Elea yang melihat perubahan ekspresi di wajah Arthur langsung mengelus punggung Arthur untuk menenagkannya.

"Saat ibu memberi tau Papa kalau dia hamil, Papa malah marah dan berkata bahwa ibu menjebaknya. Dia nggak percaya bahwa ibu benar-benar mengandung darah dagingnya dan dia hanya memberi ibu sejumlah uang untuk menggugurkanku, ibu memang menerima uang itu tapi dia nggak menggugurkanku, dia menggunakan uang itu untuk melahirkan dan membesarkanku. Dan akhirnya setelah aku lahir ibu membawaku pulang ke kampung halamnya."

"Apa setelah itu ibu kakak masih kembali ke tempat itu ?"

Mata Arthur berkabut karena genangan air mata yang ada di pelupuk matanya.

"Iya dia kembali kesana waktu aku berusia 7 tahun, hingga di usiaku yang ke 15 tahun ibuku meninggal."
Air mata yang sejak tadi dia tahan akhirnya jatuh juga.

"Aku kehilangan ibuku, aku kehilangan orang yang paling aku cintai. Hiks... hiks... Aku kehilangan dia, Ya."

Elea yang melihat Arthur menangis tersedu-sedu langsung memeluknya mencoba menyalurkan kekuatan agar Arthur tetap kuat. Elea tetap diam sambil terus memeluk erat tubuh Arthur yang terus bergetar karena menagis.

Setelah tangisan Arthur terhenti Elea melepaskan pelukannya lalu mengelap air mata yang ada di pipi Arthur.

"Kakak nggak usah sedih lagi, sekarang kak Arthur punya aku yang selalu ada disisi kakak dan aku janji nggak bakal pernah tingalin kakak sesulit apa pun keadaannya."

Kedua sudut bibir Elea tertarik ke atas membentuk senyuman yang sangat manis. Arthur menatap mata coklat milik Elea lalu dia menangkup wajah Elea dan mencium bibirnya. Elea terkejut saat bibir Arthur mendarat di atas bibirnya, Elea juga bisa merasakan bibir Arthur mengodanya untuk membalas ciumannya, akhirnya Elea memejamkan matanya lalu mengikuti permainan Arthur. Awalnya Elea sedikit terkejut karena tiba-tiba Arthur mencium bibirnya tapi lama kelamaan Elea ikut terhanyut akan ciuman Arthur.

Arthur melumat bibir bawah Elea dan menggigit pelan bibir Elea agar sedikit terbuka dan setelah bibir mungil itu terbuka Arthur segera memasukkan lidahnya kedalam mulut Elea, mengabsen apa saja yang ada di mulut gadis itu. Lidah mereka saling membelit, bibir mereka saling mengecap rasa manis pada bibir masing-masing. Ciuman mereka terlepas saat salah satu diantara mereka kehabisan nafas. Arthur mengelap sudut bibir Elea dengan lembut dan membuat si empunya tersipu.

"Bibir kamu manis."

Blush

Elea yakin pipinya pasti sudah memerah seperti tomat.

Cup.

Arthur kembali mencium bibir Elea dengan lembut seolah bibir Elea akan terluka parah jika dia menggigit bibir itu sedikit saja. Ciuman itu begitu lembut, begitu memabukkan bagi keduanya. Bahkan jantung Elea sampai berdetak kencang dibuatnya. Beberapa saat kemudian Arthur menarik wajahnya, menempelkan dahinya pada dahi Elea, nafas keduanya pun tersenggal-senggal karena kehabisan pasukan udara.

"Begitu nikmat hingga membuatku ingin terus menciumnya..." bisik Arthur.

Elea hanya tersenyum, tidak mampu membalas kata-kata Arthur. Dia sedikit menggeser tubuhnya dan memalingkan wajahnya mencoba menyembunyikan ketersipuannya.

Drrtt drrtt

Suara getaran ponsel dalam tas Elea membubarkan suasana romantis diantara keduanya. Elea merogoh tas selempangnya, mengambil handphonenya, dan menekan tombol hijau pada layarnya.

"Halo, ada apa, Sya ?"




TBC!

ELEA LOVE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang