PART 18 - TUMPUAN HIDUP

434 40 2
                                    

Happy reading
Jangan lupa vote dan comment ya...

________

Ruangan itu begitu gelap, hanya ada sebuah lampu belajar yang menerangi sebagian ruangan tersebut. Ya, saat ini Elea tengah belajar karena besok akan ada ulangan sejarah. Dia begitu serius hingga mengabaikan getaran pada handphonenya, setelah beberapa kali getar akhirnya dia menutup bukunya dan melihat handphonenya, ternyata Bi Wati yang meneleponnya. Buru-buru dia memencet tombol hijau dan meletakkan benda pipih itu ke telingannya.

"Halo, Bi ?"

"Hallo Non, Non Lea lagi apa ?"

"Lea abis belajar Bi, Bibi sendiri lagi apa ?"

"Uhuk, uhuk... Bibi lagi istirahat, Non."

"Bibi udah periksa ? Kok batuknya tambah parah ?"

Memang akhir-akhir ini Bi Wati sedang sakit dan Elea sudah menyuruhnya untuk berobat.

"Udah Non, kemarin Bibi udah periksa ke puskesmas."

"Terus dokternya bilang apa ?"

"Cuma batuk biasa Non."

"Bibi jaga kesehatan ya jangan sampai sakit lagi, Elea sayang sama Bibi."

"Bibi juga sayang sama Non Lea."

Terjadi keheningan sesaat.

"Non Lea."

"Iya Bi ?"

"Uhuk, uhuk. Kalau nanti ada apa-apa Non hubungin Mas Jamal ya."

Jamal adalah anak sulung dari Bi Wati.

"Iya Bi, pasti."

Terdengar helaan nafas panjang dari seberang sana.

"Maafin Bibi, nggak bisa jaga Non Lea lagi."

Hati Elea serasa seperti dicubit ketika mendengar Bi Wati berkata demikian. Setetes air matanya mengalir karena tidak bisa ganti membalas budi baik Bi Wati.

"Non Lea nangis ?"

Elea buru-buru menghapus air matanya.

"Enggak kok Bi, Lea nggak nangis."

"Non Lea mau janji sama Bibi ?"

"Janji apa Bi ?"

"Non Elea harus jaga diri Non baik-baik, jangan pernah benci lagi sama tuan dan nyonya, dan Bibi mohon Non Lea harus terus tersenyum meski Bibi nggak ada di samping Non..."

Cukup lama Elea terdiam sebelum dia berkata iya.

"Ya udah kalau gitu Bibi tidur dulu ya Non."

"Iya Bi."

Setelah sambungan terputus, air matanya kembali menetes. Dia merindukan Bi Wati, seseorang yang selama ini selalu merawatnya, menemaninya dan menjaganya. Bi Wati sudah menganggap Elea seperti anak kandungnya sendiri. Elea meraih figura yang berisikan fotonya dan Bi Wati yang sedang berada di sawah, foto itu di ambil oleh Mas Jamal ketika dia berusia 8 tahun, dia mengusap figura tersebut.

"Bibi baik-baik ya disana, Elea nggak bisa kalau gak ada Bibi..."

Kemudian dia memeluk foto itu begitu erat, bahkan air matanya masih terus mengalir membasahi pipinya.

***

"Kamu ngelamunin apa, Ya ?"

Arthur bertanya pada Elea yang sedari tadi hanya memandang ke depan dengan tatapan kosongnya.

ELEA LOVE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang