"Saat kamu merasa rapuh, datanglah padaku. Aku akan jadi penangkal rapuhmu."
-----
Saga mengusap bekas air mata dipipi Sea, merapihkan rambut berantakan gadis itu dengan lembut.
Cukup lama Sea menangis dipelukannya. Saga sangat memaklumi, disaat seorang putri merindukan kasih sayang seorang Ibu, Saga bisa merasakan itu.
Sea mendongak menatap Saga dengan mata dan hidungnya yang memerah.
"Sorry, gue lepas kontrol sampe nangis gitu." Ucap Sea menundukan kepalanya lagi, merasa malu.
Saga tersenyum melihatnya. "Santai aja, gue ngerti kok." Saga mengacak rambut Sea gemas.
Saga melanjutkan ucapannya, "Lo beruntung, disaat Bunda lo udah gak ada. Lo masih punya Ayah yang sayang sama lo," Saga berucap pelan, menatap Sea dengan senyum tipis.
"Saga kecil sangat menyedihkan!" Saga terkekeh miris. Sea yang melihat itu, berusaha untuk mendengar Saga dengan baik.
"Disaat semua orang mendapat kasih sayang dari kedua orangtua, gue enggak sama sekali, tepatnya saat Mamah meninggal. Sedari kecil gue udah bisa ngerasain kalo mamah gue selalu tersiksa hidup sama Papah. Sejak Mamah meninggal karna penyakitnya, entah kenapa Papah selalu nyebut kalo gue itu anak jalang! Gue gak ngerti apa alesannya." Sea terkejut mendengar ucapan Saga, adakah Ayah yang menganggap anaknya sendiri adalah anak jalang? Sea tidak habis pikir jika memang ada yang seperti itu.
Seperti bergantian, kini Sea mengusap punggung Jovan pelan.
"Sampai saat gue beranjak remaja, Papah selalu memperlakukan gue seperti bukan anaknya. Selalu memukul, selalu mencaci, dan selalu semaunya sendiri. Hubungan yang dingin antara gue sama Papah gak akan bisa mencair." Saga menyelesaikan ucapannya sembari tersenyum berusaha tegar. Dirinya sudah terlalu kebal untuk bersedih, dirinya sudah terlalu bosan untuk menangis. Biar tangis yang dulu ada hanya untuk Saga kecil saja.
Saga menoleh kearah Sea yang memandangnya dengan pandangan sedih. "Kenapa lo natap gue gitu?" Kekeh Saga menarik hidung mungil Sea, Sea mengaduh dan melepaskan tangan Saga dari hidungnya.
Memandang Saga kesal "Sakit tau!" Ucap Sea membuat Saga terkekeh geli melihat wajah kesal gadis disampingnya.
"Gue kasihan aja sama lo. Gue emang gak pernah bersyukur. Gue masih punya Ayah yang sayang sama gue. Tapi masih aja ngeluh."
"Gue gak perlu dikasihani." Ucap Saga tersenyum sembari mengacak rambut Sea. Sea meringis menatap Saga, mengerti jika dirinya salah berucap.
"Sorry."
"Sorry-sorry mulu. Ngomong sorry sekali lagi gue kasih..." Saga menggantungkan ucapannya dengan sengaja, memandang Sea dengan senyuman lebarnya.
"Kasih apa?" Sea mendongakkan kepalanya kearah wajah Saga yang lebih tinggi darinya dalam posisi duduk seperti ini.
Saga juga menundukkan wajahnya menatap Sea.
"Kasiiiihhh..." Saga mendayu-dayukan ucapannya, sembari memutar bola mata berpura-pura sedang berpikir.
Sea yang melihat itu, menjadi gemas sendiri. Sea menarik ujung kaos yang dipakai Saga, membuat posisi Saga kini lebih dekat dengannya. "Kasih apa?!" Tanya Sea lagi lebih menuntut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Right
Teen FictionSaga mencintai seseorang dimasalalunya, namun seorang gadis cantik membuatnya jatuh cinta kembali. Siapakah gadis itu? Bagaimana jika gadis yang dicintai oleh Saga sekarang itu adalah gadis masalalunya yang sudah Saga cintai sejak dulu? Bagaimana ji...