Bagian 16

43 5 1
                                    

"Jika cinta adalah luka, maka biarkan aku menjadi obat untuk semua rasa sakit yang kamu rasakan."

-----

"Hiks, kenapa Sea belum balik juga."

Sudah 1 jam Susi menangisi Sea yang belum juga kembali dari hutan. Ini sudah jam 7 pagi, sudah terang, seharusnya Saga sudah bisa membawa Sea kembali. Susi sangat khawatir jika sahabatnya kenapa-kenapa didalam hutan sana.

"Kenapa kalian tadi malem malah balik lagi ke tenda? Kenapa gak bantuin Saga nyari Sea?" Isak Susi menunjuk Biyan dan Jovan yang sedari tadi masih memperhatikan Susi yang menangis didepan tendanya.

"Tadi malem hutan udah gelap banget, kita gak bawa lampu senter jadi kita gak bisa liat jalan." Balas Jovan.

"Iya bener Sus, kita juga tadinya mau nyusul Saga tapi Saga udah jauh banget masuk kedalem hutan." Lanjut Biyan.

"Kita tunggu sebentar lagi ya, mungkin Saga sama Sea bentar lagi dateng." Jovan mengusap kepala Susi menenangkan.

Susi mengangkat kepalanya menatap Jovan.

"Hutan rimbun banyak macan
Macannya macan tutul,"

"Cakeeep, artinya?" Tanya Biyan bersemangat.

"Ya gue takut aja gitu Sea dimakan macan tutul, ngapa lu malah nanyain artinya sih?"

"Aish, sianjir, gue kirain lagi pantun." Gumam Biyan kesal sedangkan Jovan hanya mengulum bibirnya menahan senyuman.

"Hiks, pokoknya cepet kalian cari lagi Sea! Gue gak mau tau, kalian harus nemuin Sea secepatnya." Pintah Susi bossy.

"Kalian gak tau apa sejak semalem gue tuh nangisin Sea terus, gue khawatir sama sahabat gue, gue takut Sea dimakan macan, gue takut Sea jatuh kejurang. Kalo Sea mati gue mau temenan sama siapa? Gak ada yang sebaik Sea." Oceh Susi sembari terus terisak.

"Cieee yang takut banget kehilangan gue." Ucap suara yang sangat Susi kenal, Susi mengangkat wajahnya mencari asal suara yang sangat dikenalinya. Matanya melotot, sedetik kemudian Susi sudah memeluk Sea dengan erat.

"Huaaaaa kampret lo, ngapain aja lo didalem hutan hah? Melahirkan?"

Sea hanya tertawa mendengar ucapan Susi. "Lo gak usah khawatir Sus, gue baik-baik aja kok."

"Baik-baik aja apanya? Kesasar dihutan kok baik-baik aja. Lo gak digigit binatang buas kan?" Ucap Susi sembari meneliti memutar kepala Sea kekiri dan kekanan.

"Enggak," Balas Sea pelan, lalu mendekatkan mulutnya ketelinga Susi, "Malah gue seneng, karna dihutan gue ketemu sama pangeran." Kekeh Sea.

Susi mengernyitkan dahinya bingung, lalu matanya menangkap tangan Sea yang digenggam oleh tangan Saga. Susi membulatkan mulutnya, lalu beralih menatap Jovan dan Biyan yang juga terdiam memperhatikan tautan tangan Saga dan Sea.

"Wah parah lu Se, lu sengaja masuk hutan biar bisa berduaan sama Saga kan?" Tuding Susi.

"Mulut lu Sus, ngapain berduaan dihutan, yang ada dipatok uler nanti." Sea memutar bola matanya malas.

"Ekhem uhuk uhuk, lengket bener ye tuh tangan, iya gak Jov?"

"Ho'oh, mungkin udah diolesin lem tembak tuh tangan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Miss RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang