Dirga menggertakkan giginya. Memperkuat cengkraman tangannya pada kaleng minuman yang ia beli di mesin otomatis. Benar pikirnya tadi, seharusnya ia tidak mengikuti permintaan kakeknya untuk bicara.
Karna disinilah ia sekarang, duduk berhadapan dengan orang yang paling ia hindari dan emosi dari masing – masing yang menggebu.
" kakek tidak memaksa. Pikirkan baik- baik lagi, kamu tidak punya siapa-siapa lagi sekarang"
Dirga menatap lurus ke lawan bicara. Tidak berniat menanggapi barang satu kata pun. Sedang yang ditatap juga melakukan hal yang sama. Keduanya duduk dengan angkuh dan tatapan sama – sama tajam.
" saya masih punya mama, Mama masih ada disini dan belum pergi"
Dirga berucap dengan intonasi rendah yang terdengar dingin. Melipat kedua tangan di depan dada setelah melempar kaleng pada tempat sampah tanpa beranjak dari tempat duduknya. Menatap sang kakek yang masih belum memberi respon terhadap pertanyaannya.
" kakek tahu, kamu dan mamamu akan ikut kakek kembali ke rumah awal"
" saya tidak mau"
Dirga memotong ucapan kakeknya bahkan sebelum perkataannya selesai. Dirga baru saja akan beranjak dari duduknya ketika sepasang tangan yang sudah dipenuhi keriput itu menahannya.
" kakek belum selesai bicara"
" bagaimanapun, saya tidak mau. Setelah kakek membuang saya dan mama, sekarang kakek ingin mengambil kami kembali?"
" Kakek tidak bermaksud seperti itu. Kakek hanya... merasa kehilangan ketika putri kakek memilih untuk ikut papamu dari pada kakek. Dan kakek benci pada semua orang yang merebut putri kakek"
" termasuk... saya?"
Kakek Ali menghela nafasnya kasar. Memajukan badannya yang semula menyandar pada punggung kursi menjadi lebih tegap. Mengusap wajahnya kasar, tatapan kakek Ali berubah melembut saat menatap Dirga yang masih terlihat kaku.
" kakek minta maaf soal itu, kakek hanya terlalu menyayangi ibumu, sampai tidak rela jika ada sesorang yang mengambilnya dari kakek. Kamu tidak akan merasakan hal itu, sampai kamu memiliki anak perempuan"
Dirga termenung setelah mendengar penjelasan kakeknya. Itu tentang rasa sayang ayah kepada anaknya. Dan benar kata kakeknya, ia tidak akan pernah tahu rasanya, sampai ia memiliki anak perempuan. Mungkin itu juga yang akan dirasakan keluarga Jehan jika Dirga terlalu egois dalam hubungan mereka.
" saya tidak bisa ikut kakek sepenuhnya. Agama bukan mainan yang bisa diganti begitu saja dan saya masih...bingung"
" kamu tidak perlu ikut kakek sepenuhnya. Itu hak kamu, cuma pikirkan lagi kondisi mamamu. Kamu tidak bisa merawat sendiri, kamu masih harus sekolah, bibimu bisa membantu merawatnya"
Dirga termenung sebentar. Menimang-nimang tentang keputusan besar yang akan ia buat. Tentang ia dan ibunya, juga tentang kelanjutan hubungannya dengan Jehan. Dirga mendongak ketika menemukan keputusan yang akan ia ambil.
" oke, saya akan ikut kakek kerumah awal. Dengan satu syarat"
" Alhamdulillah, apa nak?"
" ceritakan siapa Ica yang selalu disebut mama"
⁕Little Spaces⁕
Suara langkah kaki terdengar menggema di lorong rumah sakit petang itu. Membuat sekelompok orang yang sedang terjebak dalam suasana canggung tersebut menoleh bersamaan.
Mendapati pasangan kakek dan cucu yang berjalan berdampingan. Dengan wajah yang sama-sama datar tanpa ekspresi. Salah satu diantara mereka bedua berhenti dihadapan sekelompok orang yang tadi terperangah karna melihat mereka yang bagai pinang di belah dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Little Spaces - Doyoung NCT
FanfictionKami bertemu Bertatapan seolah saling mengungkap rindu Kamu, dengan kalung salib di leher mu. Aku, dengan tasbih digenggamanku ,-jh, Senin 2019 [PERMATA the series] Start : 190109 Fin : 190604