Epilogue : as a Friend

2.8K 329 122
                                    

Masih penghujung tahun 2020

Dirga meletakkan kopi pada meja kerja miliknya. Duduk sambil menghadap ke jendela yang mengarah keluar gedung. Kantor Dirga—Radio Pancara, yang didirikan bersama rekan satu timnya dulu saat masih menjadi penyiar magang di salah satu Radio terkeknal di daerahnya.

Kantor yang baru berdiri sekitar dua tahun tersebut memang masih berkembang. Makanya, pemandangan di luar jendela hanya halaman gedung berisi pedagang yang juga mengembangkan usahanya.

Dirga meminum kopinya. Kopi yang menjadi pengganti nasi atau roti sebagai sarapannya. Dirga tidak sempat memasak. Bukan, tidak bisa lebih tepatnya. Dan roti dirumahnya sedang habis. Jadi Dirga hanya sempat mampir di kedai kopi yang letaknya tak jauh dari tempat kerjanya.

Dirga menolehkan kepalanya ketika mendengar suara pintu studio yang terbuka. Munculah Bayu Javiero atau yang biasa rekannya panggil Mas Baja. Dirga membalas senyum yang dilontarkan Baja.

" Sendirian aja Mas Ken?"

" iya, kan tim kita isinya Cuma 3 orang, yang satu entah kemana"

Baja terkekeh mendegar perkataan rekannya itu. Oh, mari kita ceritakan secara singkat tentang perjalanan Dirga hingga saat ini.

Dirga menyambung sekolahnya di daerah rumah kakeknya tersebut. Walau bukan sekolah favorit, tapi beruntung sekolah tersebut mau menerima siswa lagi menjelang ujian nasional. Karna waktu sekolahnya di sekolah baru yang singkat, Dirga tidak mempunyai banyak teman. Hanya beberapa dan itupun Dirga sudah lupa.

Di masa sekolahnya inilah akhirnya Dirga sedikit sedikit mempelajari tentang islam, dan memutuskan untuk menjadi mualaf ketika akan lulus sekolah.

Lulus sekolah, Dirga memutuskan untuk tidak melanjutkan ke jenjang kuliah. Mencoba beberapa pekerjaan termasuk menjadi MC dalam sebuah acara amal.

Dirga yang awalnya jarang berbicara, ternyata memiliki bakat terpendam untuk menjadi MC. Hingga pada akhirnya ada seorang dari Radio menawarkan pekerjaan padanya. Dirga saat itu langsung menerimanya dan menjadi penyiar magang di Radio tersebut.

Disanalah ia bertemu Baja yang masih sama-sama menjadi penyiar magang. Hingga satu tahun ia menjadi penyiar magang, Pada akhirnya ia bersama Baja mendirikan Radio sendiri.

Dengan modal dari mereka berdua, berdirilah Radio Pancar Suara atau yang dikenal dengan Pancara f.m yang masih dibawah naungan perusahaan orang tua Baja.

Butuh satu tahun bagi mereka berdua hingga bisa lepas dari naungan perusahaan orang tua Baja dan berdiri sendiri.

Kembali ke masa sekarang dimana Dirga sedang memikirkan tentang menu makan siang yang ia makan nanti dan terganggu dengan suara pintu yang terbuka.

" Ja, pintunya kaya perlu diganti deh, ngagetin kalo bunyi"

" biasain deh Mas, Nunggu budget mencukupi dulu nih"

" tau tuhh, Mas Keanu aja yang kagetan"

Seseorang yang menyebabkan Dirga kaget tersebut ikut menimpali pembicaraan membuat Dirga melotot sambil mengumpat sedangkan Baja hanya geleng-geleng kepala.

" Mayang, Mayang jangan dicengin gitulah Mas Keanunya, kamu kalo dicengin juga ngambek"

" tau tuh kampret satu"

" yeee, emang kan Mas Keanu kagetan udah tua soalnya"

Lentera Tenggara Mayangsari. Satu-satunya perempuan yang menjadi rekan kerja Dirga. Dua tahun dibawah Dirga. Satu tahun dibawah masa lalu Dirga.

Karyawan yang direkrut Baja sebagai teman satu timnya. Mahasiswa kedokteran sebenarnya, tapi entah kenapa merembet ke penyiar.

" Mas Ken, nanti makan apa?"

[1] Little Spaces - Doyoung NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang