Please vote before or after reading and leave the comment. Thank you for being a part of this story and Borahae💜
.
Terima kasih sudah menjadi pembaca yang jujur. Salam kenal yeorobun💜
.
Seperti kemarin-kemarin, aku mendudukan diriku di puncak menara astronomi. Menangis sendirian sambil merenungi 18 tahun hidupku yang seperti ini.
Aku sedang tidak ingin bertemu siapapun baik Myrtle, Yumi, Jaebum, Yoongi atau makhluk-makhluk lainnya.
Aku hanya ingin sendiri.
Disini.
Dan merenungi segalanya.
Sungguh, rasanya aku sudah tidak memiliki muka lagi untuk bertemu dengan siapapun.
Apa yang akan terjadi setelah peringatan terakhirku yang kemarin? Apakah aku benar-benar akan dikeluarkan setelah ini? Bagaimana nanti dengan respon ayah dan ibu?
Aku telah mendengar hal buruk apa yang tersebar kali ini. Rasanya miris sekali. Betapa orang-orang lebih suka menilai sesuatu tanpa membuktikannya terlebih dahulu.
Seharusnya aku tidak keluar dari zona nyaman.
Kalau sudah seperti ini ya untuk apa membersihkan nama baik. Untuk apa aku sukarela membersihkan kelas setelah pelajaran usai. Untuk apa aku membawa buku-buku tebal naik turun tangga. Untuk apa aku menyapa orang-orang yang ada. Untuk apa apa menghabiskan waktu sepanjang malam dengan membuatkan tugas orang-orang. Untuk apa aku memasang badan dan menanggung luka dari para pem-bully agar sekolah tentram-tentram saja jika pada akhirnya namaku tetap buruk di mata semua orang.
Pada akhirnya hanya aku yang terluka dan pada akhirnya tidak ada yang membela.
Sedangkan besok adalah hari terakhir pertandingan.
Aku ingin sekali berdiri disana, diantara barisan para penonton untuk menyemangati Yoongi seperti hari kemarin. Tapi rasanya ia tak akan sudi jika aku berada disana esok hari.
Aku harus bagaimana?
***
"Y/n.."
"Oh kepala sekolah," aku mengangkat kepala saat mengetahui kepala sekolah memanggilku. Saat ini aku tengah berjalan turun untuk kembali ke kamar asrama.
"Sedang memikirkan apa?"
"Tidak ada."
"Baiklah.."
Jarang sekali aku bisa bertemu dengan kepala sekolah. Meski kepala sekolah adalah orang yang sulit ditebak, tapi tetap saja kecil sekali kemungkinan untuk dapat menemukan waktu dimana aku dapat berdua saja dengannya.
"Um.. kepala sekolah?" panggilku saat aku teringat akan hal yang dari lama ingin sekali aku tanyakan padanya.
"Ya?"
"Kenapa aku tidak dikeluarkan setelah semua kesalahan yang aku lakukan?"
"Kau pikir kenapa?" aku mengerut bingung saat ia balik bertanya.
"Aku tidak tau. Pasti aku telah merepotkanmu," jawabku. Jujur saja aku tak enak hati dengan guru-guru yang ada di Hogwarts.
"Setiap orang memiliki alasan mereka masing-masing. Dan ketika kau berbuat salah, pasti kau memiliki sebuah alasan. Maka dari itu aku juga punya alasan kenapa tidak mengeluarkanmu dari sini."
Aku terdiam mendengar jawabanya. Betapa bijaknya orang tua ini. Aku merasa seperti ada seseorang yang bisa mengerti diriku tanpa perlu aku beritahu.
"Kau tau. Hogwarts punya banyak sekali rahasia di dalamnya untuk orang-orang baik yang mempertahankan kebenarannya," aku menatap wajahnya untuk mencoba memahami maksud dari kalimatnya.
"datanglah ke pertandingan besok. Kau berhak datang."
Dan baru ku sadari bahwa aku telah berdiri di depan asrama setelah kepala sekolah pergi.
***
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Shop • BTS ✔
Fanfic[Completed] Y/n jatuh cinta pada lelaki dingin dari asrama Slytherin dan ia menganggap itu adalah sebuah kutukan. Bagaimana cara y/n mematahkan kutukan itu? Apakah ia berhasil, atau terus terjebak didalamnya? Copyright ©Skradnr 2018