Different -1-

7.4K 458 4
                                    

"Den, ayo bangun. Hari ini aden sekolah, bibi udah siapin sarapan." Bi Nana, pembantu berkepala empat di rumah besar itu mengetuk pintu kamar sang tuan muda nya yang masih terlelap padahal matahari sudah bersinar dengan cerah nya.

Bi Nana membuka pintu kamar tersebut dengan perlahan karena dirasa panggilan nya diabaikan. Terlihat laki-laki bertubuh kekar dengan rambut tebal acak-acakan itu masih nyaman menggulung tubuh nya dengan selimut.

Bi Nana menggelengkan kepala nya, pasti majikan nya yang satu ini tidur larut malam makanya susah dibangunkan seperti ini.

Pembantu yang sudah 19 tahun bekerja dirumah besar itu berjalan ke arah tirai, membuka tirai itu agar matahari dapat masuk ke dalam ruangan dan mampu membangunkan macan yang tengah tertidur pulas di ranjang berukuran king size itu.

"Argghh.. Bibi silau.."

Bi Nana membuka selimut yang menggulung tubuh majikan nya, "Den Vino ayo bangun. Jangan sampe kesiangan ke sekolah nya." Bi Nana menepuk nepuk lengan atas majikan nya.

Gevino Diplosca Bagaskara dengan sangat terpaksa harus membuka mata nya dan mengumpulkan nyawa yang selama ia tidur entah menghilang kemana.

Vino tersenyum ketika melihat Bi Nana dihadapan nya, "Ah.. selamat pagi, Bi." Sapa Vino dengan suara serak khas orang bangun tidur. 

Bi Nana ikut tersenyum melihat Vino tersenyum. "Pagi juga Den, Sana siap-siap hari ini aden masih sekolah." Bi Nana mengelus puncak kepala Vino singkat sebelum meninggalkan kamar Vino dan menutup pintu nya perlahan.

Setelah Bi Nana menghilang dibalik pintu, senyum Vino perlahan memudar. Ia menggigit bibir bawah nya untuk menahan sesuatu yang selalu mendesak ingin keluar.

Harus nya mama yang bangunin gue dan ngelus kepala gue kaya tadi. Bukan Bi Nana.

••••

Vino menuruni anak tangga dengan tubuh yang terbalut seragam sekolah. Tak lupa ia membawa tas sekolah yang hanya berisi satu buku tulis, buku gambar dan cat warna.

"Pagi Vino." Laki-laki berwajah sangat mirip dengan Vino tersenyum ketika mendapati adik nya tengah mencomot roti berselai kacang kesukaan Vino yang telah disiapkan Bi Nana tadi.

Vino hanya menatap kembaran nya dengan tatapan malas. Tanpa berniat membalas sapaan sang kembaran, Vino memasukan seluruh potongan roti ke dalam mulut nya, menghabiskan susu dan pergi begitu saja.

"Harus nya kamu bisa lebih sopan dengan kakak mu, Vino!" Bentak Bagas.

Gevano Diplosca Bagaskara, Saudara kembar Vino yang lahir 5 menit lebih dulu dibanding dirinya.

Gevano menyentuh pundak ayah nya yang menegang, "Pah udah, Gevan gapapa."

Bagas menghelas nafas kasar, anak itu memang tidak tau diri. Vino pembangkang, Vino pembuat masalah, berbeda dengan Gevan.

"Apa masalah yang kamu buat lagi kemarin? Cukup Vino. Mama udah cape harus dateng ke sekolah kamu karena kamu selalu buat masalah di sekolah." Delima, ibu yang selama ini Gevan banggakan dan Vino benci itu mulai angkat bicara setelah tadi hanya diam menyimak kedua anak dan suami nya.

Vino berbalik, "sejak kapan Mama perduli sama Vino? Vino baik-baik aja tanpa Mama perduli sama Vino. Mama urusin aja tuh anak Mama yang penyakitan itu!"

"Vino jaga mulut kamu!" Bagas berdiri dari duduk nya, berjalan menghampiri Vino diikuti dengan Gevan yang terlihat cemas melihat wajah ayah nya yang memerah.

Pasti akan terjadi pertengkaran lagi setelah ini. Mengingat sifat ayah nya yang arogan dan Vino yang tidak mau kalah.

"Apa?" Vino mengangkat wajah nya, "Papa mau tampar Vino lagi?"

"Tampar Pa!" Vino menepuk nepuk pipi kanan nya dengan wajah menantang, "tampar Vino sepuas yang Papa mau!"

Plak!

Bagas tidak suka di tantang. Apalagi jika bocah kecil yang menantang nya seperti itu. Anak kurang ajar. Sudah diurusi hidup nya, dibiayai sampai tidak pernah kekurangan sedikit pun tapi tidak pernah menjaga sikap nya di hadapan Bagas.

Bagas heran, kenapa anak nya yang satu ini terlihat jelas berbeda dengan Gevan.

Vino menyentuh pipi nya yang perih akibat tamparan ayah sialan nya tadi. Mata nya menatap Bagas penuh dengan amarah. Delima, yang awal nya ikut kesal dengan Vino kini tengah mengusap pundak Bagas agar tetap tenang. Sebenci apapun Delima pada Vino, Vino masih tetap darah daging nya.

"Udah mas, inget Vino masih anak kamu." Tatapan Delima melembut pada Vino yang sekarang tengah menatap ayah nya dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Ngapain kamu bela dia? Udah ngasih apa dia sama kamu Delima? Bukan nya selama ini dia hanya membuat mu pusing karena masalah yang dia buat?!"

Lagi, dan lagi ucapan Bagas berhasil membuat Vino naik pitam. Vino mengepalkan tangan nya, menatap tiga orang yang akan dia benci seumur hidup nya.

"Pah udah, jangan bicarain apa-apa lagi." Kini Gevan yang menenangkan Bagas. Tangan nya tak berhenti mengelus punggung sang ayah namun mata nya tak beralih menatap Vino.

Ada sedikit rasa kasihan pada Vino karena selalu mendapat amarah dari ayah nya, tapi Gevan tidak bisa berbuat apa-apa. Dia tidak bisa ikut menentang ayah nya jika tidak mau terjadi sesuatu yang lebih buruk lagi.

"Papa cape ngurus adik kembar kamu itu. Wajah kalian itu sama persis tapi kenapa sifat kalian beda?"

Vino menyeringai, giliran bicara dengan Gevan nada nya bisa selembut itu. Vino aneh, dia ini anak kandung mereka atau anak yang mereka temukan di tong sampah?

"Bahkan Vino gak bisa bersikap baik kepada Papa dan Mama yang notabene nya adalah orang tua dia, tidak seperti kamu."

"Jelas lah Vino gak kaya dia," Vino menunjuk Gevan yang tengah menatap nya dengan tatapan yang tak bisa Vino artikan, "Dia berbuat baik karna dia sadar kalau dia gak akan hidup lebih lama! Orang penyakitan kaya dia bakal cepet mati!"

"VINO JAGA BICARA KAMU!"

Plak!

Oke. Sempurna. Tamparan di pipi kanan dan pipi kiri Vino dapatkan di pagi hari. Sarapan yang sangat bagus untuk kejiwaan Vino.

Vino tak berkata apa-apa lagi, dia hanya menatap ketiga orang di hadapan nya bergantian lalu pergi begitu saja.

Menyalakan mesin motor nya dan berkendara membelah jalanan dengan kecepatan penuh. Tak perduli jika sekarang ia tengah menyerahkan nyawa pada tuhan.

••••

Minggu, 5 Mei 2019

Silmazkia🌙

Different ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang