Different -9-

4.2K 324 24
                                    

Vino mengusap kening nya yang penuh dengan keringat. Sedikit membungkuk, mencoba mengatur nafas nya yang tak beraturan dan mulai melanjutkan hukuman nya. Berlari keliling lapangan sebanyak 20 kali.

Siang ini, dibawah terik matahari Vino terpaksa menjalani hukuman nya karena ketauan merokok di dalam kamar mandi. Abisnya Vino bosan dikelas hanya mendengar guru mengoceh tak jelas di depan, jadi lebih baik ia ke kamar mandi dan nyebat.

Sudah putaran ke 15, bahkan Vino sudah melepas seragam nya. Tubuhnya hanya terbalut kaus putih tipis dan ngepas dengan badan proporsional nya. Kaus nya sudah basah kuyup oleh keringat, semakin mencetak tubuh Vino membuat para siswi terpekik girang dan tak jarang mengabadikan keindahan seorang Vino dengan kamera ponsel nya.

Ketika Vino masih berusaha berlari dengan nafas seadanya, Vino merasa ada seseorang yang ikut berlari disamping nya. Lantas Vino menoleh, menyerngit bingung karena yang ikut berlari adalah Gevan.

"Lo dihukum juga?" Tanya Vino masih dalam posisi berlari.

"Enggak." Jawab Gevan sekena nya. Tanpa menoleh ke arah Vino. Gevan fokus pada jalur larinya.

"Terus ngapain?"

"Gue mau olahraga siang, biar sehat." Jawab Gevan yang membuat Vino berhenti. Vino berkacak pinggang, menatap Gevan dengan tatapan menyidik.

Masa olahraga siang siang? Ngaco nih Gevan.

Gevan ikut berhenti. Menoleh pada Vino. Mengangkat sebelah alis nya, sedikit bingung karena Vino menatap nya seperti itu.

"Apa lo natap gue kaya gitu?"

"Lo ngikutin gue kan? Ngaku lo!" Vino menunjuk Gevan tepat di depan wajah kembaran nya itu.

"Percaya diri lo kurangin, bocah!" Gevan menampar pelan pipi Vino. Melanjutkan lari nya, meninggalkan Vino yang merengut kesal lalu mengejar Gevan yang sudah lumayan jauh.

"Ge serius, lo ngikutin gue kan?" Tanya Vino lagi, menatap Gevan yang tidak menatapnya.

Vino memicing, muncul dipikiran nya sekelebat ide untuk membuktikan bahwa Gevan memang mengikuti nya.

Vino mulai mempercepat lari nya, Gevan ikut mempercepat lari.

Vino memperlambat lari nya, Gevan juga ikut memperlambat lari nya.

Vino berhenti. Gevan ternyata juga berhenti.

Vino berjongkok, Gevan malah ikut berjongkok.

Vino selonjoran, eh Gevan masih ngikutin juga.

Kini Vino mendengus kesal, bangun dan lanjut berlari. Dan Gevan juga mengikutinya.

"Tuhkan bener lo ngikutin gue!" Vino menghentikan langkah nya. Mencak mencak gak jelas. Wajah nya memerah karena kesal.

Gevan juga ikut berhenti, menatap Vino dengan tatapan biasa saja. Padahal ia sudah menggigit bibir bawah, berusaha menahan untuk tidak tertawa.

"Engga."

"Bohong."

"Iya."

"Hah?"

"Apa?"

"Ngikutin gue kan?" Tanya Vino, masih keras kepala dengan pendirian nya.

"Iya, kan biar gue ngerasain apa yang lo rasain." Jawab Gevan santai. Vino malah melotot.

"Apa-apaan! Gak boleh. Kan yang dihukum gue!"

"Ya kan gue kaka kembar lo, susah senang bersama. Ya ga?" Gevan menaik turunkan alis nya. Vino bergidik ngeri.

Different ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang