Different -3-

4.7K 375 15
                                    

Angin sejuk yang berhembus di sore hari memainkan rambut dua bocah yang baru genap dua tahun itu.

Mereka sedang duduk berhadapan di bawah pohon rindang halaman rumah nya. Dengan kaus kembar lengan pendek bergambar iron man dan celana jeans selutut membuat mereka terlihat sangat lucu.

Satu diantara kedua nya sedang asik bermain mobil-mobilan sedangkan yang satu nya lagi sedang asik melihat-lihat gambar pada buku animasi yang baru saja ibu nya belikan.

"Gege, Ino lapell.. Gege lapel juga ga?" Bocah yang tadi asik bermain mobilan menghampiri kakak kembar nya, menggoyang-goyangkan lengan sang kakak dan menggelayut manja di sana.

"Minta sana sama Mamah, Gege kan bukan Mamah!"

Gevano bergeser sedikit untuk menjauh dari adik yang sudah menganggu nya membuat sang adik merenggut kesal.

Vino memukul Gevan dengan tangan mungil nya membuat Gevan mengaduh, "Aduh Ino!! Tenapa ebuk ebuk hah? Ino akal! mau Gege bilangin mama?"

Vino yang tadi memukul Gevan hanya menyengir tak berdosa, mengelus lengan Gevan yang memerah karena pukulan nya. "Maaf ya, abis Ino kesel Gege jahat. Ino kan lapel, kata Mama kalo ga makan bisa akit. Emang Gege mau Ino akit hah?"

Gevan hanya melengos seakan tak perduli dengan adik kembar nya. Memalingkan arah pandangan nya dan menggigit bibir bawah agar tidak tertawa. Diam ya, jangan bilang Vino kalau Gevan sedang berpura-pura tidak perduli.

"Gege gak sayang ya sama Ino?" Vino bertanya, dengan tatapan mengintimidasi layak nya orang dewasa.

Gevan yang ditanya dan ditatap seperti itu justru tidak bisa menahan tawa, "Muka Ino lucu, kaya mau meyedak melah gitu."

"Gege ih Ino celius!" Vino menaruh kedua tangan nya di depan dada. Masih memandang kesal dengan kakak kembar nya yang masih tertawa.

Gevan bilang wajah Vino memerah, tapi Gevan tidak sadar bahwa kalau ia sedang tertawa wajah nya juga akan memerah. Seperti mau meledak.

Gevan mengatupkan bibir nya, berusaha untuk berhenti tertawa walaupun sulit rasanya.

"Ayo, kita ke Mama minta makan. Nanti Gege suapin Ino ya. Ino jangan ngambek lagi, muka Ino jelek kaya monyet." Setelah nya Gevan berlari meninggalkan Vino yang berteriak.

"Kalo adik nya monyet kakak nya apa hahh?! Kuda nil?!!"

****

Vino berjalan malas memasuki rumah megah nya. Percuma rumah nya terlihat besar tapi tidak bisa menciptakan rasa hangat untuk Vino.

Pencahayaan di seluruh ruangan remang-remang. Mungkin seluruh penghuni rumah telah tidur mengingat sekarang jam sudah menunjuk pada angka 1.

Dengan mulut yang masih sibuk mengunyah permen karet dan tangan yang dimasukan kedalam kantung celana, Vino berjalan menaiki anak tangga.

Ia menaiki tiga anak tangga, kemudian menuruni nya dan menaiki nya lagi lalu tertawa cekikikan.

Entah apa yang Vino sedang lakukan, tapi ia sangat menyukai bunyi langkah kaki ketika menaiki tangga. Menurut Vino, bunyi nya sangat lucu dan terdengar menarik. Ada yang setuju?

Ketika Vino membuka knop pintu kamar nya, atensi Vino langsung tertuju pada sosok yang tengah tertidur dikasur nya dengan kedua tangan memeluk sebuah figura dengan sangat erat.

Vino menutup pintu, berjalan perlahan ke arah sosok itu agar tidak menganggu tidur nya yang terlihat sudah sangat nyenyak.

Vino menarik selimut hingga menutupi tubuh kembaran nya sampe sedada, mengambil figura itu secara perlahan. Ah, ini foto masa kecil mereka.

Different ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang