Different -13-

5.9K 396 45
                                    

Reza dan Genta berlari beriringan dengan bangkar dimana Vino tergeletak lemah dengan kondisi yang begitu kacau memasuki ruangan UGD. Di rumah sakit yang sama dengan Gevan.

Bagas dan Delima yang melihat itu lantas terkejut. Apa yang terjadi? Bukan kah tadi Vino sedang terduduk di lantai rumah sakit? Mengapa tiba tiba adik kembar Gevan itu datang dibawa oleh para suster dalam keadaan mengenaskan seperti itu?

Delima menghampiri dua remaja yang tadi ikut membawa Vino kemari, menepuk pundak salah satu nya membuat remaja tinggi jangkung tersebut menoleh.

"Apa yang terjadi pada Vino?"

Reza menoleh pada Genta, menatap Genta dengan maksud bertanya siapa wanita dewasa yang tengah bertanya tentang Vino ini. Apakah wanita ini mengenal Vino?

"Tante siapa?" Pertanyaan Delima yang dibalas kembali dengan pertanyaan oleh Reza.

"Saya Delima, Ibu nya Vino." Saut Delima, dengan suara lemah karena ia masih sedikit terisak.

Kedua alis Reza terangkat naik. Ia sedikit terkejut. Pasalnya, Reza dan Genta sama sama tidak tau bagaimana wujud kedua orang tua Vino. Tidak pernah melihat dan tidak pernah bertemu.

Bagas berjalan menghampiri Delima yang tengah berdiri berhadapan dengan Reza. Iris mata nya bertemu dengan iris mata Reza. Menatap Reza dengan tatapan sulit diartikan.

"Vino di kroyok preman tante. Dia--"

"Dasar anak sialan, dalam keadaan seperti ini dia masih sempat tawuran?" Belum selesai Reza berbicara, Bagas sudah menyerobot perbincangan nya dengan ucapan sadis membuat Reza melotot tak terima.

"Om jangan kurang ajar kalau ngomong." Reza mengepalkan tangan, menahan gejolak untuk segera meninju orang yang Reza tebak adalah ayah dari Vino.

Mulut biadab. Bisa bisa nya ia langsung menyimpulkan seperti itu?

"Vino tidak sejahat yang Om dan Tante pikirkan, Vino orang baik." Reza lanjut berbicara, dengan sedikit penekanan dan tatapan kebencian. Pantas Vino seringkali mengumpat jika sudah berbicara mengenai sang ayah. Ayah Vino bahkan bertindak seakan tidak tau tata krama.

"Baik? Keluar masuk penjara itu baik katamu? Anak kurang ajar kaya dia gak pantes disebut orang baik!"

"Bangsat! Jaga mulut lo!" Reza berteriak, menunjuk Bagas tepat di hadapan wajah nya. Mengerang kesal.

Melihat Reza yang sedikit memajukan tubuhnya, menantang pada Bagas. Genta menahan lengan Reza. Berbisik pelan bahwa Reza tidak boleh bertindak arogan di rumah sakit.

"Lo gak tau seberapa malaikat nya Vino buat gue! Vino yang tulus nolongin gue disaat gue mencoba buat nyopet dompet dia!" Reza menunduk, nafas nya tercekat. Ia sungguh tak terima disaat orang yang begitu Reza hormati dan lindungi diperlakukan kasar seperti itu.

Bahkan disaat Vino terkapar lemah tak berdaya seperti sekarang, orang tua nya tetap memandang Vino sebagai makhluk hina. Sungguh, Vino tidak pantas mendapat perlakuan seperti itu.

Reza bukan tanpa alasan menyerahkan segala hidup nya untuk selalu ada untuk Vino. Vino penyelamat hidup nya. Walau Vino terkesan kasar dan arogan, namun jauh di dalam lubuk hati nya Vino memiliki jiwa yang tulus. Vino tidak pernah memberi dengan mengharap balasan. Seperti apa yang Vino lakukan pada Reza. Membiayai hidup Reza tanpa mengharap apapun dari Reza.

"Apa kalian masih menganggap Vino anak gak berguna saat kalian tau fakta bahwa Vino menyerahkan diri ke musuh agar dia bisa mati?"

Reza meremas ujung jaket yang ia kenakan. Ia tidak pernah menangis meski hidup nya terkesan perih, namun rasanya sekarang ia ingin menjerit menangis memohon pada tuhan agar Vino diselamatkan.

Different ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang