Different -5-

4.3K 337 23
                                    

Vino menyesap kopi susu yang tadi ia pesan karena ia merasa ngantuk. Tapi sebenarnya walaupun sudah minum kopi juga Vino masih tetap ngantuk. Vino juga gak ngerti apa manfaat dia minum kopi sekarang.

Satu kaki diangkat ke meja dan satu kaki lagi di angkat ke kursi. Tidak ada yang berani menegur tindakan tidak sopan Vino. Siswa siswi yang melihat itu hanya menoleh dan berpura-pura tersenyum agar tidak mendapat bogeman Vino.

Vino melirik kesekeliling kantin. Tumben dua biawak Afrika itu belum kelihatan batang hidung nya. Biasanya jika jam istirahat seperti ini, Genta dan Reza sudah nongkrong di kantin. Eh tapi, ketika bukan jam istirahat juga mereka mah sudah dikantin.

Biasa, anak nakal.

Suara rusuh dari luar kantin mengalihkan atensi Vino yang hendak menyesap kopi.

"Minggir semua minggir!" Teriak Genta, mendorong semua orang yang menghalangi jalan nya.

Vino menyipitkan mata, Reza dan Genta tidak berdua. Ada seseorang yang di tarik paksa oleh Reza. Dan itu..

Gevan?

Melihat wajah kesakitan Gevan karena tarikan Reza lantas membuat Vino berdiri. Ia menghampiri kedua kawan nya yang juga berjalan menghampiri Vino.

"Kenapa? Kenapa nyeret orang gini?" Vino berusaha untuk tetap tenang di hadapan Gevan. Ia tak mau Gevan melihat sorot mata marah sekaligus khawatir Vino.

Reza mendorong Gevan hingga Gevan jatuh seperti berlutut di hadapan Vino yang membuat Vino kaget terheran.

Sebenarnya Vino ingin sekali membantu Gevan, tapi..

Gengsi.

"Musuh lo itu musuh gue, dan lo pernah bilang kalau musuh itu harus di abisin kan?"

Vino menaikan sebelah alis nya, "Maksud lo apaan?"

Reza membangunkan Gevan secara paksa. Mencengkram lengan Gevan kuat membuat Gevan mengaduh.

Vino berusaha menahan raut wajah nya yang khawatir ketika mendengar suara mengaduh Gevan yang terdengar sangat lirih. Tatapan memohon pertolongan yang di sorotkan Gevan seakan membuat Vino tak kuasa untuk tidak menarik Gevan dan membogem Reza habis-habisan.

"Si cupu ini musuh lo kan? Lo benci banget sama dia, berarti kita juga harus benci sama dia." Jelas Reza.

"Dan orang yang lo benci harus habis ditangan lo, right?" Genta menambahkan.

"Gue lagi gak mau berantem." Ini Vino ngeles. Vino berbalik, hendak kembali ke tempat duduk nya.

"Kalo gitu biar gue sama Genta yang bantu abisin." Ucap Reza membuat Vino menghentikan langkah nya.

"Cabut lo berdua, lepasin dia."

"Kenapa di lepasin? Takut lo karena dia saudara kembar lo?"

"Lepasin dia Reza.." ucap Vino penuh dengan penekanan.

"Gue ga akan lepasin sebelum dia abis di tangan gue. Atau Genta yang harus ngabisin? Lo jago beladiri kan, Gen?"

Genta mengangguk dan tersenyum miring.

Vino berbalik, memasang wajah tengil ala nya. "Kalau gue mau ribut, tanpa bantuan lo berdua pun seluruh manusia yang merhatiin kita di kantin ini udah habis ditangan gue."

Ucapan garang yang membuat kerumunan bubar. Mereka semua menunduk dan kalang kabut berusaha untuk pergi dari sana.

Reza melempar Gevan ke arah Genta, kemudian berjalan menuju sahabat nya yang walaupun muka penuh baret tapi tetep keliatan tampan. Memang, sangat susah seperti nya membuat ketampanan seorang Vino lenyap.

Different ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang