6

110 12 3
                                    

~~~

"Hati merupakan  salah satu hal yang paling halus. Maka berhati-hatilah, perasaan juga bisa berubah  dengan mudah seiring waktu berjalan."

~~~

"Eh lo anggota baru kan?" Tanya seorang kakak kelas.

"Eh iya kak." Jawab Rian.

"Tadi siapa nama lo?"

"Rian kak."

"Oh iya, permainan kamu bagus. Selamat datang di tim basket sekolah. Ekskul yang rajin ya, hehe." Serunya.

"Siap ka, hehe." Jawab Rian canggung.

"Ya udah, gue duluan yaa." Pamit kakak kelas tadi yang langsung berjalan ke arah kanan. Rian hanya mengangguk dan tersenyum.

Hari ini Rian secara resmi sudah menjadi anggota ekstrakurikuler basket di sekolahnya. Kegiatan ekstrakurikulernya hari ini baru saja selesai. Sekolah sepi dan jarang sekali terlihat orang yang masih berada di sekolah. Rian melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Jam itu menunjukkan pukul 17.30, Pantas saja, sudah sore. Langit pun terlihat mendung. Rian yang membawa motornya ke sekolah harus segera pulang sebelum hujan turun. Rian segera melangkah dengan terburu-buru menuju parkiran sekolah.

Anatha. Langkah kakinya terhenti saat Rian mengingat nama itu. Apakah Anatha sudah pulang? Rian mengeluarkan ponselnya. Rian terdiam, dia tidak memiliki kontak Anatha. Rian tidak bisa menghubunginya. "Atau Anatha emang udah pulang ya?" Batin Rian. Rian juga tidak tahu ekstrakurikuler apa yang diikuti oleh Anatha. Rian juga tidak tahu rumah Anatha di mana. Rian mengacak-acak rambutnya dengan kasar.

Apa yang Rian tahu tentang Anatha? Tidak ada. Kenapa juga dia tidak tanyakan hal-hal seperti itu pada Anatha padalah hampir seharian ini mereka selalu bersama. Rian mengangguk, akan dia tanyakan lain kali. Rian mendongak menatap langit sejenak, lalu segera berjalan kembali dengan terburu-buru menuju lapang parkir.

---

Hitam. Hanya hitam, gelap yang Anatha lihat. Semakin lama semakin kabur dan matanya sudah tidak kuat untuk terbuka. Di detik terakhir sebelum matanya tertutup, Anatha melihat satu titik cahaya. Namun semuanya terlambat, Anatha sudah tidak kuat untuk meraihnya.

"Anatha!" Teriak Rian sembari berlari mendekati Anatha yang terbaring di lantai gudang.

Anatha mulai membuka matanya secara perlahan. Seketika cahaya lampu seakan mengarah pada matanya. Anatha mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan. Hanya tembok putih sejauh mata Anatha memandang. Dimana ini? Apa yang baru saja terjadi? Pikir Anatha. Anatha berpikir sejenak. Potongan memori datang di ingatannya. Gudang. Gelap. Dingin. Debu. Erika. Erika? Di mana Erika? Anatha tersentak mengingat nama itu. Badannya langsung terduduk. Namun tiba-tiba kepalanya terasa berputar, Anatha memegangi kepalanya yang sakit.

"Anatha, kamu masih sakit." Ucap Rian yang sedari tadi menunggu Anatha sadar. Anatha kembali tidur di tempat awalnya.

"Gue di mana?" Tanya Anatha.

"Kita di UKS sekolah." Jawab Rian.

"Tapi, sekarang jam berapa?" Tanya Anatha lagi. Seingat Anatha sebelum dia di bawa ke gudang tadi sudah hampir jam 5 sore.

"Sekarang jam 8 malem." Jawab Rian setelah melihat jam tangannya.

"Gue mau pulang." Seru Anatha yang langsung mencoba bangun dan turun dari tempat tidurnya.

"Tapi kamu masih sakit Anatha...." Cegah Rian terpotong.

"Nggak! Gue gak kenapa-kenapa. Pokoknya gue mau pulang." Potong Anatha dengan cepat.

Another MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang