11

81 7 0
                                    

~~~

"Walaupun kau selalu marah dan kesal kepadaku, aku senang. Aku senang karena kau hanya melakukannya padaku, hanya aku yang mendapat perlakuan khususmu itu. Teruslah marah kepadaku, jika kau menginginkannya. Karena yang kuinginkan hanya tetap di sampingmu."

-Rian

~~~

Anatha berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya. Tiba-tiba perutnya terasa lapar. Anatha menghembuskan napasnya, hari ini dia tidak sarapan, dia akan kelaparan sampai jam istirahat nanti, dan ini semua hanya karena Rian, cowok rese itu. Anatha mengepalkan tangannya kesal. Anatha segera membuka pintu kelasnya dan masuk setelah sampai di depan kelas.

Anatha berjalan menuju pojok belakang kiri kelas, tempatnya. Langkahnya terhenti, di samping tempat duduknya ada seorang lelaki sebayanya yang tersenyum ke arahnya. Dia hampir lupa, kalau di dunia ini ada manusia menyebalkan yang bernama Rian, dan sialnya Anatha, harus kenal, sesekolah, bahkan sebangku dengan manusia itu.

"Pagi Anatha. Kamu datang siang ya? Padahal kamu kalo bareng aku ga akan sesiang ini loh." Sapa Rian. Walaupun baru beberapa kali Anatha mendengarnya, Anatha sudah sangat bosan.

Anatha mengedarkan pandangannya menyusuri seisi kelas. Dia mencari tempat kosong yang mungkin bisa menjadi tempatnya. Iya, dia ingin pindah, jika Rian tidak pindah juga, maka Anatha yang akan melakukannya. Tidak ada tempat yang benar-benar kosong, semua tempat kosong pasti sudah direservasi oleh teman sebangkunya. Dan Anatha hampir lupa, dia tidak memiliki teman satupun di sini dan tentu tidak ada satupun yang ingin berteman dengannya. Anatha frustasi. Dia membalikkan badannya, menatap kursinya. Rian tersenyum lebar.

---

Bel istirahat pertama berbunyi. Tanpa tunggu lama lagi, Anatha segera beranjak dari tempatnya untuk menuju kantin, perutnya sudah tidak tahan menahan lapar. Istirahat pertama ini tidaklah lama, jadi Anatha harus cepat, sebelum Rian menahannya juga. Tepat saat dirinya berada di depan pintu kelas, pintu itu ditutup dan dijaga oleh beberapa orang. Anatha diam, wajahnya menunjukkan kebingungan.

"Semuanya, jangan ada yang keluar ya, istirahat pertama ini ada bahasan penting yang harus kita bahas." Ucap Adrian di depan kelas. Sontak saja keluhan terdengar di mana-mana.

"Kenapa?". "Bahasan apa?  Cepet bisa ga.", "Ahh apaan lagi.", "Hey gue lapar.". Tentu saja Anatha pun ingin mengeluh, namun keluhannya itu hanya tertahan di kerongkongannya. Anatha kembali duduk di kursinya.

"Jadi, karena sebentar lagi bakal ada acara perlombaan antar kelas, Ibu Ani menghimbau supaya kita membuat baju kelas. Katanya kita harus pesan secepatnya, soalnya ditakutkan ga bisa jadi tepat waktu. Ibu Ani bilang kita harus udah dapet modelnya sama harganya hari ini, besok kita kumpulin uangnya, dan paling telat lusa kita udah pesen. Jadi makanya aku nahan kalian di istirahat pertama ini buat nentuin itu, dan taulah istirahat pertama ini singkat, makanya kalo ga beres bakal disambung di istirahat kedua nanti." Jelas Adrian.

Keluhan semakin terdengar. Perut Anatha kembali berbunyi, kapan dia bisa makan? Untung saja saat itu di kelas berisik jadi tidak ada yang bisa mendengar tangisan perutnya itu.

"Makanya serius bahasnya biar cepet selesai, bukan kalian aja, aku juga pengen istirahat." Tegas Adrian.

"Mending pink lah warnanya. Pink itu yah cerah, ngebuat semangat tau!" Ucap Erika nyolot.

"Lah apaan pink, jelek amat, kaya ga ada warna lain apa." Sergah salah seorang lelaki di kelas dan disetujui oleh sebagian yang lain.

"Erika, pink itu terlalu girly, tau kan kalo kelas kita itu bukan perempuan semua...." Lerai Adrian.

"Hah? Kelas kita ada cowonya? Lah lembek semua bisa dibilang cowo?" Erika memotong ucapan Rian yang malah menimbulkan masalah. Kelas menjadi ribut antara perempuan dan lelaki. Adrian pun terlihat sudah lelah.

Anatha tidak tertarik untuk mendengarkan perdebatan kelas apalagi berpartisipasi. Dia hanya memegangi perutnya dan menahan lapar. Anatha sesekali melirik jam tangannya menghitung sisa waktu istirahat.

Dan tibalah, teng~ teng~ bel tanda masuk akhirnya berbunyi. Keributan kelas akhirnya berhenti, semua kembali ke tempat masing-masing. Anatha tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya, bahunya turun, wajahnya kusut dan mulutnya cemberut. Bahkan dia sudah tidak memperdulikan Rian yang mungkin melihat dan bertanya-tanya dirinya kenapa. Anatha harus menahan lapar lagi untuk dua jam kedepan, mungkin.

"Anatha kamu kenapa?"


----

Ada apa nih sama Anatha??

Tolongin yu

Baca lanjutannya ya di part selanjutnya

Jangan lupa vomentnya ><

Another MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang