31

33 5 0
                                    

~~~

"Ketika dunia sudah tidak bisa lagi berdamai denganku, apakah aku masih pantas untuk berada di dunia?"

-Anatha

~~~

Anatha berjalan di trotoar jalan yang sepi. Gelap dan dingin, benar-benar menggambarkan dunia yang Anatha kenal. Tanpa tujuan, Anatha terus menyusuri jalanan yang gelap tanpa merasa takut akan hal apapun.

"Lo emang pembawa sial! Lo itu gatau diri! Gue benci sama lo, gue gak mau liat lo, gue pengen lo mati aja, lo udah ga pantes hidup tau ga?!"

Dari setiap perlakuan buruk Erika pada Anatha selama ini ternyata ucapannya yang itu sangat mempengaruhi Anatha. Tidak bisa hilang dari memorinya bahkan rasanya dia juga mulai membenci dirinya. Memang tiada guna Anatha di dunia ini. Hidupnya pun selalu buruk, dia selalu sendiri baik di rumah maupun di sekolah, tidak ada yang mau menemaninya seorangpun apalagi untuk mengerti dirinya.

Bodoh sekali Anatha yang malah terus berharap Tuhan akan mengerti dirinya apalagi berharap Tuhan akan mengirim seseorang yang akan mengerti dirinya, dan apa? Anatha malah ingin Tuhan menciptakan salinan dirinya di dunia ini, satu-satunya orang yang mengerti dirinya memanglah dirinya sendiri, sangat bagus bukan kalau dirinya ada dua di dunia ini? Tapi omong kosong, semua itu hanya khayalan seorang putri cantik, tapi masih pantaskah Anatha disebut seperti itu? Dia hanya manusia tidak berguna yang hidup sebagai parasit bagi orang-orang di sekitarnya. Apa mungkin semuanya akan menjadi lebih baik ketika Anatha tidak ada di sini? Ibu kandungnya saja meninggal ketika melahirkan Anatha, dari situ saja sudah kentara sekali kalau Anatha ini pembawa sial, dan ayah kandungnya saja tidak ingin mengurus Anatha.

Orang-orang bilang hidup seseorang ditentukan dari sikap dan perilaku orang itu sendiri. Tapi nampaknya Anatha tidak bisa sedikitpun merubah hidupnya sedari dulu, Anatha tidak bisa sedikitpun mengaturnya. Lantas kalau dia tidak bisa mengatur kehidupannya maka izinkan Anatha untuk mengatur kematiannya. Kehidupan Anatha selalu berjalan seperti ini setiap harinya, dan Anatha mulai merasa sangat lelah.

Anatha tetap menunduk di setiap langkahnya tanpa melihat arah jalannya sampai tiba-tiba langkah Anatha terhenti di suatu jembatan. Air sungai deras nan gelap mengalir di bawahnya. Air sungai yang mengalir liar itu menenggelamkan pikiran Anatha. Menggambarkan dunia luar yang selalu menekan, mengombang-ambing bahkan menenggelamkan dirinya.

"Gue benci sama lo, karena keberadaan lo! Kenapa lo harus ada di dunia ini, lo itu pembawa sial! Mati aja lo!" Anatha tersenyum miris mendengar suara itu terus mengiang di pikirannya.

"Mati aja lo!"

Mungkin saat ini Anatha sedang gila karena caci maki yang terus mengiang di dalam otaknya. Sampai sampai tanpa bisa dikendalikan Anatha mendekat untuk menatap aliran deras di depannya. Dalam sekejap saja kaki Anatha sudah memanjat batas jembatan dan terdengar suara air tempat Anatha menjatuhkan dirinya.

"Gue benci sama lo, karena keberadaan lo! Lo itu selalu ngerebut kebahagiaan gue, lo itu parasit buat semua orang yang lo kenal! Kenapa lo harus ada di dunia ini, lo itu pembawa sial! Mati aja lo!"

"Gue gak tau tentang itu Erika, maafin gue kalo lo ngerasa kaya gitu."

"Lo pikir maaf aja cukup? Lo pikir setelah lo minta maaf tiba-tiba semuanya berubah? Gue gak bisa maafin lo, itu gak akan merubah apapun. Kecuali lo pergi dari hadapan gue selamanya, kalo bisa lo pergi dari dunia ini, baru lo gak akan bawa sial lagi buat gue dan buat semua orang di sini!"

Anatha tersenyum miris kembali diracuni kata-kata itu. Bagaimana cara menghapus kata-kata itu dari pikirannya? Atau setidaknya, bagaimana cari menghentikan kata-kata itu agar tidak terus mengiang di dalam otaknya?

"Lo puas sekarang?" Dengan mulut yang penuh dengan air Anatha masih sempat mengatakannya pelan, seakan-akan saat ini dia sedang berada di depan Erika.

Setelah beberapa menit di dalam sana, tubuh Anatha mulai kedinginan dan menggigil, mata Anatha pun tidak bisa melihat apa-apa di dalam sana saking gelapnya, bahkan dada Anatha mulai terasa sesak karena kadar oksigen yang sudah mulai habis. Sampai akhirnya Anatha kehilangan kesadarannya.

----

Wah parah

Anatha bunuh diri?

Gimana kelanjutannya ya?

Rian kan lagi di rumah sakit

Ada yang bakal nolongin Anatha?

Baca yuk kelanjutannya

Jangan lupa voment dulu

Makasih

Another MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang