40

11 5 0
                                    

~~~

"Walaupun duka itu masih menancap jelas di dalam dada, tapi aku sudah menemukan suka yang menjadi pendampingnya."

-Anatha

~~~

"Kumpul lagi dong hayuk."

"Yaah gue juga pengennya gitu, tapi ya gimana lagi. Gue masih agak sibuk nih di sini."

"Ya lo nekat banget sih. Ambil kuliah biasa tapi sambil kerja. Capek ya pasti." Orang yang dimaksud hanya tertawa hambar.

"Ah lo sih pake jauh-jauh amat. Lo sampe pindah pulau segala." Orang di seberang melanjutkan pembicaraannya.

"Ya gimana lagi. Mama gue pengen gue kuliah di sini. Jadi ya gue sekarang menetap di sini aja sama mama, masa kan mama gue ditinggal sendiri, kasian dong."

"Iya iya terserah lo deh. Yaudah sana lo pasti lagi sibuk kan. Gue tutup ya teleponnya. Daah." Nada terputus terdengar setelah suara di seberang berhenti.

Anatha memandangi ponselnya sejenak sembari tersenyum. Terlihat di aplikasi perpesanan itu banyak sekali orang yang mengiriminya pesan terutama lelaki. Namun kebanyakan darinya tidak Anatha balas lagi karena menurutnya sudah mengarah ke hal privasi, bahkan beberapa juga sudah Anatha blokir karena dianggap mengganggu sampai membuat Anatha risih.

Tidak sedikit memang lelaki yang kini mencoba untuk mendekati Anatha. Memang wajar mungkin, perempuan dewasa dengan paras rupawan, otak cerdik dan sikapnya yang baik hati, siapa lelaki yang tidak akan meliriknya?

Tapi jauh di dalam hati Anatha, dia belum siap. Anatha belum siap untuk berhubungan dekat dengan lelaki manapun, karena tidak bisa dipungkiri lagi, Anatha masih merindukan Rian. Entah kenapa, perasaannya itu masih sama walaupun waktu sudah berjalan selama lebih dari tujuh tahun semenjak mereka berpisah.

Anatha membuka aplikasi kontaknya. Walaupun kontaknya kini sudah berisi lebih dari tiga ratus kontak, Anatha masih sering menatap satu kontak saja, kontak yang dia beri nama "Rian si cowok resek". Selalu saja tangannya gatal ingin memencet tombol panggil untuk nomor telepon itu.

Anatha memang sangat merindukan sosok lelaki itu. Tapi ketakutan juga sesekali menghampirinya. Suatu saat nanti jika Anatha memang benar-benar meneleponnya, bagaimana jika ternyata nomor itu sudah tidak aktif lagi? Atau bagaimana kalau nomor itu sudah dipakai oleh orang lain? Bagaimana kalau itu memang Rian, tapi dia sudah lupa pada Anatha? Atau apa mungkin Rian membencinya?

Anatha takut kalau dia nekat untuk menelpon nomor itu, ternyata bukan hal baik yang terjadi setelahnya. Bukankah kehidupan Anatha kini sudah menjadi lebih baik? Apakah Anatha serakah jika menginginkan Rian kembali padanya? Mungkin juga Anatha tidak cukup baik untuk Rian bukan? Rian mungkin memang ditakdirkan dengan orang lain, orang yang lebih baik dari Anatha.

"Nat lo lagi apa di sini?" Suara seorang lelaki yang tiba-tiba itu berhasil membuat Anatha terperanjat di kursinya.

"Kelas udah mau dimulai loh Nat. Hayuk kita ke kelas." Tambah lelaki itu.

Bahkan sekarang Anatha hampir melewatkan jam kuliahnya hanya karena memikirkan Rian? Anatha kembali melirik ponselnya sejenak. Dan apa? Tertera tulisan "memanggil Rian si cowok resek". Anatha semakin dibuat terperanjat olehnya.

Anatha segera menekan-nekan tombol tutup berkali-kali, soalnya ponselnya saat ini tiba-tiba saja error dan tidak merespon. Anatha juga memikirkan kelasnya yang beberapa detik lagi akan segera di mulai. Argh! Anatha segera berlari ke arah kelasnya sembari terus-terusan menekan tombol tutup. Bodoh sekali Anatha, dari kemarin bahkan bertahun-tahun yang lalu dia ingin melakukannya, tapi ketika kini dia benar-benar melakukannya dia malah mencoba untuk membatalkannya sembari merutuki dirinya sendiri, bahkan sekarang Anatha berharap kalau Rian sudah tidak memakai nomor ini lagi.


---------

Akhirnya waktu berjalan bertahun-tahun kemudian

Tapi walaupun udah bertahun-tahun, gak semuanya berubah semudah itu

Bener kan readers??

Coba tebak

Setelah bertahun-tahun ini, apa hidup Anatha jadi lebih baik? Atau bahkan lebih buruk?

Hayo hayo tebak wkwk

Jangan lupa klik ya bintangnya kwkwk

Lanjut yuk ke part berikutnya

Another MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang