18

65 6 0
                                    

~~~

"Mungkin karena kau belum bisa jujur akan hatimu. Cobalah untuk melakukannya, mungkin tidak akan sama lagi."

~~~

Anatha menatap banyangan dirinya di depan cermin. Dia kembali membasuk wajahnya yang masih sedikit merah karena kebablasan nangis. Anatha merutuki dirinya sendiri yang tidak berhasil menahan tangisnya di depan Rian. Tidak seharusnya dia seperti itu, Anatha malah menampakkan kelemahannya pada Rian, dan sekarang Anatha malah malu untuk berhadapan dengan Rian.

"Heh lo." Seseorang menyadarkan Anatha dari lamunannya sendiri. Anatha dapat melihat si pemilik suara itu melalui cermin, Erika.

"Dasar pencuri lo! Gak tau malu lagi lo main kabur gitu aja dari kelas. Lo ga mikir gitu itu semua anak-anak gimana tadi gara-gara lo! Gue udah mikir sih pas tau duit kelas ilang, ya palingan sama lo, siapa lagi kan." Ucap Erika yang lalu diikuti tawa 6 orang perempuan. Anatha tidak bergeming, dia hanya menyibukkan diri mencuci tangannya yang sudah bersih.

"Heh lo berani ya ngacangin gue! Udah pencuri, gak tau malu, pembawa sial, gak tau diuntung, terus tuli juga lo sekarang?" Teriak Erika. Sebelum suatu hal buruk dapat terjadi padanya, Anatha mengibaskan tangannya yang basah sehingga menyiprat ke wajah Erika dan teman-temannya, lalu Anatha cepat-cepat pergi ke kelas dengan setengah berlari. "Heh kurang ajar lo! Balik gak lo ke sini dasar pencuri!" Erika semakin berteriak kesal. Anatha kembali berjalan normal ketika merasa sudah cukup jauh dari toilet. Anatha mencoba untuk menetralisir degupan jantungnya, dia sangat gugup, takut, selalu seperti itu ketika dia berhadapan dengan Erika. Bahkan tadi Anatha berani tidak menghiraukan Erika,walaupun Anatha terlihat santai, sebenarnya tubuhnya gemetar tadi.

Anatha menarik napas, mempersiapkan diri sebelum memasuki kelas. Dia sangat takut dengan tanggapan semua anak kelas yang mungkin saja sangat benci padanya sekarang, dan dia juga malu, dia memang bilang dia tidak mencurinya, tapi dia tidak bisa membuktikannya, bahkan uang yang tiba-tiba ada di tas Anatha itu malah memperkuat kalau dirinya bersalah. Semua menjadi ribet sekarang. Akhirnya Anatha memutuskan memberanikan diri untuk membuka pintu kelas.

Semua orang menghadapkan wajahnya ke pintu ketika terdengar suaranya terbuka. Saat mereka menyadari yang membukanya adalah Anatha, mereka lantas mendelik dan tidak peduli. Anatha menundukkan kepalanya. Namun sebelumnya, ada hal yang membuat dirinya penasaran, di ujung depan kelas di dekat meja guru, terlihat jelas Rian yang sedang berbicara dengan Adrian, mereka terlihat sangat serius. Anatha khawatir kalau mereka sedang membicarakan perihal uang tadi. Ketika sampai di meja dan kursinya, Anatha menemukan satu kertas kusut yang seperti sudah diremas. Anatha segera membukanya.

Terdapat tulisan besar dengan tinta pulpen yang tebal bertuliskan "DASAR PENCURI! PERGI LO DARI SINI! GAK TAU MALU LO MASIH BISA MASUK KELAS! MATI AJA SANA LO, GAK GUNA BANGET JADI ORANG, PEMBAWA SIAL!" Anatha segera meremas lagi kertas itu dan memasukkannya ke dalam saku roknya. Setelah menetralisir ekspresi dan perasaannya, Anatha segera duduk di atas kursinya.

"Hai Anatha." Ucap seseorang tiga detik saja setelah Anatha duduk dan menenggelamkan wajahnya di atas tangannya di atas meja. Anatha bangun dengan malas dan menatap si pemilik suara. "Hm?"

"Masih sedih ya? Udah dong jangan sedih terus." Ucap Rian dengan sangat riang gembira, berbanding terbalik dengan Anatha. Namun mendengar hal itu, Anatha masih saja diam dengan ekspresi wajahnya yang masih datar.

"Keliatan loh, mata kamu itu sembab." Tambah Rian sembari menunjuk mata Anatha dari jauh.

"Lo ga usah sok tau ah, sana gue mau tidur." Pangkas Anatha dan langsung menenggelamkan kembali wajahnya.

"Udah galak lagi ya sekarang." Rian sembari cengegesan. "Tapi lebih baik kamu marah-marah aja ke aku daripada kamu sedih kaya tadi." Namun entah kenapa ucapan Rian yang ini seperti terdengar serius dan tulus. Anatha memejamkan matanya, pura-pura tidak mendengar.

Tak lama kemudian, elusan lembut terasa di puncak kepala Anatha. "Jangan sedih lagi ya bintang kecilku." Setelahnya terdengar suara kaki menjauh. Namun sepertinya ada yang aneh pada Anatha, tiba-tiba saja pipinya terasa panas dan jantungnya terasa berdetak lebih cepat. "Apa aku punya kelainan jantung?" batinnya.

------

Aduh aduh baper nih hehheh

Gimana nih kelanjutannya??

Btw pendek banget ya part yang ini

Hayuk kita baca lagi part selanjutnya

Jangan lupa vomentnyaa><

Another MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang