33

29 5 0
                                    

~~~

"Ada kalanya semua terlihat sama dan tidak bisa dibedakan. Sama halnya ketika kau bermimpi untuk terbangun, atau terbangun untuk bermimpi."

~~~

"Anatha ada apa sama kamu?" Suara itu samar-samar memenuhi pendengaran Anatha. Sepertinya Anatha sedang bermimpi, atau mungkin berhalusinasi? Suara itu persis seperti suara Rian yang biasanya dia dengar setiap hari. Sepertinya memang hanya halusinasinya karena dia terlalu merindukan suara itu.

Anatha membuka matanya perlahan berharap masih bisa melihat wajah Rian walau dalam halusinasinya. Tapi ternyata Anatha tidak bisa melihat dengan jelas, semuanya blur. Walaupun begitu, Anatha melihat suatu bayangan seseorang di depannya. Tidak salah lagi, Anatha mengenal seseorang itu, itu pastilah Rian. Akhirnya.. Anatha senang sekali, sudah cukup bagi Anatha. Anatha tersenyum untuk terakhir kalinya sebelum dia kehilangan kesadarannya.

---

"Rian gue pengen itu dong."

"Bawa ajalah Nat."

"Ih Rian, ya bawain dong kan deket sama lo." Rian membawa satu piring berisi satu potong puding itu. Namun ketika tangan Anatha mulai akan meraihnya, Rian malah memakan puding itu sendiri.

"Ih Rian! Lo nyebelin banget asli."

---

"Rian....?"

"Anatha, ternyata kamu di sini. Cepet naik!"

"Tapi..." Tanpa melanjutkan perkataannya, Anatha segera naik ke atas motor Rian.

"Pegangan."

"Hah apa lo bilang! Gue gak....." Motor Rian melaju dengan cepat. Dengan refleks, tangannya melingkar pada pinggang Rian.

"Hey, nyaman banget yaa... Udah nyampe kali."

---

"Eh lo mau ngapain?! Jangan kepedean lo, gue di sini bukan nungguin lo ya. Gue di sini mau nyegah lo biar ga ketemu orang tua gue. Dan gue juga gak mau berangkat bareng lo, ngerti?!"

"Kamu lucu deh Anatha. Tapi aku mau, hehe."

"Eh! Lo gak bisa gitu! Gue gak mau pokoknya! Kalo lo sampe masuk dan ketemu orang tua gue, hmm gu-gue bakal....."

"Gue gak mau kenal lagi sama lo, dan lo harus pindah, gue gak mau duduk sebangku sama lo! Bahkan kalo bisa lo pindah kelas kek, atau pindah sekolah, gue seneng deh asli kalo gitu." Anehnya Rian hanya tersenyum.

"Apa lo malah senyum-senyum gak jelas? Gila lo?"

"Udah dong kamu jangan marah-marah terus napa. Ntar aku tambah suka."

"Eh apaan lo, sembarangan!" Sanggah Anatha sembari memukul tangan Rian.

"Eh kamu mukul-mukul, sakit tau!" Gerutu Rian sembari mengelus-elus tangannya seakan-akan dia benar-benar kesakitan.

"Ah lebay lo, gue mukul pelan doang."

"Eh Rian, lo beneran sakit? Sebelah mana? Maafin gue dong." Rian tertawa terbahak-bahak. Anatha semakin memukuli Rian sambil memperingatinya agar tidak berisik.

"Lagian kamu masa sampai nyuruh aku pindah segala? Aku gak bisa tau, aku kasian sama kamu, nanti kamu rindu."

"Rian, apaan sih lo, gak lucu tau gak. Gue malah geli dengernya, sumpah."

Another MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang