38

22 4 0
                                    

~~~

"Mungkin aku memang tidak bisa mengatur kematianku, maka aku akan belajar lagi untuk mengatur kehidupanku."

-Anatha

~~~

Setelah baru saja Anatha menikmati mie ayam dan es jeruknya, tubuhnya benar-benar tersentak bahkan dia sampai tersedak air jeruk karena kaget melihat Rian yang tiba-tiba berada di depannya sedang memperhatikannya entah sejak kapan. Melihat Anatha yang tiba-tiba terbatuk-batuk akibat tersedak minumannya, Rian segera menghampirinya.

"Anatha, kamu gak apa-apa?" Tanya Rian yang sekarang sudah duduk di samping Anatha. Anatha yang kesal segera melepas tangan Rian dari bahunya dengan kasar sembari menatap Rian dengan tajam tanpa satu kata apapun. Melihat hal lucu itu, Rian pun tertawa. Namun karena tawaan itu, justru Anatha semakin kesal pada Rian.

"Lo masih sempet ketawa?!" Ucap Anatha kesal pada Rian.

"Abisnya kamu lucu." Jawab Rian polos.

"Ngapain sih lo ngeliatin gue kaya tadi? Sejak kapan? Ga ada kerjaan tau ga sih. Kenapa lo ga duduk di tempat lain dan nikmati makanan lo sendiri?"

"Aku tadi cuman lihat kamu yang lagi duduk sendiri, terus aku mau nemenin kamu deh. Eh tapi, kenapa kamu gak gabung sama temen-temen yang lain? Contohnya Erika yang duduk di sana." Ucap Rian sembari menunjuk sebelah kanan kantin.

"Kalau gue emang pengen sendiri gimana? Gue ga mau diganggu, termasuk sama lo, jadi lo pergi aja ya, cari tempat yang lain, atau gue aja yang pergi." Ucap Anatha yang langsung membereskan mangkuk dan gelasnya berniat untuk pergi.

"Eh, jangan dulu, aku belum makan nih, temenin dong." Rian sembari memegang tangan Anatha dan memasang wajah memelas, menjijikkan menurut Anatha.

"Ah apasih! Udah lo makan sendiri aja sana, toh gue tadi sendiri juga biasa aja kok. Dasar manja. Dan satu lagi, berhenti pegang-pegang ya, gue risih tau." Ucap Anatha setelah melepas tangan Rian. Setelahnya dia mengembalikan mangkuk dan gelas lalu bergegas menuju kelas.

"Nat, kita gabung di sini ya.." Ucap Lusi yang tiba-tiba menyadarkan Anatha dari lamunannya yang lagi lagi tentang Rian.

Anatha tersenyum dan mengangguk, memperbolehkan Lusi dan dua teman lainnya untuk duduk bersamanya. Setelah diperbolehkan, mereka segera menyimpan makanan dan minumannya lalu segera duduk di tempat masing-masing. Ini kan yang Rian inginkan? Rian ingin Anatha bisa bergabung dengan yang lainnya.

"Eh Nat, lo udah ngerjain tugas yang dari Bu Santi belum? Yang 20 soal itu loh." Tanya Lusi di tengah-tengah makannya. Anatha yang masih canggung hanya mengangguk lembut.

"Secepet itu? Kok bisa sih? Padahal lo udah gak masuk lama banget loh. Kok gue yang masuk aja gak bisa yaa. Emang gue gak bakat matematika deh kayanya." Ucap Lusi dengan mmenunjukkan wajah sedihnya. Mereka semua tertawa melihat tingkah Lusi.

"Eh lo jadi jago matematika, apa semenjak waktu itu lo sebangku sama Rian? Dia kan jago banget ya matematikanya. Waktu awal masuk aja dia pernah maju ke depan itu kan." Ucap Riri yang tanpa sadar merubah raut wajah Anatha menjadi sedih. Suasana kembali menjadi canggung.

"Eh kalo tugas dari Pak Ridwan? Bu Desi? Bu Ani? Pak Toto? Udah dikerjain juga belum?" Tanya Lusi kembali untuk mengalihkan topik.

"Baru sebagian sih hehe." Jawab Anatha sembari cengengesan. Dan Anatha kembali mengingat Rian yang sering melakukannya.

"Yang susah yang mana Nat? Kalo ada yang susah nanti kita bantuin aja. Pasti susah ya, banyak banget tugas lo kan, lo sakit lama banget sih Nat." Ucap Rena sedih.

"Hmm gue paling gak bisa tugas Pak Toto sih. Gue gak bisa banget kalo udah masalah sejarah." Jawab Anatha malu.

"Waah sama banget dong sama gue. Gue juga gak bisa banget sama sejarah. Kayanya kita emang gak bakat deh di sejarah." Jawab Lusi dengan antusias. Entahlah aneh, tidak bisa tapi malah antusias.

"Ya lo mah semua aja gak bisa." Ceplos Riri sembari menoyor kepala Lusi pelan. Untuk kedua kalinya lagi, mereka tertawa.

"Tuh Rena jago banget sih kalo sejarah mah. Tanyain aja ke Rena." Tunjuk Lusi langsung pada Rena. Rena sempat tersentak karena kaget tiba-tiba ditunjuk.

"Lah gue kaget kan." Ucap Rena spontan.

"Tapi boleh Nat, ntar gue bantuin deh. Gak jago jago amat sih sebenernya, cuma gue suka aja." Tambah Rena.

"Suka aja tapi nilai seratus mulu." Sindir Lusi. Mereka tertawa lagi.

"Gue masukin nomor gue aja ya di handphone lo? Nanti lo bisa telepon atau chat gue." Ucap Rena. Anatha segera memberikan ponselnya. Dan setelahnya Riri dan Lusi malah ikit-ikutan memasukkan nomor mereka juga.

Untuk pertama kalinya Anatha memasukkan nomor teman kecuali Rian ke dalam kontak nomornya. Kelihatannya mereka sangat baik dan sangat menerima Anatha. Apa ini yang disebut dengan berteman? Anatha sudah hampir lupa rasanya. Tapi kelihatannya ini cukup menyenangkan.

Mungkin Anatha bisa mencoba untuk kembali membuka dirinya dan mulai bergabung dengan teman-temannya, sesuai dengan apa yang diinginkan Rian. Rianlah yang telah merubah dirinya menjadi lebih baik mungkin. Dia yang sangat berpengaruh banyak dalam hidup Anatha, meskipun dia hanya singgah untuk sementara waktu

Another MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang