24

47 6 0
                                    

~~~

"Sesuatu yang kau pikir kau tidak mengingkannya ataupun membutuhkannya, ternyata kau akan tetap merasa kehilangannya ketika hal itu tidak ada lagi."

~~~

Sekitar setengah jam berdebat dengan diri sendiri, Rian segera pergi mengambil motornya di rumah Erika. Rian memutuskan untuk mencari Anatha. Entah kenapa perasaan Rian tidak enak jika membiarkan Anatha sendiri malam-malam seperti ini. Tidak peduli jika Anatha akan semarah apa padanya, tapi Rian tidak bisa memaafkan dirinya sendiri kalau sampai terjadi suatu hal yang buruk pada Anatha. Akhirnya Rian membelah jalanan malam dengan agak terburu-buru berharap segera menemukan Anatha di suatu tempat.

---

Jumat , 18 Mei 2020

Lorong Sekolah, 06.55 AM

Anatha sampai di sekolah lebih siang dari biasanya. Lebih tepatnya Anatha datang sangat tepat waktu. Dengan memperhitungkan waktu perjalanan dari rumah hingga duduk di kursinya, saat itulah waktunya bel sekolah berbunyi. Alasannya karena Anatha menghindari Rian. Kalau saat Anatha datang bel berbunyi, pasti tidak akan ada kesempatan Rian untuk berinteraksi dengan Anatha.

Tapi jujur cukup membuat Anatha terkejut ketika dia sampai di kursinya, ternyata Rian belum datang juga. Kemana Rian? Tumben banget dia belum datang jam segini. Sadar Anatha malah menanyakannya di dalam hati, Anatha langsung menarik pertanyaannya sendiri. Anatha memutuskan untuk tidak peduli dan menganggap mungkin Rian memang kesiangan hari ini. Tanpa banyak pikir lagi, Anatha segera duduk di kursinya karena bel tanda masuk baru saja berbunyi.

"Mungkin Ibu cuma bisa ngejelasin sampai sini di jam pelajaran ini, Ibu ada keperluan yang urgent sama kepala sekolah. Untuk memenuhi sisa waktu jam pelajaran, Ibu kasih kalian tugas aja ya. Dikerjakan dan dikumpulkan hari ini, Ibu tunggu di meja Ibu paling lambat di jam istirahat kedua. Ibu pamit, Assalamualaikum." Dengan terburu-buru setelah memberi selembar kertas ke Adrian, Ibu Santi segera pergi meninggalkan kelas.

Anatha membaca lima belas soal matematika yang telah difoto dan dibagikan oleh Adrian di grup kelas. Hufft hampir semuanya sulit menurut Anatha. Anatha menghembuskan napasnya dan melirik kursi di pinggirnya yang kosong. Rian kemana? Apa dia sakit? Atau izin? Gak mungkin kan dia bolos gitu aja. Padahal kalo soal susah kaya gini Rian suka bantuin Anatha. Tanpa banyak berpikir lagi Anatha segera menyalin kelima belas soal ini sembari memanyunkan bibirnya.

Dua puluh detik berlalu, Anatha menggelengkan kepalanya dengan cepat. Lah ngapain gue pikirin si orang resek itu. Gue yang udah bilang juga kan jangan pernah muncul lagi di hadapan gue. Ya kalo gini berati bagus dong, dia nurut sama gue, harusnya gue seneng. Anatha tersenyum sejenak, namun kemudian tanpa bisa dikendalikan, dia kembali cemberut sembari berkata dalam hati "Gue seneng kok dia gak ada" dengan nada yang jelas-jelas tidak ada ketulusan sama sekali di dalamnya.

Anatha tersenyum lega ketika tugasnya sudah benar benar selesai. Benar kan. Anatha bisa kok menyelesaikan tugasnya sendiri tanpa Rian. Berati udah terbukti juga Anatha gak perlu Rian. Beberapa detik berlalu, tiba-tiba perut Anatha keroncongan di jam istirahat kedua ini. Bagaimana tidak, dia menghabiskan jam istirahat pertama hanya untuk menyelesaikan tugas matematikanya yang sulit itu.

Kalau saja sekarang ini ada Rian, pasti dia udah ngajakin gue ke kantin dari istirahat pertama. Kalau gue gak makan juga, bisa bisa dia yang bawain makan ke kelas buat gue. Anatha tertawa kecil ketika mengingat Rian yang sering melakukannya beberapa hari yang lalu. Tapi beberapa detik kemudian, Anatha kembali mengoreksi senyumnya, bahkan Anatha sampai memukul pelan bibirnya. Kenapa Anatha malah tersenyum ketika mengingat Rian? Anatha kan benci sama Rian. Frustasi dengan bibirnya yang aneh, Anatha segera melenggang ke kantin untuk memenuhi perutnya.

Another MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang