39

12 5 0
                                    

~~~

"Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, aku merasa mulai diterima lagi. Apa ini artinya dunia mulai mau berdamai denganku?"

-Anatha

~~~

Anatha masih bermalas-malasan di kasurnya walaupun sudah pukul 11 siang. Setelah sarapan dan mandi tadi Anatha ingin menikmati minggunya di kamar. Anatha mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi kontak. Anatha memperhatikan satu dari enam kontak yang ada di sana. Siapa lagi? Tentu Anatha memperhatikan kontak Rian di sana.

Apakah Rian masih memakai nomor ini? Di mana Rian sekarang? Bagaimana kabar Rian sekarang? Rian pasti sudah membaik kan? Sudah beberapa bulan berlalu dari hari itu. Tapi bagaimanapun Anatha tidak bisa menghilangkan rasa khawatir dan cemasnya.

Jari Anatha tertahan ketika dia ingin menekan tombol telepon. Anatha tidak punya alasan kenapa dia menelpon Rian. Bahkan sepertinya Anatha tidak pantas untuk menghubunginya. Anatha sudah bersikap buruk selama kenal dengan Rian, Anatha selalu kasar, bahkan terakhir Anatha mengusirnya dengan kata-kata yang sudah kelewatan kejamnya. Tapi Rian masih menyelamatkannya, sampai dia terbaring koma. Anatha benar-benar sudah salah.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan cukup keras membuat Anatha terperanjat di atas kasurnya sendiri. "Maah Anatha kaget!" Ucap Anatha spontan. Mama malah tertawa kecil. "Lagian ngelamunin siapa sih? Rian ya?" Tegas mamanya.

"Eh itu ada temen-temen kamu di bawah. Keluar gih." Ucap mama langsung merubah topik ketika melihat raut wajah anaknya yang langsung berubah murung.

"Siapa mah?" Tanya Anatha heran. Dengan pertanyaan yang tidak dijawab, Anatha dan mama segera turun ke ruang keluarga.

Anatha sedikit terkejut ketika mendapati Lusi, Riri, dan Rena di sana. Kekocakan mereka masih terlihat jelas, mereka malah tertawa sambil sesekali menyikut satu sama lain. Mereka bertiga segera diam dan tersenyum menyadari Anatha dan mamanya yang sudah ada di depan mereka.

"Nat.. belajar bareng yuk. Kita gak bisa nih materi matematika yang baru dijelasin sama Bu Santi kemarin. Maafin ya tiba-tiba datang gini hehe." Ucap Lusi.

"Gak apa-apa kok. Yaudah kita belajar aja yuk sekarang." Anatha tersenyum dan ikut duduk bersama mereka.

Walaupun mereka belajar, tetapi kekocakan Lusi, Riri, dan Rena berhasil memecahkan kecanggungan di antara mereka. Membuat Anatha mulai sedikit-sedikit terbuka. Anatha kembali merasakan pertemanan yang sesungguhnya setelah sekian lama. Anatha berubah. Tidak murung suram, dia menjadi cerah dan riang. Tidak jutek dingin, dia menjadi ramah dan murah senyum.

Semakin lama pertemanan mereka berempat semakin erat. Mereka selalu bersama ketika waktu istirahat di sekolah, belajar bersama, bahkan sesekali meluangkan waktu untuk bermain bersama.

Satu hal dari mereka yang membuat Anatha sampai nangis karena terharu adalah mereka sampai membuat kejutan kecil-kecilan ketika Anatha berulang tahun. Ketika Anatha sibuk dengan ekstrakurikulernya, bahkan dia sampai pulang malam. Anatha yang sangat capek itu langsung masuk ke kamarnya. Bahkan saking sibuknya dia sampai tidak ingat hari ini adalah hari ulang tahunnya. Apalagi ulang tahunnya sedari dulu tidak pernah menjadi hari yang spesial. Papa dan mamanya mengucapkan selamat padanya, namun setelahnya mereka kembali sibuk.

Ketika Anatha membuka pintu kamarnya, semua berteriak dan bernyanyi lagu ulang tahun. Bahkan kamar Anatha juga sudah didekorasi sedemikian niat. Balon dan hiasan di mana-mana. Tidak lupa juga kue ulang tahun dan beberapa kado disimpan di sana.

Dulu saat Anatha kecil di panti asuhan, dia pernah datang ke acara ulang tahun temannya di sekitar sana. Acara itu sangat meriah, semua orang bergembira, bahkan Anatha juga yang cuma datang. Ada balon, hiasan, kado, badut, nyanyi-nyanyi, semuanya terlihat indah. Anatha selalu ingin merasakannya, karena sedari dulu dia tidak pernah merasakannya. Anatha diberi satu buah donat sebagai hadiah ulang tahunnya saja sudah sangat mewah di panti asuhan.

Tidak terbendung lagi, saat itu Anatha menangis bahagia dan terharu. Rasa capeknya langsung hilang. Anatha menikmati malam itu dengan bersenang-senang bersama Lusi, Riri, Rena, dan mama. Mungkin benar, semua berangsur-angsur menjadi lebih baik. Walaupun perasaan itu masih ada, tapi Anatha kini tidak selalu menangis ketika mengingatnya. Dan Rian, Anatha masih merindukannya.


-----------

Waah akhirnya Anatha gak ansos lagi nih readers

Semangat nih buat readers yg lagi ngalamin masalah

Buktinya Anatha juga bisa nyelesain masalahnya tanpa harus menyerah

Hayu lanjut lanjut bae

Jangan lupa tinggalin jejak dulu readers

Another MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang