[07]

59 15 0
                                    

REARIN HARMONIA

Saat itu, di mana aku harus menjadi bahan bully-an kakak kelas ajaran kedua dan ketiga. Katanya mereka tidak benar-benar membully-ku, mereka hanya ingin mendidikku agar lebih berani dan percaya diri.

Berminggu-minggu, berbulan-bulan mereka tetap juga menggangguku. Seperti tak ada hari bila tak menggangguku. Hingga teman-teman kelas tidak ada yang mau berteman denganku karena takut diganggu.

Aku hampir diambang stres karenanya. Aku ingin pindah, tapi aku tidak tega memberitahu orangtua ku dan menjadi beban mereka lagi di rumah. Aku pun mencoba bertahan, hingga aku benar-benar menyerah atas kehidupanku.

"Hai. Kamu Arin 'kan?"

Aku membalik badan secara spontan karena kaget ada yang datang ke sini. Ke rooftop di lantai empat. Aku mengusap airmataku dan mengangguk.

"Ada apa?"

Ia mendekat dan tersenyum. Ia sangat cantik dan manis. Setelah sekiranya cukup dekat dengan keberadaanku. Ia mengulurkan tangan untuk berjabat.

"Aku Tera dari kota Barat. Kamu dari kota Barat juga 'kan?"

Aku pun menjabat tangannya. "Aku Arin. Iya, aku juga dari kota Barat," kataku kikuk karena canggung.

Ia hanya tersenyum dengan giginya yang rapi dan terlihat lebih putih dariku. "Kau kenapa di sini. Kenapa nggak ke kelas?"

"Ah, nggak apa-apa kok."
Tidak mungkin aku menjawab bahwa aku hampir saja bunuh diri bila tidak ada dia. Iya, aku ke rooftop dengan niat buruk. Aku pikir, dengan tidak adanya aku di sini, maka aku tidak akan di bully lagi atau menjadi beban orang tuaku.

"Kalau kamu ngapain ke sini?"

"Tidak ada. Hanya cari angin. Katanya di sini pandangannya keren. Ternyata benar, apalagi bagian belakang yang dekat hutan."

Aku mengangguk setuju bahwa pemandangan di sini bagus. Aku menemukan tempat ini saat aku di suruh ke lantai dua menemui kakak kelas yang sering mengganggu ku. Tetapi, aku malah lari karena takut dan tidak sengaja menemukan tempat ini. Dan sekarang tempat ini sudah menjadi tempat sehari-hariku.

"Apa kau sendirian?"

"Iya. Aku sendirian."

Dan selalu sendirian.

"Aku juga sedang sendirian, apa kau mau jadi temanku?"

Aku langsung menatapnya tak percaya. Apa ia benar dengan perkataannya? Aku memang sangat sangat ingin sekali mempunyai teman. Apalagi untuk sekarang ini. Aku benar-benar butuh teman.

"Kenapa kau melihatku seperti itu. Kau tidak mau?"

Aku menggeleng pelan dan tersenyum. "Aku mau."

Semenjak hari itu, aku kembali bahagia. Ia selalu menemaniku bahkan melawan siapa saja yang menganggu kami. Ia bilang, aku harus berani dan terlihat kuat dihadapan orang yang menggangguku. Karena dia, aku sekarang tahu rasanya memiliki teman dan tidak kesepian lagi. Semakin lama tukang bully itu tidak pernah lagi mengganggu ku dan Tera. Aku berteman baik dengan Tera.

Kelasku dengan Tera berbeda. Walaupun begitu, ia sering menghampiri ku di kelas atau aku yang menemuinya ke kelasnya. Tetapi, kebahagiaan itu tidak lama. Ternyata alam belum puas mengerjaiku.

"Arin! Kau sepertinya mendapatkan surat."

"Surat dari siapa?"

"Aku tidak tahu. Aku menemukannya di luar dan tidak sengaja membacanya sedikit. Aku kira untukku. Kau tidak apa-apa 'kan?"

LABIRIN WAKTU | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang