[20]

23 11 0
                                    

APA YANG TERJADI?

Belum lama ujian telah sukses dilaksanakan. Murid-murid sudah bisa berleha-leha dengan tenang tanpa memikirkan pelajaran. Alhasil mereka dapat melepaskan lelah sebentar. Walau begitu, hal itu tidak terjadi di antara Aluna dan Askala.

"Kala! Sini! Jangan bilang kalau kau juga lupa siapa murid bangku kosong yang ada di depanku?!" tebak Aluna, tentu saja itu benar. Askala mengangguk kepalanya antusias tanpa minat.

"Ck, Askala! Kesini deh, jangan baca itu dulu. Coba baca ini!"

Dengan malas Askala keluar dari zona nyamannya. Padahal buku novel yang ber-genre thriller itu sedang pada puncak konflik. Terpaksa ia memotong bacaannya itu. Manarik kakinya malas mendekat kearah Aluna.

"Namaku Zenith Meridian. Temanku bernama Gerhana Aluna. Aku berasal dari kota Timur. Aku kelas 2-2," kata Askala membaca tulisan yang ada di atas meja bangku seseorang. Askala menyerengit bingung dan memandang ke arah Aluna.

"Pemilik bangku ini bernama Zenith Meridian. Dan di sini tertulis kamu temannya, Al."

Gadis itu menghela nafas pendek. "Iya, aku tau, Kala. Tapi, aku nggak ingat. Padahal aku ingat kalau jumlah kelas ini 25 orang. Tapi dua bangku kosong di sini, aku sama sekali tidak tahu."

Tak ada yang tahu. Tidak seorang pun. Ketua kelas bahkan wakilnya. Teman-teman yang lain pun tidak pikir banyak tentang hal itu, tapi tidak dengan mereka berdua. Bagaimana pun, hal ini sangat aneh.

Seperti mengingat suatu hal, Aluna tersentak ingin bergegas ke suatu tempat. Tapi aksinya sedikit terhalang oleh Askala yang menahannya.

"Mau kemana?"

"Aku mau ke suatu tempat."

"Aku ikut."

Aluna memutar mata tak membalas perkataannya. Karena bagaimana pun balasan dari Aluna, Askala akan tetap ikut.

Aluna dengan setengah berlari -bersama Askala tentunya, menaiki tangga menuju rooftop atas sekolah ini. Sambil berharap bahwa seseorang yang dicarinya ada di sana.

"L! Kamu di atas gak!?"

"L!"

"L!"

"Al! Kamu cari siapa sih. Mondar-mandir teriak al el al el."

Aluna melirik tajam kearah Askala yang asik memandang gadis itu sambil menyandarkan tubuh dipembatas atap tersebut.

"Diam deh! Aku lagi nyari seseorang," teriak Aluna kesal. "Seharusnya dia tadi tidak usah ikut aja. Coba aku kunci aja dia di kelas sendirian atau di gudang," gumamnya pelan yang ternyata masih bisa terdengar di telinga lelaki itu.

"Hah! Kamu bilang apa? Yang besar suaranya. Tidak terdengar jelas nih."

Aluna melotot dan menggelengkan kepala tanda tidak ada apa-apa dan tidak penting juga. Ia pun kembali mencari apa yang seharusnya dia cari.

"L! Oh, akhirnya kamu datang. Kok tiba-tiba kamu muncul dari belakang?!"

Ia berjalan sambil menguap dengan rambut panjang yang masih acak-acakan. Tiba-tiba tangannya sudah berhasil menyentuh rambut gadis itu, alhasil ia menciptakan rambut yang tadinya rapi harus berantakan seperti lelaki itu.

"Gimana aku nggak muncul, kamu berisik. Hampir habis namaku kamu panggil. Aku masih ngantuk tau."

"Hei! Rambutku masih rapi kenapa dirusak."

"Itu akibat dari membangunkanku. Memangnya ada apa mencariku? Kangen yaaaa."

Gadis itu sontak menjauh dan merapikan rambutnya. "Eh, nggak. Bukan gitu."

LABIRIN WAKTU | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang