[24]

16 5 0
                                    

Tantangan!

"Argh!" Sesuatu seperti tiba-tiba menyerang otak Askala begitu saja. Terasa sakit hingga ia memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Tidak berlangsung lama, kini rasa bingung yang ia rasakan sekarang. Ia menjelajahi tempat ia berdiri dengan kedua matanya.

"Kenapa aku ada di ruang bawah tanah?"
Gumamnya pada dirinya sendiri dengan mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumya. Tetapi ia tak ingat sama sekali apa yang sudah terjadi sebelumnya. Dengan cepat ia menaiki tangga dan meninggalkan tempat itu.

"Askala! Tunggu!" Teriak seseorang hingga menghentikan langkahnya. Ternyata Aluna yang tidak sengaja bertemu Askala di lorong kelas.

Ia bertanya, "Kau darimana? Sedari tadi aku mencari mu."

Askala mengangkat kedua bahunya. "Aku tadi... Tiba-tiba saja berada di ruang bawah tanah. Aku tidak yakin mengapa aku bisa di sana. Namun rasanya ada yang salah."

"Hm?"

Askala ingin menyampaikan beberapa keluh kesahnya namun ia memilih menggelengkan kepalanya. "Tidak ada."

"Ah! Kau serius? Tapi, aku seperti mengingat waktu itu kamu juga pernah ke bawah tanah kan. Tapi ternyata itu bukan kamu."

"Hm?"

"Lupakan. Sekarang tidak terlalu penting. Sekarang yang mau aku tanyakan, bagaimana sekarang?"

Askala terdiam. Sebenarnya ia merasakan ada sedikit kejanggalan atas peristiwa ini. Merasa ada yang terlewatkan. Tapi dia tidak tahu apa itu, merasa ada suatu hal yang tiba-tiba hilang.

"Apa kita harus memberitahu Pak Emit?"

"Jangan!" Tiba-tiba dari arah ujung koridor kelas seseorang yang sudah jelas siapa datang menghampiri mereka berdua serta mengatakan jangan dengan lantang.

"Kenapa?" Tanya Aluna lagi.

"Aluna, Askala. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk bekerja sama dengan Pak Emit. Mungkin kalian lupa tapi tadi ada seseorang yang menghilang lagi."

Askala cukup terkejut mendengar pernyataan dari Askala masa depan ini. Begitupula dengan Aluna yang belum siap mendengar pernyataan ini. "Siapa?!" Tanya Askala tampak menggebu-gebu.

"Ragel. Ragel Athalantis," Jawabnya setelah menghembuskan nafasnya dengan cepat.

"Ragel?" Tanya Askala dan Aluna dengan kompak.

"Iya. Ragel dari kelas sebelah. Mungkin kalian tidak ingat tapi kalian kenal dia. Maka dari itu, sekarang kita harus susun strategi."

Askala dan Aluna sekilas saling pandang melipat dahi keheranan. "Susun strategi bagaimana?" Tanya Aluna mewakili Askala.

"Gini. Dulu saat zamanku, bisa dibilang aku melakukan hal bodoh dengan menemui Pak Emit dan meminta beliau membawaku ke tempat di mana mereka hilang. Dan yah, Aluna saat itu pergi ke tempat itu dan hilang. Karena yang bisa pergi ke sana hanya satu orang."

"Hah! Terus? Aku gak mau Aluna pergi sendiri," Ucap Askala.

Askala yang datang dari masa depan itu mendecak, "Ck. Aku tahu. Kau kira aku datang ke masa lalu begini ngapain kalau bukan karena menyesal."

Terlihat tidak ada lagi yang berbicara, Askala memeriksa saku jamnya. "Jadi langsung saja akan aku beritahu. Karena waktu aku terbatas untuk pergi ke sini. Energi ku juga sudah mau habis. Aluna dan kau, Askala. Pergilah ke atas rooftop. Di sana ada buku harian Ragel yang ia sembunyikan. Di sana ada beberapa info terkait peristiwa ini. Carilah!..."

LABIRIN WAKTU | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang