[31]

36 7 0
                                    

*

Di tengah-tengah jarum jam ini ternyata ada sesuatu yang tertulis, sebuah kalimat yang sudah tidak asing lagi. Namun karena jarum jam ini yang sudah berkarat, tulisan itu sedikit tidak terbaca.

"Oh! Ini...."

"Askala! Bukannya kau harus mati setelah berada sejauh ini? Karena ayahmu ini, banyak korban yang berjatuhan. Memang bukan salahmu, tapi kalau mereka tahu bahwa ayahmu lah penyebabnya. Bukankah kau juga termasuk di dalamnya?!!"

Sebuah bayangan kabut menyerupai Pak Emit memutari tubuh Askala, membisikkan kata-kata yang selalu bergema berulang kali di kepalanya. Begitu sesak mendengar bisikan kata-kata tersebut. Semakin lama semakin cepat.

"Kau harus mati! Kau bersalah! Kau harus mati! Kau bersalah!" Kata-kata itu semakin cepat, semakin besar suaranya, semakin melekat di kepala Askala.

Aaarrrgghhhh!!!

Cowok itu memegang kepalanya dengan erat sambil berteriak untuk menyingkirkan suara-suara itu. Tangisannya pecah, suara itu benar-benar mengganggu dirinya. Bahkan ia pun sempat menyetujui apa yang suara-suara itu katakan.

"Askala!" Satu pukulan pelan di bahu cowok itu langsung menyadarkannya dari suara-suara menyakitkan itu. Keringat dingin sudah membasahi wajah Askala, ujung kuku-kukunya dingin membeku. Dan seseorang melingkarkan tangannya ke tubuh Askala, mencoba menenangkan.

"Aluna?" Panggil laki-laki itu pelan sambil mengusap pipinya.

"Askala! Kamu pasti bisa. Ayo kita putar waktu ini sama-sama."

Laki-laki itu berbalik, memandang gadis itu sungguh-sungguh dengan wajahnya yang pucat pasi. Mengangguk kecil dengan polos dihadapan Aluna, dan menghilangkan semua suara tak pantas di kepalanya. "Ayo, kita lakukan bersama."

Askala sedikit menjelaskan kepada Aluna bahwa ada beberapa kalimat di tengah-tengah jarum jam ini. Namun karena jarumnya yang sudah berkarat membuatnya sedikit susah terbaca.

"Ini, apa?"

"Sebuah kalimat, aku tahu bacaannya tapi ragu apakah benar atau tidak."

Gadis itu menggulung dahinya tak mengerti, "Aku tidak bisa membacanya sama sekali. Menggunakan kalimat dan huruf yang tidak aku ketahui."

"Ini memang bukan huruf biasa, ini huruf aksara. Aku pernah mempelajarinya tahun lalu."

"Lantas, apa bacaan yang tertulis di sana?"

"Ostium. Omnia. Memorias."

Tulisan tersebut sekilas bercahaya menampakkan tulisannya dengan lebih jelas. Askala mencoba untuk memegang kembali jarum jam raksasa tersebut. Dingin, kaku, begitulah yang ia rasakan. Gadis itu mencoba meletakkan jarinya di tulisan tersebut.

Ah!

Gadis itu sedikit berteriak, memegang jari telunjuknya yang sedikit sakit seperti tersengat listrik.

"Kenapa?" tanya Askala.

Gadis itu hanya membalas dengan gelengan kepala merasa bahwa hal itu tidak perlu dibahas.

Kemudian, secara tiba-tiba tempat yang mereka pijaki sedikit demi sedikit bergetar membuat mereka berdua panik dan bingung. Cepat-cepat Askala mencoba menggerakkan jarum jam tersebut. Aluna pun mencoba membantu dengan mendorong jarum jam bersama dengan Askala.

Tek!

Satu dorongan berhasil memindahkan jarum jam ini yang bermula dari angka sembilan ke angka sepuluh. Tinggal dua angka lagi mereka akan bebas dari sini.

LABIRIN WAKTU | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang