[30]

27 7 0
                                    

Putaran Waktu

Bila ditanya bagaimana perasaan yang sedang dirasakan oleh Askala, jelas, ia lebih memilih rasa berani daripada takut. Bukan berarti dia tidak takut, dia takut. Hanya saja, rasa bersalahnya akan perbuatan Ayahnya lebih besar daripada rasa takut itu sendiri. Karena itu ia berada di tempat ini, tempat yang sudah terlampau jauh.

"Maaf, aku tidak mengingat perjalanan begitu mudah. Aku rasa sebelah sini."

Perjalanan yang mereka tempuh pun tidak semulus yang mereka pikirkan. Bagaimana pun ini di labirin, di mana semua jalanan yang ada di dalam labirin ini terlihat sama. Tentu sulit menemukan jalanan yang benar tanpa peta.

Namun, sepertinya kali ini tebakan Arin benar setelah beberapa kali mereka harus putar balik karena menemukan jalan buntu. Terdengar suara gerombolan orang-orang yang tak beraturan.

"Ah, sebentar." Ragel mencoba untuk maju dan memperhatikan apakah mereka sudah di jalan yang benar dan suara apa yang ada dihadapan mereka.

Sebuah tempat yang luas seperti lapangan terlihat oleh pandangan Ragel. Di sana puluhan orang berada, ada yang nangis, marah-marah, dan berbagai kegiatan individu lainnya. Seperti manusia zombie yang tidak tahu kemana jiwanya. Kemudian di tengah-tengah mereka ada tangga yang menuju ke sebuah jam raksasa dengan beberapa jarum di tengahnya. Tangganya terkesan polos tanpa tiang, pegangan, benar-benar kepleset saja bisa langsung jatuh ke bawah.

Tidak lama, mereka bergerombol menjadi satu dan mendorong seseorang yang ada di sana menuju tangga. Entah bagaimana awalnya mereka tiba-tiba bergerak dan mendorong orang itu.

"Jangan, Kala." Ragel mencoba untuk menghalangi Askala yang sempat maju ingin menolong orang itu. Tentu, siapa yang tega melihat seseorang yang dipaksa melakukan sesuatu oleh orang-orang tanpa persetujuannya.

"Tapi!"

"Kala! Rencana kita bukan gitu. Kalau kita ke sana langsung secara mendadak, yang ada kita bakal mati di sana. Lihat dulu bagaimana mereka memperlakukan dia."

Askala masih tidak setuju dengan usulan saudaranya, tapi ada benarnya juga. Kalau dia gegabah, maka rencananya akan berantakan. Jadi, Askala dnegan berat hati ikut mengamati kegiatan yang ada di sana.

Orang yang dipaksa telah menaiki tangga dengan tangisan, ia seorang perempuan. Orang-orang berteriak menyuruhnya untuk memutar waktu itu. Terlihat sangat enggan, perempuan itu tetap menaiki tangga dan mencoba menggapai jam itu.

"Kalau perempuan itu bisa putar waktu, berarti?" tanya Ragel tiba-tiba.

"Maka kita cukup sampai di sini dan sampai ketemu di dunia yang sebenarnya," jawab Askala.

"Tidak. Itu tidak semudah itu. Perhatikan perempuan itu." Bukannya setuju dengan jawaban Askala, Arin lebih memilih untuk tidak berekspetasi lebih. Dua bersaudara itu pun kembali fokus untuk menyaksikan perempuan itu.

Saat perempuan itu sudah sampai di tangga paling atas, ia mencoba memutar jarum jam itu. Namun, tiba-tiba retakan pada tangga kian membesar membuat perempuan itu sesekali oleng. Jarum itu tidak mau bergeser sedikit pun, dan tangga itu semakin retak membuat perempuan itu benar-benar hilang keseimbangan dan terjatuh.

"Ah! TIDAAAKKK!" Ragel keceplosan berteriak membuat beberapa orang-orang di sana penasaran dan mencari asal suara. Askala menutup mulut Ragel agar tak bersuara kembali seraya mencari persembunyian yang tak jauh dari sana.

LABIRIN WAKTU | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang