"Ini lo yakin beneran kalo Kak Tian mau jemput?"Calista berkali-kali menanyakan hal yang sama pada Jeana, karena memang sejak dua puluh menit yang lalu sama sekali tidak ada tanda-tanda jika Tian akan datang.
Jeana memutar matanya malas ketika mendengar lagi keluhan dari Calista. "Ini gue seriusan ya Cal, Kak Tian bilang kok dia lagi kejebak macet. Lo pulang aja duluan sana."
"Engga ah gue mau disini aja." Calista menggeleng pelan.
"Ngapain? Tadi ngeluh terus nungguin gue disini, katanya lama."
"Hehehe, mau liat abang lo yang ganteng itu."
Jeana mengedikan kedua bahunya ketika mendengar jawaban dari Calista. Memang sejak dulu banyak teman-teman nya yang tertarik pada Kakaknya itu, ya apalagi kalau bukan alasan ganteng.
Jeana dan Calista terlarut dalam handphone nya masing-masing kadang berbagi cerita tentang apa yang tengah mereka lihat, sampai suara yang sudah tidak asing di telinga mereka.
"Dek! Ayo pulang. Udah lama nunggunya?"
Ternyata itu Tian, Kakak dari Jeana yang sedari tadi mereka tunggu. Tian datang masih dengan setelah formal nya, kemudian berjalan mendekat ke arah mereka duduk.
"Ih Kakak kenapa lama sih? Cape tau nungguin nya."
Tian tertawa pelan mendengar protes dari adiknya itu, padahal tadi dia sudah mengabari Jeana kalau dia terjebak macet.
"Kan tadi Kakak udah kasih tau kamu kalo Kakak kena macet. Udah kan? Pulang sekarang?"
Jeana mengangguk kemudian meraih lengan Kakak nya untuk di gandeng. Mode manjanya sedang keluar memang, jadi harap maklumi saja.
"Iya ayo pulang. Cape Kak~"
"Yaudah, pamitan dulu sama Calista. Cal, kita duluan yah atau kamu mau bareng sekalian?"
"Eh, ga usah Kak. Aku bawa mobil sendiri kok."
"Yaudah kalo gitu duluan ya Cal." Pamit Tian.
"BANG TIAN BUKAN SIH?!"
Sebuat teriakan nyaring berasal dari belakang dan membuat langkah Tian dan Jeana terhenti karena Tian merasa ada yang memanggilnya.
"Lah anjir Jeffrey?" Seru Tian.
"Iya bang ini gue. Wah gila sih ga nyangka ketemu disini. Apa kabar bang?"
"Baik lah, masih gini-gini aja. Lo gimana?"
"Sama hahaha ga jauh juga."
Jadi sebenarnya dulu itu Jeffrey, Tian dan Dirga sama-sama tergabung dalam organisasi kampus. Dan tidak jarang mereka bertiga banyak menghabiskan waktu bersama dan menjadi dekat seperti sahabat. Setelah tiga tahun berlalu, mereka baru bertemu kembali hari ini.
"Jeana adek lo bang?" Tanya Jeffrey.
Tian mengangguk sambil menarik tangan Jeana untuk mendekat, memberi sinyal untuk memperkenalkan diri pada Jeffrey.
"Gue udah kenal adek lo. Lagian kita satu rumah sakit juga." Sela Jeffrey.
"JEFFREY KUNCI MOBIL GUE LO KEMANAIN?"
Reflek mereka bertiga langsung menengok ke arah belakang dan mendapati Dirga yang setengah berlari dengan tangan yang membawa snelli nya.
"Woy Dirga!!" Sahut Tian.
"Anjir ini bang Tian Jeff?"
Seolah lupa dengan tujuan pertamanya tadi untuk menanyakan keberadaan kunci mobilnya pada Jeffrey. Sekarang Dirga malah memilih untuk memeluk Tian karena mereka sudah lama tidak bertemu.
"Lo ngapain disini bang? Ga sakit kan lo?"
"Engga lah. Gue jemput adek gue balik, tadi sekalian dari kantor bokap."
"Loh siapa adek--"
Ucapan Dirga terhenti ketika dia baru menyadari sosok yang sedari tadi berdiri disamping Tian. Demi Tuhan, Dirga benar-benar baru menyadari sekarang.
"Jeana adek lo?"
Jeana yang di tatap seperti itu sebenarnya merasa tidak suka apalagi sekarang dia benar-benar dalam mood yang kurang baik karena cape.
Tian menepuk bahu Dirga. "Iya Jeana adek gue. Kenapa emang, lo suka sama Jeana?"
Dirga terdiam, tapi matanya masih dengan setia memandang ke arah Jeana yang sekarang terlihat tengah mengalihkan pandangan nya ke arah sepatu yang dia pakai.
"Gatau bang, gue belum pastiin sama hati gue."
Entah kenapa malah itu jawaban yang keluar dari mulutnya. Padahal Dirga sudah ingin berkata tidak, tapi antara hati dan mulutnya sama sekali tidak sejalan sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRGANTARA | Kim Doyoung ✔ [SEGERA TERBIT]
Romance▪ 𝑴𝒂𝒔 𝑫𝒊𝒓𝒈𝒂 𝒌𝒂𝒍𝒐 𝒌𝒆𝒕𝒆𝒎𝒖 𝒂𝒌𝒖 𝒆𝒌𝒔𝒑𝒓𝒆𝒔𝒊 𝒎𝒖𝒌𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒏𝒂𝒅𝒂 𝒃𝒊𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒏𝒚𝒂 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒅𝒊𝒓𝒖𝒃𝒂𝒉 𝒈𝒂? ▪𝑲𝒂𝒍𝒐 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒓𝒖𝒃𝒂𝒉 𝒏𝒂𝒏𝒕𝒊 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒎𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒏𝒚𝒂𝒎𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒔𝒂𝒚𝒂.