Pagi ini menjadi pagi terakhir untuk Jeana dan Dirga berada di Bali karena nanti sore mereka harus kembali ke Jakarta dan besok Dirga sudah kembali bekerja dan menyelesaikan masa cuti pernikahannya.Ngomong-ngomong kehidupan setelah menikah, entah kenapa mereka berdua ini di tempatkan di salah satu villa yang berbeda dari tempat orang tua mereka tinggal walaupun masih dalam area resort yang sama.
Jeana sudah bangun sejak satu jam yang lalu dan sekarang sedah menyibukan diri di dapur untuk memasak sarapan, sementara sang suami masih bergelut dengan selimut dan bantal di dalam kamar. Jeana memaklumi karena semalam Dirga harus menyelesaikan laporan sampai jam dua malam.
Waktu sudau berjalan dua puluh menit sampai Jeana sudah menyelesaikan semua masakannya, tetapi Dirga belum menunjukan tanda tanda bangun dari tidurnya maka dari itu Jeana memilih untuk mendatangi kamar mereka.
Dan benar saja, sekarang Dirga masih terlihat terlelap dengan posisi tengkurap dan selimut yang menutupi setengah wajahnya.
Dengan gerakan perlahan, Jeana menurunkan selimut yang menutupi wajah suaminya itu dan ternyata sesuai dugaannya jika gerakan kecil itu mengundang Dirga untuk sedikit terbangun dari tidurnya.
"Mas bangun.." ucap Jeana dengan sedikit menepuk pelan pipi suaminya.
"Hngg, sepuluh menit lagi."
Dirga kembali menenggelamkan kepalanya di bantal, sebenarnya Jeana kasihan melihat Dirga yang masih membutuhkan tidur tapi ini sudah siang dan suaminya itu membutuhkan asupan makanan, apalagi mereka belum merapihkan koper yang akan mereka bawa pulang.
"Udah jam sembilan lebih loh ini mas, kamu mau sampe jam berapa tidurnya?"
Karena merasa tidak ada jawaban yang diberikan oleh Dirga, Jeana mengulurkan tangannya untuk sekedar mengelus rambut sang suami. Kadang Jeana merasa iri dengan rambut milik Dirga yang menurut Jeana itu sangat sangat halus, belum lagi rambut milik Dirga itu sangat gampang untuk di atur tidak seperti rambut miliknya yang sangat susah di atur apalagi jika pagi hari.
"Jangan di elus nanti tambah ngantuk." Sahut Dirga sambil memindahkan posisi kepalanya menjadi di atas paha Jeana.
"Yaudah makanya bangun. Sarapannya udah aku siapin sama baju kamu juga. Habis sarapan bantuin aku packing koper."
"Harus banget pulang sekarang?" Tanya Dirga dengan suara yang tidak jelas karena teredam oleh perut sang istri.
"Besok kan kamu kerja. Jangan males gini ah, nanti kan kita bisa ambil waktu buat liburan."
Dirga terlihat menanggukan kepalanya tanda setuju kemudian menegakan tubuhnya untuk melakukan peregangan sebentar. Matanya menengok ke arah kanan dan menemui Jeana yang sedang melemparakan senyuman ke arahnya.
"Udah sana mandi. Aku tunggu di ruang makan."
Dirga kembali tersenyum. "Iya sayang iya ini aku mau mandi. Makasih ya udah bangunin aku dan siapin semuanya."
Dirga mengusap puncak kepala Jeana dan tidak lupa memberikan kecupan di keningnya sebelum pergi untuk memasuki kamar mandi.
👯♂️👯♀️
Pagi ini setelah mereka kembali dari Bali sore kemarin, menjadi pagi yang sibuk untuk pasangan Dirga dan Jeana. Mereka berdua sudah pindah ke rumah yang memang sudah Dirga siapkan untuk keluarga kecilnya. Hanya sebuah rumah sederhana yang menurutnya akan memberikan nya sebuah kenangan nanti, karena di rumah inilah Dirga akan melihat semua perkembangan anak-anaknya nanti.
"Jeeee.. aku pake baju yang mana?" Teriak Dirga dari dalam kamar mereka.
Jeana masih bisa mendengar dengan jelas teriakan Dirga karena dirinya sedang membuat pancake untuk sarapan mereka pagi ini. Jeana heran bisa-bisanya Dirga berteriak dan menanyakan memakai baju apa padahal Jeana sudah menyiapkan kemeja dengan setelan celana bahan di atas kasur.
"Coba kamu liat di atas kasur." Balas Jeana dengan tidak kalah kerasnya.
Tidak lama kemudian Jeana bisa melihat kedatangan Dirga yang sudah tampak rapih dengan menggunakan kemeja yang sudah ia siapkan tadi tidak lupa dengan tas yang sudah tersampir di pundak kanan nya.
"Sarapan dulu mas. Simpen handphone nya." Ucap Jeana ketika melihat sang suami yang masih sibuk mengetik di handphone miliknya.
"Hehe maaf sayang, ini kepala UGD kabarin aku katanya mau ada Ambulance datang jadi aku harus standby disana."
"Oh.. ada kecelakaan atau apa?"
Dirga mengangguk di sela kegiatan sarapannya. "Kecelakaan beruntun di tol, banyak korban jiwa. Makanya aku sekalian mau bilang ke kamu mungkin nanti aku agak pulang telat gapapa kan?"
"Mas tuh gimana sih, ya aku gapapa lah ini kan udah tugas kamu masa harus aku larang. Nanti biar aku siapin baju ganti yah soalnya kamu pasti banyak tindakan hari ini." Ucap Jeana yang di balas anggukan oleh Dirga.
"Kamu ke rumah sakit jam berapa?" Tanya Dirga.
Setelah menikah memang Jeana memutuskan untuk tetap bekerja karena Dirga juga tidak melarang Jeana untuk melakukan hal apa yang ia suka.
"Nanti jam sembilan aku berangkat. Mas mau aku bawain makan siang?"
"Engga usah, paling nanti aku makan siang telat sama Jeffrey."
Dirga sudah menyelesaikan sarapannya dan hendak berangkat ketika tangan Jeana menahannya dan memberika satu buah paper bag yang isinya adalah baju ganti untuk Dirga.
"Makasih sayang, aku pergi dulu. Kamu hati-hati nanti nyetir nya. I love you."
Chup!
Dirga tidak lupa memberikan sebuah kecupan manis dan pelukan hangat nya sebelum memasuki mobil.
Baru saja kakinya hendak melangkah ke dalam rumah, tetapi telinga Jeana mendengar suara seseorang yang memanggil namanya dari luar rumah.
"Jeana."
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRGANTARA | Kim Doyoung ✔ [SEGERA TERBIT]
Romance▪ 𝑴𝒂𝒔 𝑫𝒊𝒓𝒈𝒂 𝒌𝒂𝒍𝒐 𝒌𝒆𝒕𝒆𝒎𝒖 𝒂𝒌𝒖 𝒆𝒌𝒔𝒑𝒓𝒆𝒔𝒊 𝒎𝒖𝒌𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒏𝒂𝒅𝒂 𝒃𝒊𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒏𝒚𝒂 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒅𝒊𝒓𝒖𝒃𝒂𝒉 𝒈𝒂? ▪𝑲𝒂𝒍𝒐 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒓𝒖𝒃𝒂𝒉 𝒏𝒂𝒏𝒕𝒊 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒎𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒏𝒚𝒂𝒎𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒔𝒂𝒚𝒂.