Pagi ini Tian kembali mengantarkan adiknya ke tempat bekerja karena mobil yang biasa Jeana pakai sedang beristirahat di bengkel dan Jeana merasa senang-senang saja ketika menjadikan Kakaknya itu supir dadakan."Pulang jam berapa nanti?" Tanya Tian begitu mereka sampai di depan rumah sakit.
"Engga tau Kak, mungkin kalo banyak yang dateng ya aku rada telat pulang nya."
"Yaudah nanti kabarin Kakak aja kalo mau pulang. Biar nanti Kakak jemput lagi." Balas Tian.
Jeana menggelengkan kepalanya untuk menolak tawaran dari Kakaknya barusan.
"Loh kenapa? Biasanya paling seneng kalo Kakak yang jemput."
"Ih bukan gitu Kak.. tapi aku tau kalo hari ini Kakak ada meeting kan sama client nya ayah?"
Tian terlihat berpikir sebentar sebelum menepuk kepalanya pelan. Dia sendiri lupa dengan jadwalnya hari ini.
"Kok Kakak bisa lupa sih? Yaudah tapi beneran nih gapapa pulang sendiri?"
"Iya Kakak. Lagipula aku biasa kan pulang sendiri. Udah sana berangkat nanti dimarahain ayah loh,"
Tian tersenyum, kemudian tangan nya terulur untuk mengacak pelan rambut adiknya. "Hati-hati yah pulang nya nanti."
Jeana mengacungkan jarinya untuk membentuk tanda ok sebelum Kakaknya itu pergi dari area rumah sakit.
Hari ini rumah sakit terlihat seperti biasa, dan Jeana bersyukur karena hari ini pasien yang datang ke bagian psikologi lebih sedikit dari hari kemarin jadi dia bisa istirahat lebih awal.
Baru saja Jeana melangkahkan kakinya keluar dari ruangan nya untuk mencari sosok Calista dan mengajaknya makan siang bersama, tapi langkahnya terhenti karena sosok yang berdiri kaku di depan ruangan nya.
"Mas Dirga ngapain ada disini?" Tanya Jeana pada Dirga yang masih berdiri di depannya.
Dirga terlihat tidak ada keinginan untuk membalas pertanyaan Jeana.
"Mas Dirga, ga berniat buat konsul psikologi kan?" Tanya Jeana dengan sangat hati-hati.
Dirga terlihat menghembuskan nafasnya dan memilih untuk berjalan ke arah kursi tunggu yang ada disamping nya.
"Ini gue harus apa ya? Apa gue tinggalin aja dia disini? Tapi kalo nanti kenapa kenapa gimana?" Gumam Jeana yang masih bisa di dengar oleh Dirga.
Tanpa disadari oleh Jeana, diam-diam Dirga tersenyum ketika telinga nya masih bisa mendengar gumaman yang di keluarkan oleh Jeana. Dirga merasa lucu dengan sikap gadis itu sekarang.
"Sini duduk." Ucap Dirga pada Jeana.
Jeana yang sedari tadi masih betah berdiri, kemudian merasa terkejut ketika Dirga menawarkan tempat disamping nya untuk ia duduk.
"Sini duduk." Ucap Dirga sekali lagi dengan tangan yang menepuk tempat kosong disamping nya.
Mau tidak mau Jeana mengalah dan menurut untuk duduk disamping Dirga. Selama selang waktu lima menit, diantara mereka sama sekali tidak ada yang mengalah untuk membuka obrolan. Mereka sama-sama sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Gimana hari ini? Padet?" Ternyata Dirga yang lebih dulu mengalah untuk membuka obrolan.
"Engga, makanya aku bisa keluar jam segini. Mas Dirga ga ada tindakan?"
Dirga menggelengkan kepalanya kemudian melipat kedua tangannya di depan dada. "Baru selesai tindakan makanya saya bisa kesini."
"Oohh gituu.." Balas Jeana sambil menganggukan kepalanya.
"Bisa minjem tangan kamu sebentar?" Tanya pada Jeana yang sekarang malah asik melihat ke arah sepatunya.
Jeana tersentak pelan, kemudian mengarahkan padangan nya pada Dirga yang ada disamping nya. "Buat apa mas?"
"Cepet. Saya cuma mau pinjem sebentar."
Jeana yang mendengar hal tersebut langsung mengarahkan tangan kanan nya ke arah Dirga.
Dirga tersenyum tipis melihat respon yang di tunjukan oleh Jeana, kemudian tangannya terarah untuk mengambil sesuatu yang berada di dalam saku snelli nya.
"Makan ini. Kamu bisa makan kapan aja, tapi saya liat kamu butuh asupan gula."
Jeana masih sibuk dengan pikiran nya sekarang. Diluar perkiraannya, Dirga mengeluarkan tiga buah coklat berukuran sedang untuk dirinya dengan alasan kalau Jeana butuh asupan gula.
"Kalo gitu saya pamit dulu. Nanti saya anterin kamu pulang, dan ingat saya tidak terima penolakan." Ucap Dirga sebelum pergi dan meninggalkan Jeana dengan tatapan yang tidak bisa di jelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRGANTARA | Kim Doyoung ✔ [SEGERA TERBIT]
Romance▪ 𝑴𝒂𝒔 𝑫𝒊𝒓𝒈𝒂 𝒌𝒂𝒍𝒐 𝒌𝒆𝒕𝒆𝒎𝒖 𝒂𝒌𝒖 𝒆𝒌𝒔𝒑𝒓𝒆𝒔𝒊 𝒎𝒖𝒌𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒏𝒂𝒅𝒂 𝒃𝒊𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒏𝒚𝒂 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒅𝒊𝒓𝒖𝒃𝒂𝒉 𝒈𝒂? ▪𝑲𝒂𝒍𝒐 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒓𝒖𝒃𝒂𝒉 𝒏𝒂𝒏𝒕𝒊 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒎𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒏𝒚𝒂𝒎𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒔𝒂𝒚𝒂.