Hari ini Dirga sudah berjanji kalau ia akan datang ke Bali, tetapi dari sejak kemarin sore Jeana mendadak menjadi uring-uringan dengan alasan Dirga yang tidak bisa di hubungi sejak sore kemarin. Tentu jelas itu membuat semua anggota keluarga menjadi cemas karena sampai saat ini pun tidak ada yang tau bagaimana keadaan Dirga."Adek ikut ayah sebentar yuk, kita ke taman belakang."
Mau tidak mau Jeana menuruti apa yang diminta oleh ayahnya itu. Sesampainya di taman belakang, ayahnya langsung menepuk bagian kursi di sampingnya yang kosong.
"Gimana, adek udah siap buat lusa?" Tanya sang ayah sambil sesekali memainkan helaian rambut anaknya.
"Mau siap gimana, manusianya aja gak dateng-dateng tuh." Sungut Jeana kesal.
Ayah Jeana sangat memaklumi sikap anaknya sekarang, karena ya bagaimana pun jika seorang wanita yang akan menikah tiba-tiba sang calon suami mendadak tidak bisa di hubungi pasti akan sangat kecewa sekaligus cemas tentunya.
"Husstt gak boleh begitu sama mas Dirganya, ayah punya feeling kok kalo mas Dirga baik-baik aja. Nanti kalau mas Dirga udah sampe, coba kamu tanya baik-baik apa alasannya."
Tidak ada jawaban apa pun dari Jeana, matanya masih sangat betah menatap deburan ombak di depan sana karena kebetulan private villa yang mereka tempati mempunya view yang langsung menghadap ke arah pantai.
Matahari semakin turun dari tempatnya bersinar, dan itu tandanya hari akan berganti menjadi malam. Tetapi orang yang saat ini sangat sangat ditunggu pun belum datang dan tidak ada kabar apapun.
Satu persatu bulir air mata pun akhirnya turun, dan Jeana menyerah pada keadaan. Sejak ayahnya berbicara tadi memang dirinya sudah sekuat tenaga untuk menahan air matanya jatuh tapi biarlah sekarang ayahnya melihat dirinya yang mungkin akan menangis untuk yang terakhir kalinya di depan sang ayah.
Ayah Jeana yang bisa mendengar suara tangisan anaknya pun langsung menarik Jeana untuk lebih mendekat ke dalam dekapannya. Putri kecilnya yang sangat ia jaga dari dulu.
"Ayah mau cerita, sebenernya ini rahasia tapi karena kamu sebentar lagi menikah jadi ayah putuskan buat cerita semuanya."
"Adek tau kalau mas Dirga ketemu ayah, ibu sama kak Tian sebelum ngelamar kamu waktu itu?"
Jeana yang sejak tadi mendengarkan ucapan ayahnya itu pun sontak langsung menggelengkan kepalanya pelan.
"Waktu itu mas Dirga ngajak ayah untuk ketemu katanya ada hal penting yang mau di omongin, karena kebetulan ibu sama kak Tian ada di kantor.. jadi ayah suruh mas Dirga buat ke kantor juga.."
"Mas Dirga waktu itu ganteng loh dek, kayanya ayah juga waktu muda dulu gak kalah gantengnya sama mas Dirga." Candanya untuk sekedar mencairkan suasana.
"Ayaaaaahhhh.." rengekan Jeana kembali menginterupsi telinga sang ayah.
"Mas Dirga awalnya kaget begitu liat ada ibu sama kak Tian, tapi katanya gapapa biar semuanya clear. Setelah ngobrol sana sini, dia minta izin untuk mengambil putri kecil ayah.."
"Jujur.. disitu ayah kaget, mungkin ibu sama kak Tian juga sama. Tapi, dari cara bicaranya ayah mengerti dan paham kalau dia memang meminta dengan sungguh agar ayah melepas putri kecil ayah ini, kalau seorang laki-laki sudah bersungguh-sungguh dan menghadap ayah dari gadis yang dia inginkan berarti laki-laki itu sudah siap membagi hidupnya dengan kamu, siap untuk menggantikan posisi ayah untuk menjaga kamu, siap untuk menafkahi kamu, dan tentunya siap untuk mencintai dan menyayangi kamu sampai kapan pun dan apapun resikonya."
Bukannya berhenti, tangisan Jeana malah semakin menjadi ketika sang ayah merapatkan pelukannya dengan disertai ucapan-ucapan dengan kalimat yang sangat menyentuh dari seorang ayah yang sebentar lagi akan melepas putri kecilnya untuk laki-laki lain.
"Jadilah istri yang baik, karena mulai nanti kamu bukan lagi tanggungan ayah dan ibu. Tugas ayah udah selesai dan ayah berhasil mengantarkan kamu kepada laki-laki baik. Ayah bakalan terus mantau dan jagain kamu dari jauh walaupun udah gak se-intens dulu karena sekarang udah ada sosok yang lebih berhak untuk itu.."
"Sekarang keluarga adek juga bertambah gak cuma ayah, ibu, kak Tian sama adek tapi sekarang ada mama mertu kamu dan ada suami kamu juga. Bersikap sopan dan baik sama mereka, selalu inget apa yang ayah dan ibu bilang."
"Ayah tuh gak nyangka kalau hari dan moment ini bakalan datang juga, padahal rasanya baru kemarin ayah ngeliat kamu sama Tian rebutan sepeda terus kamu nangis karena di dorong Tian."
"Kak Tian jahat banget sama adeknya." Balas Jeana sambil sesekali mengusap pipinya yang sudah penuh dengan jejak air mata.
"Jeana Qalesya."
Jeana yang mendengar suara seseorang memanggil nama lengkapnya itu langsung menoleh ke arah samping kursi tempat mereka duduk. Matanya langsung mendapati seseorang yang mengenakan sweater berwarna biru dengan aksen garis-garis itu tengah menatap dirinya.
"Lagi cerita apa sama ayah? Kayanya asik banget sampe aku sampe gak ada yang sambut di depan." Candanya sambil mengeluarkan senyuman.
"Hei hei.. kok nangis? Kenapa, hm?"
Dirga yang melihat hal itu pun sontak langsung merasa panik karena tiba-tiba gadis itu menunduk dan langsung mengeluarkan isakannya. Apalagi sekarang sang calon ayah mertua tengah menatap kegiatan mereka.
"Mas Dirga kemana? Kenapa dari kemarin sore aku hubungin gak bisa? Aku tanya kak Jeffrey juga dia gak tau mas Dirga kemana. Jujur aja aku khawatir karena tiba-tiba mas Dirga mendadak gak bisa di hubungi, dan aku takut--"
Dirga sedari tadi memilih untuk diam karena ingin memberikan waktu untuk Jeana mengeluarkan semuanya. Ada saatnya nanti untuk dirinya mengeluarkan semua alasan.
"Takut kenapa? Takut aku gak datang hari ini?" Tanya Dirga sambil merapihkan anak rambut Jeana yang sudah mulai berantakan.
Tidak ada jawaban apapun dan Dirga mengambil kesimpulan kalau ucapannya itu seratus persen benar. Karena sudah tidak tahan, Dirga langsung menarik gadisnya itu untuk ia peluk dan semakin lama bisa Dirga rasakan kalau sweaternya sudah mulai basah di bagian dada atas.
"Handphone aku ilang kemarin pagi dan itu alasannya kenapa aku gak ada kabar sampai hari ini, tadinya aku mau langsung pergi beli handphone tapi sempet kepikir buat ngerjain kamu gini dan ternyata berhasil hehehe.. maaf yah maafin akuuu." Ucap Dirga sambil mengeratkan pelukannya.
"Udah yah gak usah nangis lagi kan yang penting sekarang aku udah ada disini sama kamu, nanti kalo masih nangis berarti besok gak ada jalan-jalan berdua keliling ubud."
Jeana yang mendengar hal itu langsung mendongakan kepalanya untuk menatap ke arah mata Dirga.
"Ih kenapa gak jadi jalan-jalannyaaaa." Rengek Jeana tanpa sadar.
Chu!
Dirga kembali melakukan satu hal yang disukai oleh Jeana, yaitu mencium keningnya. Bagi Jeana itu adalah suatu perbuatan yang sangat manis diantara pasangan.
"Makanya jangan nangis lagi, tuuhh hapus air matanya biar jadi cantik lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRGANTARA | Kim Doyoung ✔ [SEGERA TERBIT]
Romance▪ 𝑴𝒂𝒔 𝑫𝒊𝒓𝒈𝒂 𝒌𝒂𝒍𝒐 𝒌𝒆𝒕𝒆𝒎𝒖 𝒂𝒌𝒖 𝒆𝒌𝒔𝒑𝒓𝒆𝒔𝒊 𝒎𝒖𝒌𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒏𝒂𝒅𝒂 𝒃𝒊𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒏𝒚𝒂 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒅𝒊𝒓𝒖𝒃𝒂𝒉 𝒈𝒂? ▪𝑲𝒂𝒍𝒐 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒓𝒖𝒃𝒂𝒉 𝒏𝒂𝒏𝒕𝒊 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒎𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒏𝒚𝒂𝒎𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒔𝒂𝒚𝒂.