09

48.6K 7.9K 271
                                    


Sore ini Jeana telah menyelesaikan semua tugasnya di bagian psikologi. Terakhir tadi ada yang meminta konsul dengan Jeana sekitar setengah jam yang lalu. Dan sekarang sebenarnya Jeana sedang bingung, karna dia teringat dengan apa yang di katakan oleh Dirga tadi.

"Ini harus gue tungguin nih? Tapi kalo nanti dia bohong gimana, kan percuma gue udah nungguin dia nanti." Gumam Jeana.

Sementara ini Jeana masih betah berdiri di depan pintu ruangan nya, padahal sekarang tampilan nya sudah sangat siap untuk pulang.

"Apa gue tunggu dia aja kali ya? Ga ada salahnya kan, eh tapi jangan disini deh horror banget nunggu disini."

Jeana yang sangat tidak suka dengan hal-hal berbau horror itu jelas tidak mau menunggu di kursi tunggu koridor ruangan nya, karena koridor ruangan nya itu gelap kalau di sore hari walaupun sudah ada lampu.

Jeana langsung melangkahkan kakinya menuju lobby, dan sesampainya di lobby pun ternyata sama tidak ada tanda-tanda kalau Dirga menunggu disini. Bodohnya juga mereka sama-sama tidak mempunyai kontak masing-masing.

"Yaudah lah nunggu lima belas menitan ga bikin lo tua kok Je." Sambil bermonolog, Jeana memilih untuk mendudukan dirinya di kursi yang berada di samping pintu keluar.


Sekitar hampir sepuluh menit berlalu tapi sama sekali tidak ada tanda-tanda jika Dirga datang. Jeana sempag berpikir bahwa perkataan Dirga tadi itu hanya tipuan. Sampai akhirnya kedua matanya menangkap sosok yang setengah berlari ke arahnya dengan snelli yang masih lengkap di pakai.

"Ternyata disini. Saya cari ke ruangan kamu tadi."

Jeana hanya bisa mengerjapkan matanya sebelum kesadaran nya kembali. "Aku nunggu disini, kalo disana ga berani soalnya gelap gitu."

Dirga hanya tersenyum tipis kemudian melepaskan snelli nya dan menyampirkan nya di pundak sebelah kanan.

"Ayo pulang. Cape kan?"

Lagi dan lagi, Jeana hanya bisa mengangguk dan menuruti permintaan Dirga.

"Ga di jemput bang Tian lagi?" Tanya Dirga begitu mereka sampai di dalam mobil.

Jeana melirik Dirga sekilas yang sekarang sedang sibuk merapihkan snelli nya untuk disimpan di jok belakang.

"Engga, kak Tian lagi ada meeting sama client nya ayah. Aku ga enak kalo harus ngerjain kak Tian lagi."

"Ngerjain? Kan dia kakak kamu sendiri." Balas Dirga.

"Iya tapi aku tetep ngerasa ga enak, kak Tian juga waktunya ga cuma harus antar jemput aku aja. Lagi pula jarak kantor ayah sama rumah sakit itu jauh, jadi aku kasian sama kak Tian kalo harus puter arah dulu."

"Se-sayang itu sama bang Tian?" Tanya Dirga yang sekarang masih sibuk menyetir.

Jeana kemudian mengangguk. "Kalo kak Tian bilang, aku sama dia itu udah kaya anak kembar. Jarak umur aku sama dia yang cuma terpaut dua tahun yang bikin aku deket sama kak Tian. Kak Tian juga bisa nempatin dirinya sebagai ayah, kakak dan sahabat buat aku."

Dirga mendengarkan dengan jelas semua penjelasan Jeana, sekali-kali kepalanya terlihat mengangguk tanda kalau dia mengerti dengan ucapan Jeana.

"Mas Dirga anak tunggal?" Tanya Jeana tiba-tiba.

Dirga kemudian melirik Jeana sekilas. "Engga. Saya punya kakak laki-laki juga."

Tidak terasa mobil Dirga sudah sampai di depan rumah Jeana, dan bisa mereka lihat ada Tian yang terlihat tengah mengambil sesuatu dari dalam mobilnya.

"Ayo turun. Saya mau nyapa bang Tian dulu." Ucap Dirga sebelum mereka keluar dari dalam mobil.

Tian yang sudah selesai membawa tiga paper bag yang berisi penuh itu terlihat bingung ketika melihat adiknya datang bersama Dirga-- sahabat nya.

"Loh ini kenapa kalian bisa pulang bareng gini?"

"Gue yang ajak adek lu pulang bareng. Gapapa kan bang?" Balas Dirga.

Tian kemudian tertawa dan menepuk bahu Dirga dengan tangan nya yang kosong. "Lo kaya izin mau ngapain aja. Santai kenapa sih, yang penting adek gue selamat sampe rumah."

Kemudian Tian beralih pada Jeana yang masih berdiri disamping Dirga. "Dek, udah bilang makasih belum sama Dirga?"

"Iya kak ini baru mau bilang."

Mata Jeana kemudian beralih pada Dirga yang ada disamping nya, dan sialnya Dirga yang saat itu hanya mengenakan kemeja hitam polos saja ditambah dengan celana bahan berwarna abu gelap itu bisa terlihat sangat menarik di mata Jeana.

"Makasih mas udah mau nganterin aku pulang." Ucap Jeana dengan pelan yang untungnya masih bisa terdengar oleh Dirga.

"Sama-sama." Balas Dirga dengan sedikit senyuman.

DIRGANTARA | Kim Doyoung ✔ [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang