1 | Hafidzuan Muhammad Zulhayr.

2.8K 76 6
                                    

~•~••~•~••~•~••~•~••~•~

Tak semua hal harus diucapkan.
Tak semua rasa mesti diungkapkan.

Karena rasa cinta yang sebenarnya …
Bukan dengan mengumbar kata-kata.
Namun disampaikan melalui sepertiga malam-Nya.

Karena rasa cinta yang sebenarnya …
Bukan dengan bertegur sapa.
Namun diutarakan lewat do'a.

Namun apakah pantas, lelaki sepertiku menaruh hati pada wanita sepertinya?

Dirinya serupawan Sarah, dan pula setaat Rahmah. Iapun seistimewa Shafura.

Sedang aku tidaklah segagah Nabi Ibrahim, dan pula setaqwa Nabi Ayyub. Apalagi sehebat Nabi Musa?

Wanita itu dinikahi karena empat hal. Karena hartanya, nasabnya, rupanya, dan agamanya. Dan kurasa, dirinya memiliki keempat-empatnya.

Hartanya? Ia terlahir dari keluarga berada, sedangkan aku terlahir dari keluarga sederhana.
Nasabnya? Ia adalah anak seorang ulama, sedangkan aku hanyalah anak seorang guru agama saja.
Rupanya? Ia berparas cantik nan rupawan, sedangkan parasku biasa-biasa saja.
Agamanya? Ia berakhlak mulia dan patuh pada ajaran agama, sedangkan akhlakku masih belum sempurna dan ilmu agamaku belum begitu banyak.

Maka dari itu, aku sangat menginginkan agar kisahku seindah Ali dan Fatimah. Namun kurasa, hanya aku yang berharap seperti itu. Karena hanya aku yang menyimpan rasa dalam diam. Sedangkan dirinya?

~•~••~•~••~•~••~•~••~•~

•Hafidzuan's POV ·on·•

Semuanya berawal sejak saat itu, pertemuan pertamaku dengannya.

•9 tahun yang lalu•

•Rabu, 27 Maret•
•SMPN 24 Bekasi, 11:40•

Ini adalah hari pertamaku masuk sekolah lagi, karena sebelumnya sekolahku libur sejak Hari Rabu, 20 Maret sampai kemarin; Selasa, 26 Maret.

Siang ini, sepulang sekolah aku ingin ke kantor guru. Karena Ummiku bekerja sebagai guru, di sini.

Namun sesampainya di sana, beliau sedang tidak ada di tempatnya. Aku pun memutuskan untuk keluar ruangan mencari beliau.

Aku berjalan menuju belakang ruang guru, di sana ada sebuah saung dan tempat parkir sepeda.

Dan kulihat, ada beberapa siswi yang sepertinya mereka adalah adik kelasku. Mereka sedang duduk bersama di saung tersebut. "Mungkin mereka baru selesai BMQ," pikirku. Akupun memutuskan untuk menghampiri dan bertanya pada mereka.

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumussalam," jawab salah seorang siswi di antara mereka.

"Dek, liat Bu Iin nggak?" tanyaku pada mereka. Ummiku adalah seorang guru Pendidikan Agama Islam sekaligus wali kelasku.

"Ih apaan sih, tiba-tiba dateng langsung nanya-nanya! Aneh," ujar salah satu diantara mereka. Aneh? Mungkin karena penampilanku yang berbeda dari murid lainnya.

"Eh, Syl ..." ujar siswi yang menjawab salamku tadi menggantung.

"Wassalamu'alaikum."

[SFRS1] HAFIDZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang