12 | Rasa dalam Diam.

290 21 4
                                    

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Menjauhimu adalah caraku mengagumimu dalam diam. Dan diam adalah caraku mengagumimu dalam do'a.”
•Hafidzuan Muhammad Zulhayr•

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Jum'at, 26 April•
•Pukul 12:47•
•Author's POV•

Shalat Jum'at sekaligus Shalat Zhuhur baru saja selesai dilaksanakan. Para kaum Adam pun mulai meninggalkan Masjid.

"Kak," Arkan memanggil.

Hafidzuan dan Raffi yang sama-sama sedang memakai sepatu mereka menyahut, "Hm?"

"Aku mau ngobrol tentang sesuatu sama kalian. Ganggu nggak?"

"Nggak, kok."

"Gak apa-apa, Kan. Lagian juga aku masih harus nungguin Ummi,"

"Oke."

Selesai mengikat tali sepatu, ketiga lelaki itu berdiri dan berjalan menjauhi Masjid. Masih lumayan sepi. Area sekolah didominasi oleh siswa, guru laki-laki, dan petugas kebersihan.

"Mau ngobrolnya di mana?"

"Di deket ruang kepala sekolah aja, deh."

Hafidzuan mengangguk mengerti.

Beberapa menit kemudian, Arkan masih bergeming. Ia hanya diam sambil memandangi sekitarnya. Mungkin bingung, akan mulai cerita dari bagian mana.

"Mau ngobrol tentang apa, Kan?" Raffi memecah keheningan.

Arkan menghela napas sejenak. "Kak.. apa yang harus aku lakuin, kalo seseorang lagi marah sama aku gara-gara merasa dibohongin? Padahal niatku baik,"

"Kamu lagi marahan sama siapa? Huwaida?" tebak Hafidzuan.

Arkan mengangguk lemah. "Iya,"

"Kalo boleh tau, karena apa, awalnya?" Hafidzuan bertanya dengan hati-hati.

Arkan bergeming. Ia masih menimbang-nimbang. Haruskah ia menceritakan masalahnya? Tapi kalau tidak menceritakannya secara keseluruhan, nanti pasti akan sulit mencari solusinya.

"Eum.." Arkan masih merasa ragu.

"Kalo kamu gak mau cerita, gak apa-apa deh,"

"Tapi kami cuma bisa bantu sebisa kami,"

"Ini tentang masalah keluargaku dan keluarganya Huwaida, Kak." Arkan menunduk dalam. "Jadi.. aku punya paman, ia meninggal dunia karena kecelakaan sekitar 13 tahun yang lalu,"

"Innalillahi.." balas Raffi dan Hafidzuan bersamaan.

"Tadinya bukan Pamanku yang bakal kecelakaan, tapi seorang akhwat yang dicintainya. Saat itu mereka sedang mengikuti reuni sekolah, di sekolah ini. Ketika Pamanku dan akhwat tadi sedang berbincang di luar sekolah, tiba-tiba akhwat tadi berlari ke arah anak kecil yang sedang menangis di tengah jalan." Arkan mengalihkan pandangan ke arah lapangan sekolah.

[SFRS1] HAFIDZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang