-Maaf ya, kalo isi chapter-nya pendek. Tapi jumlah chapter-nya banyak, loh. Ada 60+. Baca terus, ya!
-#jangan_lupa_vote!~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Memang sakit mengagumimu dalam diam.
Tapi itu jauh lebih baik daripada kau dan aku terjalin dalam hubungan yang tidak halal."
•Hafidzuan Muhammad Zulhayr•~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hannafisa bertopang dagu, memandang lekat ke arah luar kaca mobil yang menyuguhkan pemandangan salah satu gunung di Majalengka--yang sedang mobilnya jajaki.
Warna hijau dari dedaunan dan sawah yang terhampar, tampak menyejukkan mata. Ditambah dengan birunya langit yang dihiasi oleh sekumpulan awan, menambah kesan cantik yang dimilikinya.
Hannafisa menarik napas dalam, meraup udara segar--dari kaca mobil yang dibuka--sebanyak-banyaknya, lalu mengembuskannya perlahan.
"Anteng banget sih, kamu, Sa!?"
Hannafisa menoleh singkat ke arah Rayna. "Pemandangannya bagus. Sayang kalo dilewatin gitu aja, apalagi kalo disia-siain dengan milih main HP."
"Iya deh, sepupuku tercinta!"
"Jijik, hih."
"Yeu, dasar!"
"Na, Sa," panggil Masyithah.
"Iya?" Hannafisa dan Rayna menyahut bersamaan.
"Nanti di sana tolong asuh Ashfeeq, ya. Soalnya kami mau ada urusan penting, yang harus didiskusikan bersama keluarga kita yang lain."
"Baik, Mi."
"Siap, 'Ammah."
Seusainya, perjalanan menuju kediaman salah satu kerabat mereka yang letaknya berada di puncak gunung, dilanjutkan diiringi obrolan ringan dan canda tawa.
~•~••~•~••~•~••~•~••~•~
Untuk yang kesekian kali, Hannafisa mengambil napas dalam-dalam. Membiarkan pasokan udara yang terasa sejuk itu menyejukkan paru-parunya.
Di dalam hati, tak henti-hentinya ia memuji kebesaran Sang Pemilik Semesta. Yang dengan begitu baiknya, telah menciptakan alam seindah itu.
"Mi, nanti kita jadi 'kan, nginepnya?" tanya Hannafisa pada Masyithah.
"InsyaaAllah jadi, kok. Kenapa? Betah, ya, di sini?"
"Iya! Enak banget tempatnya. Sejuk, enggak terlalu ramai juga."
Masyithah tersenyum. Kemudian berpamitan, "Ummi ke dalam dulu, ya, mau nyiapin buat salat Jum'at-nya Abi."
"Iya Mi."
Sebelum benar-benar memasuki rumah bercat biru muda yang tepat di sebelah kanannya merupakan tempat bercocok tanam itu, Masyithah melirik Hannafisa sambil mengembangkan senyuman lega.
"Hananeh, putrimu sudah tumbuh menjadi seorang gadis cantik yang shalihah, cerdas dan baik hati, sekarang. Ia begitu ceria, sama sepertimu dan kakaknya--Hanania. Namun kuharap, akhir kisahnya bisa bahagia. Tidak seperti akhir kisah kalian. Aamiin ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
[SFRS1] HAFIDZ
Teen FictionHAK CIPTA DILINDUNGI ALLAH! -Spin off HASNA [Spiritual-Fluff-Romantis] •Best rank: #2/10 in ketaqwaan #5/28 in keimanan #9/38 in takdirAllah #10/20 in anauhibbukifillah #17/85 in istikharah #46/728 in kesabaran #182/2,29k in penantian #328/3,25k in...