Rumit

237 12 0
                                    


"Hoaamm" Entah keberapa kalinya Devara menguap, saat ditanya "Ngantuk?" oleh Addar devara hanya menggeleng cepat dan meminta Addar menjelaskan kembali

" tidur ." Gemas Addar yang melihat tingkah manusia disebelahnya, matanya sudah merah dan berkali kali menguap. Tapi manusia yang disebelahnya ini tetap keras kepala, tetapi addar tau devara mengantuk

"Gue ga----Hoam" Lagi-lagi.

"Tidur!" Tegas Addar

"Ah iya iya. Paldahal lagi belajar. Kebiasaan deh, main handphone melek pas belajar ngantuk." Omelnya sendiri

" waras?" Tanya Addar

"hahahaha, gak" Addar hanya tidak paham dengan manusia didepannya ini, kenapa dia tertawa?

"Kalo lo gak mau diem gue gendong sekarang juga!" Addar kali ini gemas sendiri melihat devara, dikit dikit gila. Ck, emang ya cewek moodnya aneh

"Ini addar bukan sih?" Tanya devara, addar menyerit dahi, apa maksudnya?

"Lo tumben ngomong panjang. Setau gue lo kalo ngomong panjang kalo hal penting aja."

"Diem lo" Jawab Addar lalu menggendong devara dengan kuat. Addar kira enteng, taunya Cuma badannya aja yang kecil, berat kek babon.

"ADDAR! LO APA APAAN SIH? LEPAS GAK? KALO GUE JATUH GIMANA? LO MAU BUAT GUE MATI PAS MASIH PERAWAN MUDA HAH?!" Devara berkali kali berontak dan berteriak tepat ditelinga addar yang membuat telinga addar sepertinya gendang telinganya ingin pecah.

" Jangan teriak."

"Ya lo bikin badan gue sakit. Udah gendong gue posisinya salah lagi."

"Oh." Addar menurunkan devara tepat didepan pintu kamar devara

"Masuk!" Addar mendorong keras tubuh devara hingga devara masuk kekamarnya

"Dar! Awas aja lo! Gue bales nanti! Badan gue pada pegel!" Teriak devara dengan membuka sedikit pintunya addar hanya menatapnya dingin dan tidak perduli. *Tunggu, sebenerya ini rumahnya apa Alexander? Kenapa addar kek pemilik rumah?

Diam diam gadis di samping kamar devara itu mendengar suara pria yang dia sukai, berbicara dan sahabatnya itu terlihat senang dan akrab. Gadis itu merasa iri dan sakit hati. Mungkin ini waktunya dia harus mundur demi sahabatnya. Dia ingin move on dari addar dan mencari pria lain tetapi entah kenapa hatinya tidak ingin mundur dan logika juga hatinya selalu bergulat. Dia jadi binggung harus bagaimana?

Addar memang sudah hapal dengan posisi kamar tamu dan kamar devara hanya berjarak beberapa langkah, dan disamping kiri kamar devara juga ada kamar tamu lagi.

Addar mengacak rambutnya binggung, lalu dia masuk kekamarnya dan belajar lagi.

Matahari sudah mengeluarkan sinarnya dengan malu malu, entah berapa kalinya alarm berbunyi dan devara tetap mematikan alarmnya lalu menutupi tubuhnya dengan selimut laggi

Kringg.... Kringg.... Kringgg

"BERISIK AJA! IYA IYA GUE BANGUN!" Teriaknya sendiri. Devara dengan malas berdiri dari kasurnya dan mematikan alarmnya, tetapi saat devara tidak sengaja menjantuhkan bel alarmnya selembar kertas terjatuh.

"Apaan ini?" Tanya nya sendiri sambil membolak balikkan amplop berwarna Orange itu.Orange itu mengingatkan pada ibunya, karena mom menyukai warna orange.

Devara tersenyum menatap amplop itu, sambil duduk dibibir kasur dan membuka amplop itu.

Devara, kau pasti tau kan siapa yang menulis surat ini?

DevarddaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang