Jongdae masuk ke ruangan itu tanpa repot-repot mengetuk. Musik langsung berhenti, dan dari sudut ruangan Chanyeol menyambutnya, "Woaaah, Jongdae! Masuk, bro!" ia pun meninggalkan sound system yang sedang diutak-atiknya, melewati Jongin yang masih memukul-mukul drumnya dengan ringan. "Wiih, bawa makanan! Dari mana lo?"
Jongdae meletakkan gelas-gelas yang berisi es kopi ke meja di sudut ruangan, berikut kotak besar berisi donat. Kamera mirrorless masih tergantung di lehernya. Tasnya cuma dicangklong di bahu kiri. "Abis hunting sama temen-temen. Dikit lagi gue lupa lo minta gue dateng. Sori telat, ya."
Tanpa tedeng aling-aling Chanyeol langsung mencomot dua donat. Sehun dan Jongin akhirnya beranjak dari instrumen mereka untuk menyerbu makanan. Chanyeol menambahkan, "Nggak papa, lo telat aja sering-sering. Makanannya banyak gini. Seneng gue."
"Bukan dari gue."
Chanyeol berhenti mengunyah, seakan-akan melanjutkan makan adalah dosa. "Lah?"
"Ini titipan Bang Junmyeon. Gue sama klub make dia dan Kak Juhyun buat model hari ini. Dia tau gue mau ke sini. Makanya suruh beliin buat lo semua." Jongdae menarik sebuah kursi kecil dan duduk sambil bertopang pada punggung kursinya.
"Tuh sepasang mau prewed? Hunting foto aja berduaan terus," komentar Chanyeol sambil menahan tawa.
"Biasa, couple of the year. Kan mereka hits. Untung di kami kalo porto isinya mereka semua," jawab Jongdae enteng, nadanya kedengaran bangga. "Jadi, tentang pertanyaan lo, gue cuma punya satu saran. Lo mintanya cewek, kan?"
"Yoi," jawabnya sambil meminum kopi dengan cepat.
"Wendy."
Chanyeol berhenti menyeruput. Ia melirik Jongin dan Sehun. Mereka berdua cuma berpandangan, tapi tak lama kemudian Jongin mengangguk.
"Lo coba dengerin suara dia deh. Perhatiin kalo ada acara-acara padus. Cocok buat tipe lagu apa aja. Bisa ngerap, malah. Gue pernah ga sengaja denger sekali dan gue kaget, bisa juga dia. Doi juga akustikan sama temen-temen deketnya. Gue cuma rekomenin dia kalo mau ngeband. Dia paling gaul soalnya, cocok sama gaya lo-lo pada." Jongdae mengedikkan dagu ke arah mereka bertiga. "Hebat main instrumen juga." Jongdae mulai menghitung dengan jarinya, "Wendy bisa gitar, piano, seruling, saksofon, dan sekarang lagi seneng belajar akordion."
Chanyeol masih menimbang-nimbang.
"Sebagai ketua tim padus yang tau karakter anak-anak buah gue, gue cuma rekomenin dia."
Chanyeol mengangguk-angguk, "Ntar gue coba samperin. Lo berdua setuju aja kan?"
"Gue sih oke aja," sahut Jongin. "Wendy temen deket Seulgi. Gue tau gimana orangnya. Aman, lah."
. . .
Ada tiga orang di sudut depan ruang loker yang berbicara dengan suara rendah ketika Wendy masuk. Wendy melihat mereka, dan mereka cuma melempar senyum. Wendy membalasnya dan segera berlalu. Orang-orang itu lanjut berbincang dengan suara pelan lagi. Ruang loker selalu jadi wadah gosip paling mendukung.
Di ujung baris kedua, tempat loker Wendy berada, ada Chanyeol yang sedang meletupkan permen karetnya. Wendy menyapanya pelan, "Hei." Chanyeol menoleh dan mengangkat tangan.
Wendy mengambil sebuah USB drive, dan ketika ia menutup pintu lokernya, tahu-tahu Chanyeol sudah bersandar pada loker tepat di samping milik Wendy. "Halo."
Perempuan itu menelengkan kepala. "Ada apa nih?"
"Mau ikut band gue nggak?" Chanyeol tak ingin basa-basi.
"Band? Wow, tiba-tiba banget."
"Kurang personel. Vokalis kami sebelumnya pindah sekolah berapa bulan lalu. Kayaknya bakalan ada lomba bentar lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
blooming days
FanfictionMasa SMA katanya masa yang paling keren, paling rame, paling seru, masa saat banyak hal bersemi. Gimana sih dua geng ini menghadapinya? {exo x red velvet daily school life!au, each chapter can be read separately}