car (suho, irene)

553 55 12
                                    

Juhyun sudah dapat melihat Junmyeon di kejauhan, berlari menembus kerumunan. Perempuan itu berhenti dengan muka horor, terutama ketika mata mereka berserobok, dan Junmyeon langsung berlari ke arahnya dengan muka semringah, cengiran lebar, lambaian tangan yang lebai.

"Sayaaang!"

Beberapa perempuan lain di selasar langsung melihat ke arah Junmyeon. Beberapa di antaranya memajang ekspresi kagum, sebagian lagi iri, dan melemparkan tatapan tak senang itu ke arah Juhyun. Tenang, Juhyun sudah biasa menerimanya. Selama mereka tidak mengkonfrontasi secara langsung, ia tidak peduli. Lagipula ia tahu teman-teman satu gengnya pasti tidak akan tinggal diam, dan diam-diam sudah menjadi proteksi yang bagus untuknya. Seulgi yang pernah ikut olahraga bela diri? Cek. Wendy yang pintar mendebat orang-orang? Cek. Sooyoung si model sekolah, yang kalau bermusuhan dengan temannya berarti bakal bkin reputasi jelek ke diri sendiri? Cek. Yerim, si adik kelas hits yang nama jelekmu bakal viral? Cek.

Juhyun pun menyingkirkan berbagai pikiran yang aneh-aneh dari kepalanya saat Junmyeon tiba di hadapannya.

"Sayang, tebak apa yang baru gue dapet."

Juhyun mengernyit, tidak mendapati sesuatu yang baru di penampilan Junmyeon. "Apaan?" Dari sudut matanya, ia melihat Minseok berjalan ke arah mereka, tersenyum pada Juhyun sambil mengangkat tangan. Juhyun cuma mengangguk, dan Junmyeon pun mengikuti arah pandangnya.

"Hoi, bro!" Junmyeon mengajak Minseok tos.

Minseok pun meletakkan tangan di bahunya. "Ada apaan nih, pagi-pagi auranya udah bagus banget. Ya emang sih, Juhyun cantik hari ini."

"Thanks," jawab Juhyun datar. "Gue nggak ngerti, Yang. Mana sih benda yang baru?"

Junmyeon mengeluarkan dompetnya dari saku belakang celana dengan adegan sok dramatis. Juhyun dapat melihat orang-orang di latar belakang yang bertampang mupeng itu. Junmyeon dan dompet? Kombinasi yang benar-benar diinginkan banyak siswa yang sebagian besar belum bisa mencari uang sendiri demi kesehatan finansial mereka.

"Taa-raaa!" Junmyeon mengeluarkan sebuah kartu. "Akhirnya gue dapet SIM!"

"Whoaah!" Minseok memukul-mukul bahu Junmyeon. "Bisa road trip kita! Ayo, kapan!"

Junmyeon mengerutkan dahi. "Road trip gimana? Kita bersembilan, Juhyun berlima. Mana muat satu mobil, emangnya gue bisa bawa bis? Kecuali lo bikin juga. Lo sama Yixing bikin gih. Biar kita bisa bareng-bareng."

"Iya juga sih. Eh gue kabarin yang lain dulu deh." Minseok dengan cepat mengetikkan breaking news di ruang obrolan geng mereka.

Juhyun termangu di hadapan Junmyeon. "Jadi ...."

"Iya!" sahut Junmyeon, tak jelas untuk pertanyaan yang mana. "Gue bisa antar-jemput lo dengan bebas, Yang! Gue nggak perlu pake supir lagi!"

"O ... ke."

"Ntar pulang gue anter!"

"Ok ... e."

Setelah Junmyeon pergi, Juhyun masih termangu di tempatnya berdiri. Tatapan-tatapan mupeng itu masih terarah padanya. Ada berapa siswa yang pakai mobil ke sekolah? Bisa dihitung dengan jari, karena hal itu bukan sesuatu yang umum di sekolah ini.

. . .

Mobil ini berbeda dari yang biasa digunakan oleh supir Junmyeon. Lebih sederhana, tapi tetap saja bukan sesuatu yang bisa dimiliki Juhyun sekarang. Bukan juga sebuah mobil baru, karena Junmyeon cerita bahwa ibunya pernah beberapa kali memakainya. Interiornya mulus, berwarna hitam dengan aksen metalik. Aroma parfum kopi membuat Juhyun nyaman, dan tidak bisa komplain apa-apa pada akhirnya.

blooming daysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang