Seulgi dan Sooyoung hampir saja berjalan melewati pintu ruangan yang mereka tuju. Sooyoung segera berhenti dan Seulgi mengikutinya, berbelok dan masih lanjut mengobrol.
"Masih ada satu karung, sih, di rumah. Nanti kubawa setengahnya. Cukup, 'kan?"
"Cukup banget." Sooyoung pun menuju arah yang berbeda, tetapi ia berhenti untuk menunggu kalimat pamungkas dari Seulgi.
"Ya udah nanti gue anter ya ke rumah lo. Atau ke ruangan klub aja?" Seulgi juga menuju arah barisan loker yang berbeda.
"Ke rumahku aja. Nanti malem, ya. Kalau mau ikut streetfeeding-nya juga boleh, Sabtu pagi, jam delapan, kumpul di ruangan klub."
"Lihat keadaan, ya, gue kabarin lagi ntar."
"Yoi."
Pembicaraan pun berhenti, Seulgi menghilang di balik barisan loker dan Sooyoung pun menuju loker pribadinya, yang tak begitu jauh dari tempatnya berdiri, hanya mengambil sebuah ensiklopedia mini. Sooyoung pamitan untuk ke kelas lebih dulu, dan Seulgi hanya mendengarnya lewat gema di ruangan. Ia masih terpaku di depan pintu lokernya, dan tak lama kemudian dia pun bergumam,
"Punya siapa, sih ...."
Sebuah kantong kertas tergantung di handle lokernya, dengan pita manis berwarna merah jambu dan aksen hati yang bertaburan sebagai motifnya. Seulgi mengintip isinya, secara refleks berkata hah? saat mendapati sebatang cokelat di dalamnya.
"Apa-apaan ...."
. . .
Wendy tidak menyadari kedatangan Seulgi ke sampingnya sampai gadis itu merenggut headset sebelah kanannya, yang memaksanya untuk menghentikan ajang karaoke curi-curian itu.
"Numpang make Instagram lo, dong." Kantong kertas itu segera diletakkannya ke atas meja.
Mata Wendy menatap bergantian pada Seulgi, kantong kertas itu, lalu Seulgi lagi.
"Numpang bikin story."
"Buat apaan?" Wendy mengernyit, sekarang perhatiannya benar-benar tertuju pada kantong kertas itu. "Lo dapet hadiah Valentine? Sepagi ini? Sadis! Harus kasih tau yang lain!"
Seulgi kelabakan dan langsung berusaha merebut HP Wendy, terjadi sedikit kericuhan karena Wendy berusaha mengelaknya. Akhirnya mereka berdamai dengan Wendy yang mengacung-acungkan telunjuknya ke udara, "Tunggu bentar, bentar, bentaaar! Ceritain dulu ada apa? Mau pamer lewat IG gue? Gooood, why?"
"Dengerin gue dulu, nonaaa!" Seulgi memegang kedua pergelangan tangan Wendy. Sesudah Wendy diam dan cuma menatapnya dengan mengerjap-ngerjap jenaka, Seulgi lega dan langsung bercerita, "IG lo lebih banyak pengikutnya dibanding punya gue. Gue mau bikin pengumuman, siapa yang merasa ketinggalan cokelat di pintu loker gue. Kasian, 'kan, ini hari Valentine. Siapa tau dia kelupaan lalu-"
Jika bisa, rahang Wendy akan jatuh sekarang juga. Dalam hatinya membatin, punya temen gini-gini amat ya Tuhaaaan!
"Neng, Neng Seulgi cantik. Itu. Cokelat. Buat. Elo."
"Memangnya tau? Siapa tau ini cuma punya orang yang kelupaan-terus sekarang dia nyari? Kalo ini memang buat gue, pasti ada tulisan atau apalah gitu. Ucapan kek, apa kek. Ini ucapannya nggak ada sama sekali. Pasti nih orang yang mau ngasih baru setengah jalan, naroh di loker gue buat nulis sesuatu, terus kedistraksi, lalu kelupaan. Sini deh, gue bikin pengumuman."
"Seulgiiii lo ini gimana sih, surat-surat kaleng tuh lazim aja di Valentine. Penggemar rahasia emang suka nyembunyiin diri. Kali-kali aja ini baru langkah pertama. Ini cokelat emang buat elo, yakin deh gue. Nggak usah bikin pengumuman-pengumuman segala. Jangan bikin malu gue ah. Ck." Wendy pun melirik-lirik kantong kertas itu. Dia sempat mengintip isinya, dan itu termasuk cokelat yang 'lumayan' mahal. Harus mengirit uang jajan sehari jika ingin membelinya, bagi anak sekolah seperti dia dan Seulgi.
KAMU SEDANG MEMBACA
blooming days
FanfictionMasa SMA katanya masa yang paling keren, paling rame, paling seru, masa saat banyak hal bersemi. Gimana sih dua geng ini menghadapinya? {exo x red velvet daily school life!au, each chapter can be read separately}