dinner (chanyeol, wendy)

911 130 29
                                    

Sebelumnya, ruangan itu sudah penuh dengan suara-suara rendah, obrolan ringan yang dilempar pada satu sama lain dengan santai. Jongdae bercerita tentang teknologi kamera terbaru, Kyungsoo menimpalinya dengan program pengolah grafis yang baru dipelajarinya dan tentang bahasa komputer yang sedang diminatinya, Minseok bercerita tentang kue di toko yang baru didatanginya, Junmyeon membandingkannya dengan kue buatan Juhyun. Yixing mengobrol dengan Sehun, Baekhyun, dan Jongin tentang distro yang baru buka di dekat sekolah mereka.

Kedatangan Chanyeol mengalahkan obrolan para pria muda yang sedang gabut itu.

"Bang Jun plis gue pinjem jas sama dasi lo!"

Suasana mendadak hening. Chanyeol meredakan napasnya yang memburu di bingkai pintu. Ia masih memakai seragam, tasnya dicangklong di salah satu bahu, matanya tidak berkedip seolah-olah baru melihat hantu. Entah dari mana dia, pukul enam sore baru datang saat semua teman-temannya sudah bersih rapi jali, nongkrong-nongkrong ganteng di markas bos besar: apartemen Junmyeon.

"Emangnya ada acara apaan di sekolah?" Sehun menelengkan kepala, bertanya dengan nada polos.

"Lo mau ngelamar Wendy?" Baekhyun mendelik sambil nyengar-nyengir. "Tapi, bego ah. Ukuran Bang Junmyeon mana muat di elo. Lo 'kan tinggi."

"Iya, gue pendek," sahut Junmyeon dengan nada yang sama meledeknya.

"Gue nggak bilang lo pendek ya, lo sendiri yang bilang, Bang." Baekhyun tidak mau kalah.

"Nggak ngelamar sih, cuma ya mirip-mirip, lah." Chanyeol masuk ke studio (yang bukan seperti studio karena Junmyeon sudah menyingkirkan alat-alat musiknya ke ruangan lain) tersebut. "Gue diundang Wendy ke acara makan malam keluarganya. Bokapnya baru pulang dari Kanada, dan kebetulan juga kakaknya lagi di Korea. Sekalian acara hari jadi ortunya gitu."

"Pake jas segala. Yakin lo nggak bakal salah kostum?" celetuk Baekhyun.

"Undangannya di resto Golden Lights. Itu tempat buat acara-acara resmi, yang harus pake reservasi khusus segala, 'kan?" Chanyeol pun duduk di lantai, di dekat meja, berdekatan dengan kaki Jongdae, di samping Kyungsoo.

"Punya tantenya Junmyeon, tuh," timpal Minseok. "Ya nggak? Yang biasanya elo sama Juhyun makan di situ?"

"Iya, sih." Junmyeon mengelus dagunya. "Terakhir kali gue ngundang papa-mama Juhyun juga pake baju yang rapi juga. Gue nggak ngerti siapa yang bikin peraturan, tapi entah kenapa banyak acara di sana yang mesti pake baju-baju resmi segala. Tante gue nggak pernah bikin aturan gitu padahal." Namun dahinya mengerut. "Tapi gue rasa nggak perlu jas segala kali. Resmi amat. Kayak mau lamaran aja."

Baekhyun menggonjreng gitar di pangkuannya sembarangan. "Ngomong-ngomong, undangan acara privat keluarganya aja di resto mewah gitu. Parah juga keluarga Wendy, ya. Kaya banget jangan-jangan? Saingan elo, Bang Jun."

Junmyeon cuma ber-hush ria.

"Yang gue tau bokapnya udah tinggal di AS waktu Wendy masih kecil. Makanya Wendy pernah sekolah di Kanada dan AS." Jongdae membenarkan posisi duduknya yang merosot di sofa. "Pengusaha, nggak tau juga pengusaha apa, tapi denger-denger mereka punya mansion di AS."

Baekhyun sengaja membungkuk agar dekat dengan Chanyeol. "Ngeri, coy. Lo bakal jadi mantu keluarga kaya. Arisan berlian, gonta-ganti mobil mewah tiap setengah tahun, kalo mau belanja jam tangan ke Swiss dulu, kalo mau liburan ke pulau pribadi—ntar lo kalo bulan madu bakalan dianterin pake jet pribadi kayaknya."

"Jauh banget sih lo nyasarnya," Chanyeol menyahut gusar. "Urusan nanti itu. Intinya, siapa lo pada yang punya jas?! Sehun, ukuran lo muat di gue deh."

"Nggak punya."

"Boong."

"Gue terakhir pake jas waktu acara pemakaman, pas umur gue delapan tahun. Kalo kemeja banyak."

blooming daysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang