Jongin sedikit menyesal telah menolak tawaran Sehun untuk pulang bareng satu jam yang lalu. Ia menolak dengan alasan ingin memiliki lapangan basket untuk dirinya sendiri, latihan teknik-teknik yang sudah ditinggalkannya setelah vakum main basket sejak SMP. Sekarang sekolah sudah sangat sepi, hampir-hampir tidak ada orang. Rasanya garing jika harus pulang sendiri.
Ia sengaja mencari jalan memutar untuk menuju gerbang depan, mencari-cari sisa orang yang mungkin ia kenal agar bisa diajak pulang bersama.
Suara terdengar dari ruang musik yang terbuka. Wajah Jongin berubah jadi cerah. Biasanya penghuni ruangan ini adalah orang-orang yang dikenalnya dekat—circle-nya memang tak jauh-jauh dari pemusik. Lagu yang dimainkan terdengar putus-putus.
Jongin berbelok ke ruangan tersebut, menemukan seseorang duduk memunggungi pintu di depan sebuah piano. Ia kenal sekali punggung itu.
"Seulgi, oy!"
Seulgi menoleh pelan. Jongin kaget. Wajahnya tidak seperti Seulgi yang biasa; capek, melas, dan sepertinya butuh tepukan di punggung. Jongin pura-pura pasang wajah bahagia sambil berjalan masuk. "Masih di sini aja lo. Yuk, pulang."
Seulgi manyun. Kening Jongin makin berkerut. Seulgi melamun sebentar di depan piano, tangannya berhenti menekan tuts.
"Lo kenapa sih?" Jongin menotol-notol pundaknya.
Seulgi lalu mengambil tasnya yang digeletakkan begitu saja di atas bangku panjang. Dia mencangklong tas itu pada bahu kanannya, lalu beranjak menjauhi piano dengan langkah gontai.
"Napa sih ni anak," gumam Jongin, tapi masih terlalu nyaring untuk didengar Seulgi.
"Gue patah hati," ucap Seulgi singkat, padat, dan jelas. Dia berjalan keluar dari ruangan begitu saja, meninggalkan Jongin yang melongo.
. . .
Jongin mulai bergerilya mencari informasi. Siapa sih cowok yang berani matahin hati Seulgi? Ia mulai menyeleksi orang-orang yang tepat untuk digali informasinya.
Wendy sudah pasti pilihan tepat. Dirinya dan Wendy satu band, Wendy juga nempel terus ke Seulgi semacam perangko. Namun, sudah pasti ada perjanjian tak tertulis di antara Wendy dan Seulgi jika ada sesuatu yang rahasia, Wendy pasti memegangnya erat-erat, begitu pula sebaliknya. Siapa tahu Seulgi sudah menyegel mulut Wendy?
Kesampingkan Wendy dahulu, ada Sooyoung. Sooyoung satu klub pecinta binatang dengan Chanyeol, jadi tidak susah mendekatinya. Sooyoung calon potensial, jadi masih memungkinkan. Akan tetapi, Sooyoung sedang berada di luar kota untuk lomba modelling. Tidak bisa dijangkau sekarang juga.
Yerim, boleh juga. Tapi biasanya Yerim tidak akan memberi informasi secara gratis. Namun, mengadakan pertemuan dengan Yerim lalu memberinya hadiah sebagai sogokan bisa-bisa menghancurkan persahabatannya dengan Sehun. Sehun bisa berprasangka. Cowok itu lagi giat-giatnya mencari cara buat pedekate, tapi anaknya malu-malu kucing. Histori browser di HP-nya penuh trik-trik ngajakin ngedate. Jongin jadi tak tega. Rasanya jadi seperti mengkhianati Sehun walaupun itu bukan apa-apa. Sebenarnya bisa mengadakan pertemuan rahasia, tapi mata ada di mana-mana, gosip bisa muncul dari arah tak terduga. Jongin pernah mengalami hal serupa waktu SMP dan ia benar-benar kapok.
Juhyun, sudah pasti dicoret. Jongin mana berani dengan perempuan itu. Galak sih tidak juga, tapi Juhyun seolah-olah punya kharisma yang bisa bikin cowok-cowok menunduk setiap kali melewatinya. Tatapan esnya bisa membekukan semua orang (kecuali Junmyeon).
Akhirnya, dari semua kandidat itu, memang mau tak mau harus mendekati Wendy lebih dahulu.
Jongin mengeksekusi rencananya keesokan sorenya, saat jeda latihan band. Ia menarik kursi ke hadapan Wendy.
KAMU SEDANG MEMBACA
blooming days
FanficMasa SMA katanya masa yang paling keren, paling rame, paling seru, masa saat banyak hal bersemi. Gimana sih dua geng ini menghadapinya? {exo x red velvet daily school life!au, each chapter can be read separately}