Epilog

4.6K 370 31
                                    

"Siwon?"

"Hmm.." Siwon menatap Yoona yang berbaring disebelahnya. Wanita itu menggunakan lengan kekar suaminya sebagai bantal.

"Bulan depan Siyoon berulang tahun bukan?"

"Ya 16 Mei. Dua minggu sebelum ulang tahunmu. Ada apa?" Tanya Siwon yang kini tangan kirinya telah memeluk pinggang Yoona.

"Tidak ada. Hanya saja setiap hari ulang tahun Siyoon aku merasa benar-benar sangat sedih dan menyesal. Jika waktu dapat diulang, aku menginginkan hal itu terjadi. Aku ingin kembali di mana Siyoon lahir ke dunia ini. Aku ingin menyambut kelahiran Siyoon dengan penuh kebahagiaan yang tulus. Bukan sebuah kebencian. Aku menyesali semua itu Siwon. Kenapa bisa aku menjadi sosok ibu yang kejam seperti itu. Tidak seharusnya aku bersikap kejam kepada putraku sendiri."

Tanpa sadar kini air mata telah jatuh dari mata Yoona. Ya, dia menyesali semua yang telah terjadi. Kebencian yang selama ini ia berikan kepada Siyoon tidak sepantasnya untuk dilakukannya. Jika waktu dapat diulang kembali Yoona benar-benar akan memperlakukan Siyoon dengan sangat baik. Ia akan berperan selayaknya ibu pada umumnya. Yang selalu memberikan kasih sayang kepada anaknya.

"Jika terus melihat ke belakang, aku juga merasa menyesal dengan apa yang telah ku perbuat dulu kepada Siyoon. Tapi, tidak seharusnya kita terus menyesali itu semua Yoona. Karena sekarang perlahan kita sudah bisa menjadi sosok orang tua yang sesungguhnya untuk Siyoon dan bahkan juga untuk Jiyoon. Maka dari itu jangan kau terus menyesali apa yang telah kau perbuat. Buatlah itu sebagai sebuah pelajaran yang kelak kau tidak akan  masuk lagi ke dalamnya. Yaa.. itulah prinsipku sekarang. Aku berusaha menghindari untuk jatuh ke dalam lubang kesalahan yang sama."

**

Senyuman terus merekah pada bibir Siyoon. Kebahagiaan tengah dirasakannya sekarang. Ya, hari ini merupakan tanggal 16 Mei atau lebih tepatnya ulang tahun Siyoon. Tahun ini  ia berusia 12 tahun. Sungguh sangat cepat bukan perkembangan Siyoon.

Ia sekarang bukan lagi menjadi sosok anak kecil. Tapi ia merupakan remaja yang tumbuh dengan wajah tampan. Ya, semakin bertambah usia Siyoon terlihat semakin tampan pula. Wajah Siyoon mirip dengan Yoona. Hanya saja tatapan matanya tajam seperti milik Siwon. Itu yang membuat auranya terlihat berbeda dan menjadikannya sebagai daya tarik tersendiri bagi seorang Choi Siyoon.

Hari ini Siyoon benar-benar bahagia karena setelah empat tahun, pada akhirnya Yoona ikut merayakan ulang tahunnya. Rupanya Tuhan telah mengabulkan permintaan yang selama ini dipanjatkannya.

"Choi Siyoon selamat ulang tahun. Tidak terasa putra appa sudah sangat besar sekarang. Appa benar-benar mencintaimu Siyoon." Siwon memeluk Siyoon dengan hangat sambil sesekali menghujani putranya itu dengan ciuman. Walaupun telah tumbuh menjadi remaja, Siyoon tetap bersikap manja kepada Siwon. Ia tidak malu ketika ayahnya itu memperlakukannya seperti anak kecil.

"Aku juga mencintai appa. Terimakasih telah menjadi appa yang sangat baik untukku." Siyoon membalas ciuman Siwon. Ia mencium pipi sang ayah.

"Nah.. Siyoon ini kado untukmu." Setelah melepas pelukan dari Siyoon, Siwon memberikan kado dengan ukuran sedang kepada putranya itu.

"Wah.. appa ini sangat mahal. Benar-benar mahal. Bahkan harus mengantri selama satu tahun untuk mendapatkannya. Bagaimana appa bisa membelinya?"

Siyoon tampak terkejut ketika melihat kado yang diberikan oleh ayahnya itu. Sebuah miniatur karakter superhero favorit Siyoon. Tapi, yang membuat sangat istimewa miniatur itu sangat terbatas jumlahnya dan tentu harganya sangat mahal. Selama ini Siyoon hanya memendam keinginannya itu. Namun ternyata di hari ulang tahunnya Siwon memberikan kado itu untuknya. Sungguh ini seperti mimpi bagi Siyoon.

"Apapun dapat appa lakukan untukmu Siyoon."

"Appa.." Siyoon tampak terharu dengan apa yang dilakukan oleh ayahnya itu. Ya, memang benar apa yang selama ini diyakini oleh Siyoon. Jika Siwon adalah ayah terbaik untuknya.

"Siyoon kau tidak ingin melihat kado dari eomma?"

"Eomma juga memiliki kado untukku?"

"Ya, tentu saja eomma memilikinya. Tapi sepertinya tidak lebih bagus dari milik appa. Ini kado dari eomma untukmu Siyoon." Yoona menyodorkan kado dengan ukuran sedang kepada Siyoon.

"Oh Tuhan.." Siyoon begitu terkejut ketika melihat kado yang diberikan oleh Yoona. Sebuah sweater rajut berwarna abu-abu.

"Kau kenapa Siyoon? Apakah kau tidak menyukainya?" Sedikit ada nada kecewa dari suara Yoona ketika melihat ekspresi yang diberikan oleh Siyoon ketika melihat sweater darinya itu.

"Tidak eomma.. aku benar-benar menyukainya. Ini sweater terbagus yang pernah aku lihat." Air mata tiba-tiba jatuh. Siyoon menangis. Ia merasa terharu dengan kado yang diberikan oleh ibunya itu. Dengan air mata yang masih mengalir, tatapan Siyoon beralih menuju kedua tangan Yoona yang jarinya banyak luka. Dan Siyoon tahu luka yang terdapat pada jari-jari Yoona dikarenakan ia menjahit sweater rajut untuknya. Ya, Yoona rela melukai jarinya sendiri demi menjahit sweater untuk Siyoon putranya.

"Eomma terimakasih.." Siyoon memeluk Yoona. Memeluknya sangat erat. Menyalurkan segala ucapan terimakasihnya. "Maaf karena diriku membuat eomma rela menahan sakit karena jari yang terluka. Maafkan aku eomma. Aku akan menjaga sweater ini dengan sangat baik. Sampai kapanpun aku akan menjaganya."

"Eomma sangat senang karena Siyoon menyukai sweater itu. Maaf eomma tidak begitu pintar membuatnya. Jadi hasilnya juga tidak begitu baik."

"Tidak eomma, sweater ini benar-benar bagus. Aku sangat menyukainya. Terimakasih eomma."

**

Siyoon memandang tiga barang yang dilekatkannya pada meja belajar. Tiga barang itu adalah kado yang diberikan oleh orang-orang tercintanya. Ayah, ibu, dan adik laki-lakinya. Siwon memberikan kado miniatur karakter superhero yang berharga mahal. Yoona memberikan kado sweater rajut buatannya. Dan Jiyoon memberikan kado sebuah gambar dua anak laki-laki. Di mana gambar anak laki-laki itu adalah dirinya dan Siyoon.

Senyuman terus saja mengembang pada bibir Siyoon melihat ketiga kado itu. Dirinya merasakan kebahagiaan yang benar-benar memenuhi perasaanya. Kebahagiaan itu bagaikan mimpi bagi Siyoon. Dulu kebahagiaan itu hanya sampai di angan saja bagi Siyoon. Ia seperti tidak mengira jika  kebahagiaan itu pada akhirnya menghampiri kehidupannya.

Dulu Siyoon hanyalah bocah malang yang haus akan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Tapi kini Siyoon merupakan sosok anak yang mendapatkan kasih sayang secara penuh dari orang tuanya. Ya.. memang Tuhan sangat pandai membolak-balikan sesuatu. Kebaikan memang akan terjadi kepada orang-orang yang dengan sabar menantinya.

Dulu Siyoon memang selalu tersakiti. Tapi, sekarang dirinya sama sekali tidak merasakan hal itu. Karena kebahagiaan selalu dirasakannya. Semua itu terjadi karena kesabaran dan keyakinan mengenai kebahagiaan yang akan menghampirinya.

**

Bener-bener udah END ya gaes buat cerita ini. Makasih karena udah setia sama cerita ini dan memberi secara sukarela votmentnya. Inti dari epilog ini Siyoon udah bahagia bersama keluarganya 😄

Choi Siyoon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang