"Jadi, kamu kemarin kemana aja sama Ansel? Kok pulangnya sore banget," tanya Ana langsung setelah kami duduk.
"Ya ampun, udah nanya aja, nih anak. Pesen dulu napa, An. Santai, aku bakal cerita nanti," aku menghiraukan pertanyaan Ana, lebih memilih mencatat menu yang akan kupesan.
Hari ini aku dan Ana sengaja mampir ke kantin, berhubung jadwal kami sama dan juga selesai lebih awal. Lagipula, sudah cukup lama kami tidak pergi ke kantin bersama seperti ini.
"Kamu mau apa?" Aku mendongak, bertanya pada Ana.
"Kamu apa?" Ana balik bertanya.
"Cappucino cincau,"
"Cuma itu?"
Aku mengangguk, mengiyakan.
"Pesenin jus alpukat aja,"
"Oke," aku menulis pesanan Ana, lalu memberikannya pada ibu-ibu penjaga kantin.
Ana meraih snack dari rak di sebelahnya. "Jadi, gimana?" tanyanya.
"Apanya?"
"Ya, kamu sama Ansel, lah," jawabnya seraya membuka snack di tangannya.
"Ya, nggak gimana-gimana." Aku menjawab cuek. Tanganku sudah mengambil alih bungkus snack dari tangan Ana.
"Beli sendiri, Kai..." Ana merebutnya, aku mendengus. "Pelit, ih," cibirku.
"Biarinnn..."
Aku pun mengambil snack-ku sendiri.
"So?" Tanya Ana tiba-tiba.
"Apa?" Balasku tak paham.
"Kamu sama Ansel, Kaiii... Kalian kemarin kemana aja?"
"Ohhh.." aku manggut-manggut, lalu memakan snack-ku tanpa menjawab Ana.
Biarin penasaran, siapa suruh pelit. Batinku.
"Lah, kok malah ngemil, sih? Ini aku nanya loh, Kai," Ana meletakkan bungkus snacknya, kemudian tanpa peringatan juga mengambil milikku.
"Ih, kok diambil sih, An?!" Aku berusaha merebutnya. Tapi, Ana sudah menyimpan snackku dan punyanya ke dalam tas slempang miliknya.
Dan aku hanya bisa mendengus. Kenapa jadi aku yang kesel, sih? Kan, harusnya Ana yang ngerengek minta aku cerita... Sebel.
"Aku, tuh nggak kemana-kemana kemarin." Ucapku akhirnya. Mengawali pembicaraan kami siang ini.
"Kok pu---"
Balasan Ana terjeda, ibu kantin mengantarkan pesanan kami.
"Makasih, bu," ucapku dan Ana bersamaan.
"Iya, mbak. Kalau ada yang mau dipesan lagi, jangan sungkan ya,"
Aku dan Ana mengangguk bersamaan, si ibu pun tersenyum lalu meninggalkan kami.
Ana langsung meraih jus alpukatnya. Dia memang suka sekali dengan buah satu itu, apalagi kalau dijus seperti ini.
"Santai kali, An, gercep amat," kekehku.
Aku ikut meminum milikku. Enak, seperti biasa.
"Kalau nggak kemana-mana, kok pulangnya lama?" Tanya Ana, begitu sudah selesai dengan jusnya.
Aku menaruh gelasku. "Dia nahan aku di mobilnya,"
"Hah?! T-tapi kamu nggak diapa-apain, kan???" Panik Ana.
Reflek aku tertawa. "Hahahahaa..." Ekspresi Ana saat khawatir itu lucu banget. Dan daripada nenangin dia, aku lebih milih ketawa.
Sampe dia bilang,
KAMU SEDANG MEMBACA
Always You
RomanceKaia Radilla Putri pernah menjalin hubungan dengan mahasiswa Kedokteran satu angkatannya, Ansel Randito Deas. Ansel menembak Kaia hanya karena taruhan dengan teman-temannya. Setelah dia diputuskan menang dan mendapat hadiah yang sudah disepakati, An...