15

15 1 0
                                    

Sesuai rencana, hari ini aku dan Ana pulang.

Sudah sejak semalam kami menyiapkan barang-barang, pun dengan oleh-oleh yang tidak seberapa. Hanya agar bisa dibagikan pada adik dan sepupu.

"Udah ketemu belum?" Aku bertanya sembari memasukkan barang-barang kecil, seperti headset, powerbank, dan jepit ke dalam slingbag.

Sejak tiga puluh menit yang lalu, Ana bingung mencari charger ponselnya. Seluruh sudut kamar sudah dijelajahi. Namun, sampai sekarang benda itu belum juga dia temukan.

"Coba cari di laci, siapa tahu kamu taruh sana." Aku coba memberi saran.

Ana menggeleng. "Nggak. Aku nggak pernah naruh charger disana."

Ah, aku lupa. Selain teledor, Ana juga keras kepala. Tidak mau mendengarkan saran siapapun, selagi dia berpikir apa yang dilakukannya benar. Baiklah.

"Ya udah, cari lagi, gih. Aku mau buang ini dulu," kataku, sembari mengangkat keranjang sampah yang sudah penuh.

Aku keluar kamar, menuju tempat pembuangan sampah yang terletak di depan kos. Setiap hari, selalu ada petugas yang mengambil sampah di setiap rumah, tak terkecuali sampah dari kos-ku.

Suasana kos sepi. Meski memang biasanya juga tidak ramai, tapi kali ini benar-benar sepi. Setahuku, yang masih di kos-an tinggal aku dan Ana, karena ya semuanya pada pulang. Tak terkecuali Naysila.

Dan ngomong-ngomong tentang dia, sampai hari ini kami belum juga bertegur sapa. Masih saling menganggap tidak ada. Padahal, hampir setiap hari raga saling berjumpa. Tapi, ya sudahlah. Aku tidak mau memulai, karena aku tidak merasa perlu.

Aku membuka pintu depan, tepat ketika sebuah mobil berwarna hitam memarkirkan diri di depan gerbang.

Tak melanjutkan langkah, aku memilih diam di depan pintu, menunggu siapakah gerangan orang di dalam mobil itu. Ada urusan apa sampai harus parkir di depan kos-ku? Kan, sudah tidak ada yang perlu dijemput.

Tapi, seharusnya aku tidak diam saja. Kembali ke kamar justru lebih baik ketika sang empunya menampakkan diri dengan senyuman lebar.

"Wow, Kaia, do you know if I want to come here? So, you go out to welcomed me?"

Benar-benar awal yang buruk.

Entah apa urusannya disini, ternyata yang punya mobil itu adalah ANSEL. Dan karena ketidaksengajaanku yang membuka pintu tepat ketika dia datang, maka dia menganggap aku menyambutnya? HELL NO!

"Hahaha... Are you kidding me?"

Aku berjalan menghampirinya, masih dengan menenteng keranjang sampah. Kebetulan sekali, tempat pembuangan sampahnya ada di samping tempat dia berdiri.

"Lo rapi banget. Mau kemana?"

"Pulang lah." Aku berdiri sejenak di depannya. "Lo mau ngapain kesini?"

"Ketemu lo lah." Jawabnya pendek.

"Hah? Gue? Ngapain?"

"Niatnya sih, mau ngajak lo jalan. Eh, ternyata lo malah mau pulang."

Aku tertawa.

"Emang siapa yang mau jalan sama lo?"

Ansel menyugar rambutnya. "Gak ada yang nolak jalan sama gue." Sombongnya.

"Gak ada cewek baik yang mau jalan sama playboy kaya lo."

"Gue playboy karena gue ganteng." Katanya dengan ekspresi songong.

Always YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang