Small Feeling

1.1K 53 14
                                    

Menatap dengan malas-malasan, gadis itu menghela napas entah keberapa kali. Kakinya yang sengaja diselonjorkan di rerumputan taman belakang sekolah—yang berdekatan dengan cafe—bergerak-gerak mengikuti alunan musik yang terputar melalui earphone yang terpasang. Ia meletakkan pulpennya begitu jari tangannya merasakan kram karena terlalu lama menulis, sampai-sampai bekas merah dibeberapa tempat mulai bermunculan di jari pucatnya.

Gadis itu memejamkan matanya sejenak, membiarkan udara segar siang hari menyejukkan pikirannya yang terasa lebih berat dari hari ke hari.

"Aku tidak tau apa tujuanmu selalu mendatangiku, tapi berhentilah bersikap seolah-olah kita teman lama,"

Hailee membuka mata saat menyadari ada seseorang yang menghampirinya, telinganya bahkan masih setajam biasanya walaupun terhalangi earphone. Ia mendengus saat tahu ada laki-laki yang belakangan ini sering menemuinya hanya untuk memberikan segelas matcha latte secara cuma-cuma. Padahal ia tidak tahu kapan persisnya mereka bisa seakrab itu. Hailee bahkan tidak pernah menganggap kehadiran laki-laki itu, tapi kenapa sikap laki-laki itu justru berkebalikan dengannya?

Dia terlalu ramah untuk ukuran laki-laki cool.

"Aku tau kau akan bicara begitu. Tapi hargai pemberianku karena berjalan dari cafe sampai sini itu bukan perjalanan yang dekat." Laki-laki itu berjongkok disamping Hailee dengan menyerahkan gelas plastik dengan titik-titik air es yang mencair.

Hailee mengalihkan pandangannya. Ia bahkan tidak pernah menyuruh laki-laki itu untuk membawakan minuman favoritnya. "Aku tidak pernah menyuruhmu melakukan itu." kata Hailee tidak perduli.

"Tapi aku ingin. Kau yakin tidak ingin meminumnya? Kupikir mengejar materi selama hampir sebulan bisa membuat orang cepat stres dan butuh sesuatu yang menyegarkan otak, apalagi cuaca sedang terik seperti ini."

Laki-laki itu sepertinya tidak kehabisan akal walaupun sudah sering ditolak, karena ia tahu pada akhirnya Hailee tidak bisa menolak sekalipun itu terpaksa. Laki-laki itu cukup ahli dalam mempengaruhi orang.

"Melihatmu seperti ini terus-menerus saja sudah membuatku stres," Hailee masih mempertahankan keinginannya untuk tetap jaga jarak dengan laki-laki itu. "Aku tidak butuh apapun darimu, Luke."

Luke tertawa padahal Hailee tidak sedang bercanda. "Baiklah, aku tidak akan memaksamu kali ini," Laki-laki itu berdiri dan mulai berjalan menjauh dari tempat Hailee berteduh dibawah pohon mangga. "Akan aku buang saja."

Hailee mengernyit heran. Apa dia tidak salah dengar? Luke biasanya tidak seperti itu. Laki-laki itu tidak kenal kata menyerah untuk mendapatkan apa yang dia mau, termasuk memberikan minuman itu yang menjadi rutinitasnya setelah mengenal Hailee. Bahkan Hailee baru mengenalnya beberapa Minggu, tapi ia sudah begitu paham bagaimana sikap laki-laki itu sebenarnya. Mungkin karena saking seringnya Luke mendatangi Hailee, gadis itu jadi sering mendapat secuil informasi mengenai laki-laki itu dari Grace, karena kedekatannya dengan Luke cukup membuat hampir semua gadis di Rtuvina Academy gempar. Dan Grace adalah salah satu dari sekian banyak manusia yang menobatkan laki-laki tampan diurutan pertama diatas segala gosip paling populer. Itu berlebihan, Hailee tahu, tapi memang itu faktanya.

Hailee meliriknya sekilas tanpa perlu menengokkan kepalanya. Ia melihat Luke berjalan ke kolam ikan yang berada tidak jauh dari posisinya sekarang, ingin membuang minuman itu disana.

"Ck, menyusahkan saja!" Hailee berdecak karena tingkah Luke yang kekanakan. Apa tidak ada tempat lain untuk membuang sampah? Atau berikan saja ke gadis-gadis pemujanya begitu? Setidaknya tidak mengotori lingkungan disana. Hailee tidak suka. "Jangan dibuang!" teriak Hailee namun tidak digubris Luke.

Hailee menyayangkan keperduliannya terhadap lingkungan jika sudah berhadapan dengan Luke. Laki-laki itu benar-benar tidak tahu bagaimana cara hidup sesungguhnya, jika tanpa alam disekitarnya. Dan sekarang Hailee harus berlari mencegah agar Luke tidak melakukan hal bodoh.

Rainbow Eyes [ON-HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang