Party Time (2)

2K 130 0
                                    

Assalamualaikum
Gua lagi bingung guys buat lanjutin nihh cerita, mungkin kalo updatenya lama nggak papa kan? Maklum yahh namanya juga Isnot Perfect! mungkin nihh ide gua lagi kabur berlibur ke London😂 and pls guys jangan tinggalin gua, cerita ini nggak berarti apa-apa tanpa adanya pembaca setia dan dukungan luu² pada. Love you guyss😘

.
.
.
Seseorang masuk ke dalam ruang kantor yang lumayan besar dan disambut pemilik ruangan tersebut. Prof. Westie duduk berhadapan dengan seorang pria paruh baya dengan tatapan bertanya-tanya.

"Profesor sekarang waktunya pesta dimulai, kenapa Anda masih disini? Apa ada hal penting?" Tanyanya tanpa basa-basi.

"Aku menemukan ini." Pria itu menunjukkan buku usang ditangannya. "Kau tau apa artinya?" Wanita didepannya terkejut. Tangannya terulur menyentuh buku itu gemetar.

"Bagaimana ini bisa? Sejak kapan profesor menemukannya?" Wajah cemas terlihat jelas di setiap lekuk wajahnya.

"Beberapa Minggu lalu... Dan tak lama lagi itu semua akan terjadi." Ada jeda beberapa saat, pria tua itu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Terlihat jelas dari raut wajahnya kalau ia gelisah dan khawatir mengenai apa yang akan terjadi. "Aku yakin dia pasti ada disekitar kita." Lanjutnya.

"Dari mana profesor tau? Kalau memang yang diramalkan ada disekitar kita, pasti auranya sudah terpancar hingga membuat musuh berdatangan."

"Kau benar, tapi kita harus menemukan pewaris RE secepatnya." Prof. Westie mengangguk tegas. Pembicaraan mereka terputus sampai disana karena pesta segera dimulai. Mereka memutuskan untuk pergi ke aula utama untuk pembukaan acara.

***

Pesta sudah dimulai sejak 1 jam yang lalu tapi Hailee masih belum bisa menemukan keberadaan teman-temannya, bahkan Dylan sebagai pasangannya saja belum kembali karena ada urusan sebentar. Dan sekarang? Ini tidak bisa dikatakan sebentar. Hailee mendengus sebal, ia mencoba menikmati pesta ini sendirian dengan segelas jus orange ditangannya.

"Mereka benar-benar melupakan ku." Gumam Hailee disela-sela minumnya, ia benar-benar kesal.

Tiba-tiba datang seorang lelaki yang Hailee kenal menghampirinya, ia mengalihkan pandangannya cemberut. Lelaki itu menatapnya dengan sebelah alis yang terangkat. Kenapa?

"Sudah selesai urusannya? Aku kira kau akan pergi sampai pesta selesai." Sindir Hailee tajam, ia tidak ingin menatap lawan bicaranya. Sungguh menyebalkan.

Lelaki itu menyeringai. "Aku pikir kau suka jika ditinggal sendirian." Hailee mendengus menaruh gelas yang sudah habis setengahnya. Ia mengumpat kesal dengan lelaki itu. Kalau saja dia bukan pasangannya ia pasti sudah pergi meninggalkannya.

"Ya, kau benar. Jangan salahkan aku jika nanti giliran kau yang ku tinggal sendirian."

"Apa itu sebuah ancaman?"

Benar-benar lelaki yang menyebalkan. Hailee melengos pergi meninggalkan Dylan tapi langkahnya terhenti saat Dylan menggumamkan dua kata yang mampu membuatnya berhenti bergerak.

"Mau berdansa?"

Hailee sedikit ragu karena dia sudah terlalu jengkel. Tapi seperti biasa, Dylan menarik tangan Hailee dengan paksa karena dia tidak suka berbasa-basi.

Mereka berjalan ke tengah-tengah lantai dansa. Sekarang posisi mereka saling berhadapan, Dylan menaruh tangan Hailee dibahunya dan ia memegang pinggang Hailee, mereka saling bertatapan. Untuk beberapa saat jarak mereka sangat dekat bahkan Hailee tidak pernah menyangka ini akan terjadi padanya, hingga membuatnya lupa dengan rasa jengkelnya secepat itu.

Rainbow Eyes [ON-HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang