4. Senyuman

60 8 8
                                    

Jam 06:50

Embun pagi masih bertengger didedaunan hijau. Pohon-pohon menari nari karna terpaan angin pagi yang menambah kesejukan dipagi hari ini.

Ratna berjalan dengan lesu menuju rumah kedua yang tertulis jelas di gapura "SMA BINUS Bandung" ya itu adalah nama sekolah Ratna.

Baru beberapa langkah Ratna memasukin lingkungan sekolahnya. Tak jauh dari dirinya terdengar teriakan yang bisa membuat telinga manusia normal rusak,

"Aaa tolong selamatkan telinga kuuu!" gumam Ratna dalam hati sambil berusaha menutup telinga dan menghalangi suara itu masuk ketelinga nya.

"Ratnaaaa...!!! Ratnaaa....!! Orang tercantik se SMA Binus ini sudah DATANG!!" teriak Nana yang membuat klinik dokter THT penuh seketika.

"Ratna kamu dengar aku atau nggak sih!?" ucap Nana yang sudah merangkul pundak Ratna.

"Astaghfirullahaladzim.. ya pasti dengarlah Na!" geram dalam hati Ratna. "Ratna kamu kok diam aja, biasanya juga berisik." ujar Nana.

"Hmm... (senyum lebar) Aku lagi sakit badan loo Na, jangan rangkul-rangkul ya tambah sakit nih..." ucap Ratna seraya menyingkirkan tangan Nana dengan lembut.

"Tumben? Kmu kenapa?" tanya Nana penasaran dengan sikap Ratna.

"Nanti aku cerita lah, yuk.. kita jalan cepat ke kelas." ucap Ratna. "Oke lah.." jawab Nana menambah kecepatan berjalan.

≥﹏≤

Suasana sekolah masih sepi, langkah siswa masih sedikit. Kericuhan orang yang suka menggibah pagi-pagi belum ada. Baru orang yang berniat besar yang sudah berlalu lalang.

Langkah Ratna dikoridor terhenti saat ada sepasang kaki yang menggelantung didepan wajah Ratna. Ratna pun mengangkat kepalanya perlahan.

Sontak Ratna terkejut bukan main, saat melihat kepala manusia yang ikut tergantung bersama badannya. Luka terbuka yang berada di tubuh itu mengalirkan darah kental. Ratna terjatuh kebelakang, seraya menutup hidung berserta mulutnya agar suara teriakannya tak menjadi pusat perhatian.

Nana yang berjalan lebih dulu langsung berbalik karna mendengar suara jatuh dan dia melihat teman nya aneh. Kayak orang yang mendengar ada ulangan matematika dadakan.

Nana pun langsung mendekat ke Ratna yang masih terkejut. "Ra ngapain kamu duduk disitu, kamu lupa buat pr ? atau ada barang yang ketinggalan ? atau....lupa bawa uang? Atau..." ucap Nana beruntun. Ratna hanya menggeleng kepalanya, tubuh nya mulai menggigil.

Lalu tetesan darah segar itu jatuh tepat didekat kaki Ratna. "Aaakhk... " teriak Ratna tak dapat tertahankan. "Kamu kenapa ?" ucap Nana mulai panik. Jantung Ratna berpacu dengan kencang.

Nana langsung menampar pelan pipi merah itu agar Ratna tersadar.

Seketika Ratna yang menerima tamparan pun langsung menutup mata dalam dan membaca banyak istigfar didalam hati.

Ratna membuka mata pelan, memfokuskan pandangan nya yang sudah berubah manjadi wanita mata sipit, Nana!, dia wanita yang berani menampar pipinya.

Ratna melihat jelas wajah khawatir temannya itu. "kamu kenapa? Hey! " tanya Nana berulang kali. " Nggak, mungkin halusinasi aja." ucap Ratna seraya tersenyum.

Jantung Ratna masih berdebar kencang, mungkin kalau Nana tajam pendengarannya ia akan mendengar detak jantungnya ini.

Ratna dan Nana melanjutkan perjalanan nya menuju kelas. "Ratna tangan kamu kok dingin banget. Tadi lagi kenapa pake acara teriak-teriak?" tanya Nana penasaran dengan apa yang dilihat temannya itu. Ratna hanya menggelengkan kepala seraya menarik tangannya tanpa mengeluarkan suara dari mulutnya.

Ratna's lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang