22. Perkara Kisi-kisi

6 2 3
                                    

Happy Reading~♥~

"kayak nya ada yang bakal terlambat." ucap Salman santai melihat kerusuhan Ratna yang masih menyiapkan bekal makan siang dan sarapannya.

Ratna punya kebiasaan yang jarang orang lakukan. Dia akan memakan sarapannya di atas motor sepanjang perlajanannya ke sekolah. Begitulah rutinitas sarapannya.

Angin dan tatapan pengendara lain tidak menurunkan nafsu makan. Ia tetap lahap memakan sarapannya. Jika kalian berminat, coba la. Sensasinya luar biasa..

Bangunan sekolah Ratna sudah terlihat. Sarapannya pun sudah habis. Sebentar lagi motor akan berhenti ditempat biasanya.

Ratna turun dari motor dan langsung di hadiahi kecupan dari ibu tersayangnya. Tak lupa Ratna mencium punggung tangan ibunya dan menyangkutkan tempat sarapannya pada cantolan motor.

Guru sudah tersisa satu yaitu Pak Hamdan. Ia berteriak menyuruh siswa yang sama terlambatnya seperti Ratna untuk cepat masuk dalam barisan apel. Lalu tak lama Ratna melewati nya, gerbang sudah di tutup.

Syukurla Ratna masih sempat masuk barisan. Dia tidak memperdulikan tasnya yang terjatuh ke tanah sebab terburu-buru masuk barisan.

"Ckck, Ini masih pagi lo. Perbaiki Jilbab mu, masa sanggul besar itu terlihat." Salman mengitari Ratna, memperhatikan penampilan Ratna dari ujung kaki hingga topi.

"Dasimu miring, jilbab depanmu ini juga berantakan. Ckck, tidak siap sekolah."

Ratna merotasi bola matanya. Salman makin cerewet, melebihi dianya.

"ini bukan dasi tapi kacu pramuka. Huh! Tugan!" gerutu hati Ratna.

"apa itu tugan?"

"Hantu Ganteng"

Salman terkekeh mendengar jawaban dari pertanyaan. "bisa aja gadis cantikku nih, harusnya HANTENG baru cocok."

"prreett.."

Posisi Salman sekarang berada tepat didepan Ratna. Sangat dekat, dan dengan senang hati Salman pun merapihkan jilbab Ratna bagaikan angin yang bertiup.

Ratna berdiri dengan bersikap istirahat ditempat. Berusaha mendengarkan guru yang sedang berceramah didepan itu. Walaupun suara Salman lah yang lebih mendominan.

Tubuhnya sudah tidak bisa diam. Rasa pegal sudah menghinggapinya. Goyang ke kanan, goyang kekiri. Salman yang senantiasa terus merapihkam penampilannya mulai kesal.

"diam la, jangan banyak bergerak topimu jadi miring terus." Ucap Salman sambil mencengkram pundak Ratna sedikit kuat.

Hal itu menggunci pergerakkan Ratna seketika. Kepala Salman sekarang berada di samping wajah Ratna. Salman membisikkan kata-kata ke telinganya.

"Gadis pintar.." suara Salman seperti hembusan angin. Lembut dan terasa dingin di telinga nya.

"tetaplah seperti ini, ya" lanjut Salman.

"ngga bisa... Pegell.."

Deg
Sesaat kemudian semua tatapan teman didekatnya tertuju padanya. Ratna sampai lupa dengan situasinya yang berada di barisan apel pagi. Suaranya terlalu kuat saat bicara tadi.

"ngomong sama siapa Ratna?" tanya Bani yang posisi barisanya tepat disamping kanan Ratna.

"Biasalah dia kan udah gila, jadi bicara sendiri. Biarin aja lah." ucap Hendra menanggapi pertanyaan Bani.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ratna's lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang